Cerita Cinta | Anugerah Bidadari | by Astrella | Anugerah Bidadari | Cersil Sakti | Anugerah Bidadari pdf
Hex Hall - Rachel Hawkins Cinta Sepanjang Amazon - Mira W Topeng Hitam Kelam - Ambhita Dyaningrum Cinta Dalam Diam - ucu supriadi Fear Street : Ciuman Maut
Raja Wolve. Saya yakin Ratu pun sebenarnya ingin kembali ke Vandella, tanah airnya."
Altamyra menangkap maksud lain di balik pernyataan itu. Dengan lembut ia berkata, "Kembalilah ke
Vandella bila engkau ingin, Hannah. Aku tetap tinggal di sini."
"Saya telah berjanji pada Ratu untuk tidak meninggalkan Anda."
"Kalau begitu aku memerintahkanmu untuk kembali ke Vandella."
"Saya tidak dapat meninggalkan Anda, Nona. Bila Anda tinggal di sini, saya tidak mau kembali. Sekali
pun Anda memaksa, saya tetap akan tinggal di sisi Anda untuk melayani Anda."
"Kau harus, Hannah. Aku tahu engkau selalu merindukan keluargamu, kota tempat engkau dilahirkan.
Engkau selalu merindukan Vandella."
"Hannah benar, Paduka. Anda harus kembali ke Vandella. Hanya Anda yang bisa menjadi Raja kecuali
Anda turun tahta dan menyerahkannya pada orang lain."
Altamyra diam merenung kemudian ia berkata, "Baiklah. Aku ikut kalian."
Setelah mendapat keputusan akhir Altamyra, Dewey segera mengirim utusan untuk memberitahu para
Menteri Vandella. Ia meminta mereka menyiapkan segala perlengkapan untuk penobatan Altamyra.
Di sebuah desa kecil di tepi perbatasan Vandella, Ludwick, Menteri Dalam Negeri Vandella telah
menantinya untuk upacara penobatan.
Upacara penobatan itu berlangsung sederhana. Uskup Vandella yang menobatkan Altamyra dengan
Dewey dan Ludwick sebagai saksinya.
Saat itu yang ada di dalam benak Altamya adalah kembali ke Vandella untuk mengumumkan kematian
ayahnya, menyatakan diri sebagai raja baru lalu turun tahta dan menyerahkannya pada Prischa. Terakhir,
kembali ke Roma.
Altamyra sama sekali tidak punya niat untuk mengunjungi markas para pemberontak itu. Bahkan, ia
tidak tahu akan mereka melalui tempat itu.
Saat akan melalui Lasdorf, kawasan pemberontak, pasukan pengawal Altamyra memperketat
penjagaan. Kecurigaan Altamyra timbul dan ia memaksa kedua menteri itu mengatakan apa yang terjadi.
Hingga kini Altamyra tidak tahu apa yang membuatnya tiba-tiba memutuskan untuk mengunjungi benteng
pemberontak itu.
Setelah mengetahui yang sebenarnya, Altamyra mengirim Dewey beserta Hannah kembali ke Istana
Azzereath. Sementara itu Ludwick dimintanya untuk menantinya di Thamasha.
Mereka berdua tidak setuju pada rencananya. Tetapi, di Vandella titah Raja adalah titah yang tidak
dapat dilawan. Altamyra meyakinkan mereka dengan menjelaskan rencananya.
Saat itu hampir bersamaan dengan kembalinya Prischa dari perjalanannya ke luar negeri. Altamyra
memanfaatkan kesempatan itu.
Seorang prajurit diperintahkannya untuk menyebar isu itu. Beberapa hari kemudian Altamyra melewati
sarang musuh. Sesuai dengan perhitunga nnya, para pemberontak itu menculiknya.
Satu-satunya yang salah dalam perhitungan Altamyra adalah waktu. Altamyra meminta Ludwick
memberinya waktu satu bulan untuk mengetahui kehidupan pemberontak itu sebelum ia memulai
pemerintahannya.
Ternyata waktu yang digunakan Altamyra lebih dari satu bulan bahkan hampir dua bulan.
Altamyra memang berniat memperpanjang masa tinggalnya di benteng itu dengan membuat mereka
menduga ia adalah pelayan Prischa. Ia berharap perpanjangan waktu itu bisa membuat mereka
mempercayainya dan mau bercerita banyak padanya. Tetapi, Altamyra tidak berniat membuat
pasukannya khawatir.
6
"Sekarang semuanya telah berubah."
Itulah yang dikatakan Altamyra pada dirinya sendiri saat melihat bayangannya di cermin.
Sementara ia duduk diam, pelayan-pelayan sibuk menata rambutnya.Adayang khusus bagian
menggelung, ada yang khusus memberi hiasan, ada pula yang khusus menyisiri. Altamyra dibuat pusing
karenanya.
Satu-satunya yang bisa dilakukannya hanya duduk diam sampai mereka selesai mendandaninya.
Altamyra benar-benar lega ketika akhirnya mereka selesai.
"Bawa masuk makan siang untuk Paduka," Sylta memberi perintah pada pelayan-pelayan lainnya.
"Kurasa aku tidak akan makan siang, Sylta."
"Seperti keinginan Anda, Paduka."
Altamyra menangkap kekecewaan di wajah Sylta. Altamyra ingat Hannah selalu kecewa bila ia menolak
memakan apa yang ia siapkan untuknya.
"Tunggu!" Altamyra cepat-cepat mencegah. Dengan tersenyum, ia melanjutkan, "Aku tidak akan
membuat usaha kalian sia-sia. Jadi, aku akan makan. Tetapi, aku tidak ingin sendirian. Tolong panggilkan
Ludwick dan Rasputin untuk menemaniku."
Walau ia tidak menampakkannya, Altamyra tahu Sylta merasa senang. Terlihat dari nada suaranya
ketika ia menjawab, "Baik, Paduka!"
Sylta segera menyuruh pelayan-pelayan itu berangkat dan ia sendiri pergi untuk memanggil kedua
Menteri itu.
Altamyra mendesah. Tenda yang disiapkan untuknya benar-benar besar. Seratus orang masuk ke dalam
tenda ini, takkan membuat sesak suasana di dalam tenda. Benar-benar tenda seorang Raja.
Altamyra duduk di kursi di tengah tenda. Ia diam merenung sampai Sylta datang melapor,
"Tuan Ludwick dan Tuan Rasputin telah tiba, Paduka."
"Persilakan mereka untuk masuk."
"Hamba datang menghadap," kata kedua orang itu sambil membungkuk hormat.
"Duduklah," kata Altamyra, "Temani aku makan."
Mereka duduk dan pelayan-pelayan mulai berdatangan dengan bermacam-macam makanan yang lezat.
Selama makan siang itu Altamyra tidak banyak berbicara. Ia terus memusatkan perhatiannya pada
pikirannya. Sikapnya itu membuat Ludwick dan Rasputin was-was.
Altamyra menyadarinya. "Adaapa?" tanyanya, "Kalian sudah makan siang?"
"Belum, Paduka," jawab mereka ketakutan.
Altamyra tersenyum. "Aku meminta kalian menemaniku bukan untuk memberi hukuman pada kalian.
Aku selalu merasa harus menghabiskan semua ini bila aku makan sendirian. Ayahku tidak pernah
mengajak kalian makan bersama. Aku benar?"
Mereka diam ketakutan.
"Hanya satu yang dapat kukatakan kepada kalian," Altamyra melanjutkan dengan tegas, "Aku bukan
ayahku dan aku membenci segala sikapnya."
Pelayan membawakan hidangan terakhir.
Altamyra menggerakkan tangannya untuk menyatakan ia tidak mau.
Pelayan itu melayani Ludwick dan Rasputin lalu meninggalkan tenda.
"Aku tidak akan memaksa kalian untuk mempercayaiku," Altamyra mengambil gelasnya yang berisi air
jeruk dan meminumnya dengan tenang.
Pelayan-pelayan segera membersihkan meja seusai mereka selesai dengan makan siang mereka.
Altamyra menuju meja rias dan mencari-cari sesuatu di lacinya.
Kedua menteri itu memandangi Altamyra dengan penuh ingin tahu.
Altamyra menulis sesuatu pada selembar kertas lalu kembali pada kedua menterinya.
"Rasputin, kuperintahkan engkau membawa pulang pasukanmu sore ini. Bawa pula kereta kudaku dan
para pelayan."
Mereka terkejut tetapi Altamyra tidak memberi mereka kesempatan untuk membantah.
"Dari sini ke Perenolde membutuhkan waktu berapa lama?"
"Paling cepat satu minggu, Paduka."
"Bukan tiga hari?"
"Dengan kecepatan tinggi, waktu itu bisa tercapai, Paduka. Tetapi kita tidak bisa secepat itu dengan
Anda bersama kami. Kami harus berhati-hati dalam setiap langkah kami demi keselamatan Anda."
Altamyra berpikir keras. "Aku ingin kalian berdua kembali ke Perenolde sore ini juga. Ludwick,
kuperintahkan engkau untuk menyebar titahku ini pada para Menteri."
Sementara Ludwick membaca kertas itu, Altamyra melanjutkan, "Aku ingin engkau mempersiapkan
rapat di Istana tepat minggu depan. Aku ingin kalian berdua juga membuat laporan atas apa yang kalian
kerjakan selama ini. Mulai dari ayahku sakit hingga saat ini."
"Bagaimana dengan Anda, Paduka?" Rasputin memberanikan diri untuk bertanya.
"Tinggalkan seekor kuda untukku dan empat prajurit terbaikmu, Rasputin. Aku akan segera berangkat
setelah kalian pergi. Satu tugas lagi untukmu, Ludwick, aku ingin engkau memberitahu Hannah bahwa
aku baik-baik saja dan aku akan segera tiba."
"Maafkan saya, Paduka, tetapi saya tidak menyetujui usul Anda. Rencana ini terlalu berbahaya. Kami
mengkhawatirkan keselamatan Anda."
"Apakah engkau kira dengan sekompi pasukan, aku akan selamat?" tanya Altamyra.
"Tidak, Rasputin. Sebuah kereta emas telah menarik perhatian apalagi dengan banyak pasukan. Engkau
juga harus ingat aku baru saja meninggalkan Lasdorf. Tentunya saat ini mereka sedang mengawasi kita
dan bersiap-siap untuk menculikku kembali. Aku telah mengetahui persembunyian mereka. Bagi mereka,
aku terlalu berbahaya untuk dilepas di tengah-tengah kalian."
Rasputin ingin mengatakan sesuatu tetapi Altamyra mendahuluinya,
"Jangan menyarankan aku untuk menyerang mereka. Aku tidak akan pernah menyerang mereka.
Mereka berjuang untuk kemakmuran mereka. Bukan untuk menggulingkan pemerintah. Di samping itu,
saat ini yang terpenting adalah menyelesaikan masalah pergantian tahta ini."
Mereka diam memikirkan rencana Altamyra.
Altamyra tidak memberi mereka kesempatan untuk berpikir terlalu lama. "Hari mulai siang. Kembalilah
kalian untuk beristirahat. Pukul lima sore nanti kembalilah kalian ke Perenolde. Dan, bila kalian masih
mengkhawatirkan keselamatanku, tinggalkan empat jendral terbaikmu, Rasputin."
Kedua menteri itu terbiasa untuk tidak membantah titah Raja. "Kami mengerti, Paduka," kata mereka.
Sekali lagi mereka membungkuk hormat dan meninggalkan tenda Altamyra.
Sylta masuk tak lama setelah kepergian kedua pria itu.
"Sore ini kembalilah ke Perenolde bersama pasukan yang lain," kata Altamyra, "Katakan pada Hannah
untuk tidak mencemaskanku. Aku akan segera tiba."
"Anda tidak pulang bersama kami, Paduka?"
"Aku akan pulang setelah kalian berangkat."
"Biarlah saya ikut dengan Anda, Paduka. Saya ingin terus melayani Anda."
"Engkau akan melakukannya, Sylta. Tapi tidak saat ini. Banyak yang ingin kulakukan sepanjang
perjalanan pulang nanti. Aku ingin engkau kembali ke Azzereath."
"Keinginan Anda adalah tugas bagi saya, Paduka."
Altamyra mengeluh. Semua orang tidak ada yang berani membantahnya. Mereka semua takut padanya.
Kalau ada yang salah di mata mereka, mereka hanya berani bertanya. lalu diam lagi setelah mendapat
jawaban. Untuk mengatakan tidak setuju pun mereka takut dan didahului kata maaf .
"Apakah sedemikian kejamnya ayahku hingga kalian takut pada keturunannya?" tanya Altamyra,
"Apakah aku sekejam dia di mata kalian?"
"T &tidak, Paduka."
"Aku tahu, Sylta," Altamyra berkata lembut untuk menenangkan ketakutan wanita itu, "Di dalam
tubuhku mengalir darah serigala itu. Aku mempunyai jiwa kejam serigala itu dan kalian takut padaku.
Anak serigala adalah serigala, bukan?"
Sylta ingin membantah tapi Altamyra sudah berkata, "Beristirahatlah, Sylta. Tak sampai tiga jam lagi
engkau akan kembali ke Perenolde dan sebelum itu engkau harus berbenah."
Sylta pergi tanpa sempat menjawab pert anyaan Altamyra.
Altamyra merasa awal-awal pemerintahannya ini akan menjadi tugas yang sangat berat. Dan yang
terberat adalah membuat mereka percaya padanya.
Satu jam kemudian kesibukan perkemahan di tepi Thamasha itu mulai terlihat.
Prajurit-prajurit mulai membongkar tenda. Pelayan-pelayan membereskan barang-barang. Kusir kuda
menyiapkan keretanya. Para Jenderal mengatur pasukan. Sementara itu Altamyra hanya boleh duduk
diam di dalam tendanya.
Altamyra bersyukur atas kecermatan Hannah. Wanita tua itu membawakan baju berkuda untuknya
lengkap dengan segala perlengkapannya. Baju itu akan membuat segalanya menjadi lebih mudah untuk
Altamyra.
Tepat ketika para pasukan sudah bersiap-siap untuk berangkat, Altamyra selesai berganti baju.
Rasputin, Ludwick serta pasukan lainnya berbaris rapi di depan tenda Altamyra. Mereka hendak
berpamitan pada gadis itu sebelum mereka pergi.
Altamyra melangkah keluar dari tendanya. Ia menemukan dirinya menghadapi orang-orang yang sedang
terpana.
" Adaapa?" tanya Altamyra, "Adayang tidak beres?"
"Ti &tidak, Paduka," Rasputin cepat-cepat menjawab, "Kami &"
"Kami tidak menduga Anda sekecil ini," Ludwick memberanikan diri untuk berterus terang.
Altamyra tertawa geli.
Gadis itu tidak menyadari ia tampak bersinar saat itu. Baju berkudanya membungkus ketat tubuhnya dan
menonjolkan kerampingannya.
Sepatu bot kulit hitam yang bertumit membungkus kakinya yang telah terbalut celana berkuda putih,
hingga ke lutut. Baju merah yang membungkus tubuhnya tampak sangat serasi dengan kulit putihnya.
Ujung sarung tangan putihnya tersembunyi di balik lengan bajunya yang panjang. Tangannya
menggenggam erat cemeti hitam.
Rambut panjangnya tersembunyi di balik topi hitamnya. Rambutnya yang terjuntai keluar tertimpa sinar
matahari sore dan bersinar indah seperti perhiasan yang tak ternilai harganya.
Wajah cantiknya bersinar ceria. Matanya memandang lembut. Senyum manis tersungging di
↧
Anugerah Bidadari - 10
↧