Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Musim Panas Berdarah - 6

$
0
0

Cerita One Evil Summer | Musim Panas Berdarah | Serial fear street | Musim Panas Berdarah | Cersil Sakti | Musim Panas Berdarah pdf

Solandra - Mira W Pendekar Sejati II - Gan KL Hunger Game 2 - Tersulut (Catching Fire) Topeng Sang Putri - Astrella Tarian Liar Naga Sakti III - Marshall

gkutan sedang sangat tertekan."
  Amanda memandangi ayahnya untuk minta pertolongan. Mr. Conklin membalas tatapannya dengan sikap bijaksana. "Bagaimana kalau masalah ini kita tangguhkan dulu hingga besok? Sebaiknya kita semua tidur saja sekarang."
  **********************************************
  Amanda menyelusup ke balik selimut. Ia tidak bisa tidur.
  Ia tidak lagi merasa ingin menangis. Tapi pikirannya terus kembali ke berbagai peristiwa yang terjadi semenjak kedatangan Chrissy.
  Lagi-lagi terbayang di pelupuk matanya bagaimana Chrissy melayang-layang. Kakinya yang telanjang terangkat hampir tiga puluh senti dari lantai.
  Chrissy melayang!
  Benarkah begitu?
  Bagaimana aku bisa menyalahkan orangtuaku yang tidak percaya pada cerita gila ini? tanya Amanda dalam hati. Harus diakui, teori ngelindur itulah yang paling masuk akal.
  Dalam kamar yang gelap, Amanda tergolek di tempat tidur, mendengarkan suara jangkrik. Walaupun gordennya ditutup, seberkas cahaya bulan masih menembus jendela, membentuk garis di lantai kayu.
  Mendadak Amanda merasa lelah. Tenaganya terkuras habis.
  Tapi ia tidak berani tidur. Jangan-jangan ia nanti akan memimpikan wajah Chrissy yang tertawa menyeramkan. Walaupun seandainya itu hanya mimpi, ia tidak mau mengalaminya lagi.
  Akhirnya ia terlena juga, walaupun tidak nyenyak. Tidurnya hanya sebentar. Jam 02.15, lagi-lagi ia terjaga.
  Amanda duduk dalam kegelapan. Suara jangkrik tidak terdengar lagi. Kini Amanda mendengar suara-suara lain.
  Ada orang mondar-mandir.
  Dengan perasaan tegang, Amanda merayap turun dari tempat tidur. Rasa ingin tahu mengalahkan rasa takutnya. Ia menyelinap ke lorong.
  Kyle-kah? Atau orangtuanya?
  Ia harus tahu.
  Dengan badan menempel di dinding, Amanda mengendap-endap mendekati kamar Chrissy. Denyut nadinya bertambah cepat ketika dilihatnya pintu kamar itu terbuka.
  Sekuat tenaga ditahannya keinginan untuk kabur kembali ke kamarnya. Ia takut akan melihat sesuatu yang mengerikan bila mengintip ke kamar Chrissy lagi.
  Tapi ia memberanikan diri mengintai ke sana. Tempat tidur Chrissy kosong melompong. Seberkas cahaya bulan menerangi selimutnya yang acak-acakan.
  Amanda menghela napas panjang. Chrissy---ke mana kau? Kenapa kau bangun?
  Diikutinya suara-suara yang didengarnya di lantai bawah hingga ke dapur. Lampu dapur menyala.
  Dilihatnya Chrissy di sana. Gadis itu mengenakan jubah tipis warna merah jambu di luar gaun tidurnya. Badannya bertumpu pada meja dapur, mulutnya asyik mengunyah biskuit Oreo, dan matanya menerawang ke luar jendela.
  Ternyata ia sedang ngemil!
  Amanda mengembuskan napas lega.
  Dengan riang ia naik kembali ke kamarnya. Di depan kamar Chrissy, ia berhenti.
  Wow!
  Guntingan-guntingan koran itu!
  Berserakan di tengah tempat tidur Chrissy.
  Kenapa aku tidak melihatnya tadi? tanya Amanda dalam hati. Rupanya cahaya bulan bergeser sedikit. Ia tidak melihatnya tadi karena gelap.
  Aku harus melihatnya, Amanda memutuskan. Aku harus tahu rahasia Chrissy.
  Ia menoleh untuk memeriksa keadaan. Chrissy masih di dapur.
  Kesempatan, pikir Amanda sambil melangkah masuk ke kamar Chrissy.
  Apa yang kausembunyikan di sini, Chrissy? Apa?
  Dengan jantung berdebar-debar, ia membungkuk dan mengumpulkan guntingan-guntingan koran itu. Banyaknya kira-kira lima belas lembar.
  Dengan tangan gemetaran, Amanda memungut sehelai guntingan berita dan membaca judulnya, "Remaja Koma Masih Dirawat di Rumah Sakit."
  Diletakkannya guntingan koran itu dan diambilnya yang lain.
  Tapi sebelum ia sempat mengangkat artikel itu dan membacanya dalam cahaya yang remang-remang, sebuah tangan dingin mencengkeram tengkuknya.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Chapter 8
  Jilatan Api
 
 
 
 
 
 
  AMANDA menyentakkan badannya. Guntingan-guntingan koran itu berjatuhan dari tangann ya, berserakan di lantai. Secepat kilat ia berbalik. "Chris sy!"
  Chrissy diam saja. Tapi wajahnya berkerut marah.
  Amanda menggosok-gosok tengkuknya. Ia masih bisa merasakan dinginnya bekas jari-jari Chrissy di sana.
  Sekonyong-konyong embusan angin laut yang kencang menerobos masuk melalui jendela kamar Chrissy yang setengah terbuka, meniup guntingan-guntingan koran di lantai hingga berhamburan ke segala penjuru.
  Apakah ini tipuan mata belaka? pikir Amanda. Benarkah Chrissy sengaja membuat guntingan-guntingan koran itu berhamburan supaya aku tidak bisa melihatnya? Dalam keremangan cahaya bulan, kertas-kertas itu terbang dan melayang-layang menuju pintu.
  Chrissy mundur selangkah dan berdiri dengan tegang, sepertinya marah sekali, sementara kertas-kertas itu berserakan di dekat kakinya.
  "Keluar dari kamarku, Amanda," bisik Chrissy, matanya menyipit dengan marah. "Kau ini kenapa, sih? Mula-mula kau menyerangku selagi aku tidur. Lalu kau diam-diam masuk ke kamarku."
  Gadis itu menyentakkan kepalanya, seolah-olah hendak mengenyahkan rasa marahnya. "Apa pun masalahnya, jangan ganggu aku! Kalau sampai aku memergokimu masuk ke sini lagi---"
  "Aku---aku---tidak akan pernah masuk sini lagi." Sambil berusaha keras untuk tetap tenang, Amanda cepat-cepat berjalan melewati Chrissy. Ia sengaja tidak mau membalas tatapan Chrissy yang garang.
  Begitu ia keluar, Chrissy membanting pintu kamarnya.
  Amanda membeku di lorong. Ia ingin lari kembali ke kamarnya dan mengunci pintu. Tapi langkahnya terhenti.
  Cahaya bulan masuk melalui genting kaca di atas kepalanya dan Amanda melihat ada sehelai guntingan koran yang tertiup ke lorong.
  Amanda menyambar guntingan koran itu dan lari ke kamarnya. Ditutupnya pintu dan dinyalakannya lampu.
  Amanda memegang guntingan koran itu, tangannya gemetar saking bersemangatnya. Hal pertama yang dilihatnya adalah bahwa artikel itu diambil dari koran Harrison County Gazette.
  Harrison County tidak jauh dari Shadyside. Kira-kira dua puluh menit perjalanan naik mobil. Mengapa Chrissy tertarik pada peristiwa yang terjadi di Harrison County? Kota itu kan jauh sekali dari Seahaven.
  Sama seperti guntingan koran lain yang sempat dilihat Amanda, yang satu ini juga sudah berumur dua tahun.
  Dengan jantung berdebar-debar, Amanda duduk di pinggir tempat tidur dan membacanya.
  Artikel itu memuat laporan mengenai sebuah peristiwa tragis. Mr. dan Mrs. Anton Minor, suami-istri warga Harrison County, ditemukan tewas selagi tidur di rumah mereka. Hanya putri mereka, Lilith, yang selamat. Tapi, seperti yang sudah diberitahukan Chrissy padanya, Lilith sekarang dalam keadaan koma dan kecil kemungkinannya untuk sadar kembali.
  Menurut artikel itu, kematian mereka diyakini sebagai kecelakaan. Ada yang tidak sengaja meninggalkan mobil dalam keadaan menyala di garasi yang letaknya berdempetan dengan rumah. Mula-mula garasi dipenuhi gas karbon monoksida. Lalu gas yang mematikan itu menyusup melalui saluran pemanas dan pendingin udara, dan masuk ke rumah. Keluarga Minor menghirup karbon monoksida itu selagi tidur. Mr. dan Mrs. Minor tidak pernah bangun lagi. Begitu juga Lilith, seperti yang diberitakan di koran itu.
  Amanda memandangi guntingan koran di tangannya, bingung.
  Mengapa Chrissy sama sekali tidak disebut-sebut di sini?
  Sepatah kata pun tidak.
  Apakah waktu itu ia sudah tinggal bersama bibinya? Tapi kenapa?
  Mungkin ia kebetulan sedang tidak ada di rumah, pikir Amanda. Tapi bukankah berita-berita seperti ini biasanya menyebutkan nama anggota keluarga yang selamat?
  Mungkin berita ini tidak lengkap, putus Amanda. Ayahnya selalu mengeluhkan para wartawan yang sering kali tidak mengungkapkan semua fakta yang ada dalam kasus-kasus kriminal yang ditanganinya.
  "Wah!" seru Amanda keras-keras.
  Menurut cerita Chrissy pada ibunya, kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan mobil.
  Itu kan tidak sepenuhnya benar. Kenapa dia bohong? Dan kenapa namanya sama sekali tak tercantum dalam artikel ini?
  Baru satu bagian dari keseluruhan teka-teki ini yang aku tahu, pikir Amanda dalam hati. Bagaimanapun caranya, aku harus bisa mendapatkan s isanya. Guntingan-guntingan koran yang lain pasti mem uat keterangan yang kuperlukan.
  Amanda menguap. Cukuplah untuk malam ini.
  Dengan perasaan letih, Amanda berjalan ke jendela, membuka gorden, dan memandangi hutan yang disinari cahaya bulan. Seahaven indah sekali, pikirnya. Seandainya tidak ada Chrissy, segalanya pasti sempurna.
  Besok pagi aku akan berusaha mendapatkan guntingan-guntingan koran yang lain, Amanda memutuskan dalam hati. Toh caranya gampang saja.
  Aku akan menunggu sampai Chrissy keluar bersama Kyle dan Merry, lalu aku akan menyelinap masuk ke kamarnya dan membaca semua guntingan koran yang ada.
  Sedangkan guntingan koran yang ini akan kusimpan dulu, dan besok akan kutunjukkan pada Mom dan Dad, sebagai bukti kalau aku tidak gila---bahwa perkiraanku mengenai Chrissy benar.
  Mungkin Chrissy memang tidak melayang. Mungkin itu cuma mimpi, pikir Amanda.
  Tapi ada sesuatu yang aneh tentang Chrissy. Ia tidak seperti yang dikatakannya selama ini.
  Amanda beranjak dari jendela. Dibukanya laci lemari paling atas untuk menyembunyikan guntingan koran itu di bawah baju-baju dalam.
  Tiba-tiba saja jari-jarinya terasa perih dan panas. "Aduh---" pekiknya.
  Ia terkesiap ketika melihat guntingan koran di tangannya mendadak tersulut api!
  "Aduh!" Lidah api menjilat ujung jari-jarinya.
  Dilemparnya kertas yang berkobar-kobar itu ke lantai.
  "Tidak!" Matanya melotot ketakutan waktu melihat lidah api menyambar jumbai-jumbai permadani. Dalam sekejap, api sudah melahap seluruh pinggiran permadani.
  Sambil memekik takut dan panik, Amanda menyambar sebuah bantal besar dan memukul-mukulkannya ke permadani agar api padam.
  "Tidak! Tidak!"
  Selagi ia berjuang mati-matian memadamkan api, telinganya mendengar suara yang menyeramkan.
  Suara tawa?
  Siapa yang tertawa? Dari mana datangnya?
  Amanda memandang berkeliling. Ia takut sekali ketika menyadari suara tawa itu datang dari dalam kepalanya sendiri.
  Dipegangnya dahinya erat-erat.
  Suara itu tak mau berhenti juga.
  Suara tawa yang amat menyeramkan.
  Amanda memejamkan mata dan menggeleng-gelengkan kepala, berusaha mengenyahkan tawa itu dari kepalanya.
  Tapi suara itu tetap tak mau berhenti.
  Saat itu barulah Amanda menyadarinya. Suara tawa itu bernada rendah dan serak-serak basah, dan sebelum ini, ia sudah pernah mendengarnya---suara tawa Chrissy ketika ia melayang diterangi sinar bulan.
  "Diam!" teriak Amanda keras-keras. "Kumohon, diam!"
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Chapter 9
  Salah Sambung
 
 
 
 
 
 
  ESOK harinya, pagi-pagi sekali, dengan takut-takut Amanda mengintip lorong di depan kamarnya. Pintu kamar Chrissy tertutup.
  Sekarang atau tidak sama sekali, kata Amanda dalam hati. Aku harus bergerak cepat, mumpung dia belum bangun.
  Walaupun semalam hanya tidur satu-dua jam, anehnya Amanda sama sekali tidak merasa ngantuk. Semua sarafnya waspada. Seolah-olah ia punya tenaga baru.
  Tanpa suara, ia turun ke dapur dan menutup pintunya kembali. Diangkatnya gagang telepon warna merah yang terpasang di dinding dan ditekannya tombolnya. Mula-mula ditekannya kode area Shadyside, lalu nomor telepon Suzi Banton, tetangganya di Fear Street.
  Untung Suzi punya telepon sendiri, jadi seisi rumah tak akan terbangun mendengar dering telepon.
  Ayo dong, Suzi, angkat teleponnya, pikir Amanda tidak sabar. Aku benar-benar butuh bantuanmu nih.
  Empat deringan. Lima. Akhirnya terdengar suara Suzi yang masih mengantuk. "Halo?"
  "Hai, Suzi. Ini aku, Amanda."
  "Hah? Amanda? Awas ya kalau tidak penting. Soalnya aku barusan mimpi indah, berlayar saat matahari terbenam dengan---"
  "Ini penting, kok," sela Amanda tidak sabar. "Sangat penting."
  "Kenapa bisik-bisik segala, sih?" tanya Suzi. "Ada apa?"
  "Aku ingin minta tolong," jawab Amanda.
  "Aku nggak punya uang," tukas Suzi sambil menguap. "Musim panas ini aku nggak dapat pekerjaan. Kau ingat, kan?"
  "Ini lebih penting daripada uang," bisik Amanda. "Bisakah kau pergi ke perpustakaan Shadyside? Cari koran-koran lama. Pokoknya cari apa saja yang berkaitan dengan keluarga bernama Minor. Lilith Minor, Anton Minor, pokoknya yang bernama belakang Minor."
  "Well..." Suzi ragu-ragu. "Mereka ini siapa?"
  "Aku tidak punya waktu untuk menjelaskannya," kata Amanda. "Tapi ini soal hidup dan mati, Suzi. Pokoknya penting sekali untukku."
  "Masa aku harus ke sana, sih?" erang Suzi. "Kedengarannya kok seperti tugas sekolah."
  "Suzi---tolonglah! Perpustakaan Seahaven kecil sekali. Aku melewatinya waktu mau ke s


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles


Seorang rentung, dua cedera parah selepas kapal terbakar


Cerita Jebat dan Ariana Rose


Prosedur Akuan Sumpah untuk Bakal Guru


Novel : Kahwin Ganti 1


Novel : Perempuan Lindungan Kaabah 1


Pantun Tegur...


SESCo, polis serbu rumah terlibat curi kuasa elektrik


Kampung Sindang Baru gembira mendapat gelanggang futsal


Video Nakal Zaquan Adha Tersebar; Itu Antara Saya Dan Suami! - Ayu Raudhah


Sarapan ZUS Coffee - Delivery Menu



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>