Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Bayi Pinjaman - 8

$
0
0

Baby on Loan | Bayi Pinjaman | by Liz Fielding | Bayi Pinjaman | Cersil Sakti | Bayi Pinjaman pdf

Vampire Academy 2 : Frostbite - Richelle Mead Lupus Kecil - Hilman Hariwijaya Anak Kos Dodol - Dewi Rieka Aku Sudah Dewasa! - And Baby Makes Two - Dyan Sheldon Anugerah Bidadari - Astrella


  72
  Residents" Association Taplow Towers marah adalah masalah. Dengan situasi seperti ini mungkin ia malah membuat semacam rekor pengusiran.
  Ia mengerang keras saat mengingat bagaimana ia mempersilakan pria itu mengambil barang-barang berharga. Berjanji tidak akan melapor ke polisi. Pria itu hanya berdiri di sana dan membiarkan Jessie mempermalukan dirinya sendiri. Pantas saja pria itu tadi tersenyum.
  Residents" Association Taplow Towers, menurut dugaannya, hanyalah anak kucing dibanding Patrick Dalton. Jessie memiliki firasat buruk bahwa Mr Dalton, ditambah luka di kepalanya, bakal berubah menjadi harimau. Syukurlah masih ada surat perjanjian sewa itu. Setidaknya kertas itu membuktikan... sesuatu.
  Ia memberi Bertie sepotong biskuit bayi, menuang secangkir kopi untuk dirinya sendiri, dan berpikir tentang Carenza Finch. Gadis itu masih muda dan agak nyentrik, tapi dia tidak kelihatan seperti seseorang yang bisa menempati rumah ini tanpa izin da n menyewakannya untuk menipu. Lalu Jessie berpikir b agaimana gadis itu meminta uang sewanya dibayar tu nai dan mengerang. Sulit dipercaya ia benar-benar term akan tipuan gadis itu!
  Mao menggosokkan badannya di kaki Jessie, menuntut makan paginya.
  Tidak, tunggu. Ada Mao. Carrie meninggalkan kucing kesayangannya. Kucing itulah satu-satunya yang dipedulikan Carrie. Perasaan lega melandanya. Carenza Finch tidak menempati rumah tanpa izin
  73
  dan dia juga bukan gadis yang suka mengambil keuntungan. Setidaknya, bukan dan Jessie. Carrie diserahi tugas untuk menjaga rumah cantik milik Mr Patrick Dalton dan tanamannya yang berharga, padahal satu-satunya yang diinginkan anak itu hanyalah menyeberangi Selat Inggris bersama teman-temannya.
  Siapa tahu Patrick Dalton-lah yang menyerahi Carenza tanggung jawab atas rumahnya dan gadis itu malah menyewakannya. Posisi Jessie tidak separah yang ditakutkannya. Yang aku perlukan, pikir Jessie, adalah pengacara.
  Ia mengerutkan wajah. Ia sudah punya seorang pengacara. In situ-tepat pada tempatnya. Sambil terus memikirkan hal itu, Jessie berbalik dan mendapati pria yang sedari tadi memenuhi benaknya berdiri di ambang pintu dapur.
  Cangkir itu bergetar di atas tatakannya.
  Pria itu terlihat cukup mengesankan dalam kaus berwarna abu-abu tua dan celana jogingnya. Rambutnya masih basah sehabis mandi. Dalam jubah hitam dan wig putih, bisa dipastikan Patrick Dalton akan membuat siapa pun yang dituntutnya ketakutan setengah mati. Mungkin Pria itu tidak suka menjadi penuntut. Membela penjahat lebih menghasilkan banyak uang daripada mengirim mereka ke penjara. Lukisan minyak karya Stubbs dan peralatan makan perak ala Georgia bukanlah barang-barang yang murah.
  Seharusnya hal itu membuat Jessie merasa lebih baik, tapi tidak banyak. Tapi setidaknya ia bisa
  74
  sedikit berharap. Hukum mungkin tidak berpihak padanya, tapi prosesnya pasti akan memakan waktu. Mungkin tidak sampai tiga bulan, tapi cukup lama. Bagaimanapun juga, Patrick Dalton bukan pencuri, tapi pengacara QC dengan reputasi yang harus dijaganya. Pria itu tidak bisa mengambil risiko dengan mengambil jalan pintas. Dengan pikiran itu semakin memperkuat keyakinannya, Jessie berhasil tersenyum kikuk. "Silakan duduk, Mr Dalton. Silakan ambil sendiri kopinya."
  "Kulihat mereka sudah menjelaskan situasinya," ujar Patrick.
  "Mereka?" Jessie mendapati lebih mudah berkonsentrasi dengan mengelap tetesan air liur dan dagu Bertie danpada menatap mata Patrick. "Siapa?"
  "Polisi." Patrick duduk, menuang secangkir kopi kental, dan menambah gula. "Bukankah kau langsung menelepon mereka begitu kau turun?"
  Jessie mendongak memandangnya. "Sebenarnya tidak. Aku baru mau menelepon mereka waktu aku melihat koran semalam. Kau menjadi benta utama semalam, tapi sepertinya bukan karena masuk tanpa izin." Dan kali ini senyumnya muncul lebih mudah. "Tapi Patrick Dalton QC kan memang jarang kalah." Jessie hanya menduga, tapi dugaan itu sepertinya benar "karena Patrick mengernyit.
  "Aku tidak kalah. Pada saat-saat terakhir klienku memutuskan bahwa lebih mudah memperoleh apa yang diinginkannya dengan mengaku bersalah."
  Pria itu tidak terdengar terlalu senang. "Kau marah padanya karena melakukan hal yang benar?"
  75
  "Tentu saja aku marah. Dia tidak bersalah - Lalu Patrick mengangkat bahu. "Tak bersalah atas tuduhan itu pada tingkatan apa pun. Walaupun begitu, kelihatannya dia sudah dibayar mahal untuk memainkan peran itu. Bukti-bukti yang dimilikinya bakal mempermalukan orang-orang yang berkuasa."
  Patrick mengiris roti Jessie dan menaruhnya dalam toaster. "Jadi Carenza memintamu tinggal di sini dan menjaga rumah sementara dia bepergian?"
  "Tidak juga." Patrick menatapnya. "Aku mendapat surat perjanjian sewa yang layak. Dan aku sudah membayar sewa tiga bulan di muka."
  "Oh. bagus. Jadi kau membiayai liburannya. Trims," ujar Patrick sinis. "Bersediakah kau menjelaskan apa yang kaulakukan pada kakakku?"
  "Kakakmu?"
  "Ibu Carenza," jelasnya. "Carrie seharusnya belajar untuk mengikuti ujian ulang level A-nya pada musim gugur nanti."
  "Kalau Carrie separah itu, kakakmu seharusnya menjaganya lebih ketat," balas Jessie.
  "Betapa menyenangkan menemukan satu subjek yang sama-sama kita sepakati sepenuhnya. Tapi tidak jadi soal. Kau bisa menghentikan ceknya, kita akan merobek surat perjanjian sewa itu. dan masalah pun teratasi."
  Ya Tuhan, betapa angkuhnya pria ini. Angkuh sampai ke tulang-tulangnya. Dia dihadapkan pada sedikit ketidaknyamanan dan tidak peduli sedikit pun pada Jessie. Atau Carenza. "Itu akan sulit,"
  76
  ujar Jessie dengan kepuasan yang tak terkira "Aku membayarnya tunai."
  "Tunai?" Well, kata-katanya langsung menghapus kepuasan dari wajah Patrick. "Kau membayar uang sewa tiga bulan secara tunai"?"
  "Empat. Sewa satu bulan sebagai jaminan."
  "Kau tidak merasa hal itu sedikit aneh?" tuntut Patrick.
  Sebenarnya Jessie tidak terlalu senang dengan perjanjian itu, tapi ia tidak berada dalam posisi untuk berdebat. "Tidak ada waktu untuk mencair-kan cek. Carrie sedang terburu-buru."
  "Pasti. Kurasa sekarang dia sudah di Prancis." Jessie tidak menyangkal atau membenarkannya. Carrie memang menyebut-nyebut soal kapal feri. Mungkin kapal itu menuju Prancis, tapi mungkin juga ke tempat lain dan itu sama sekali bukan urusannya. Yang pasti ia tidak berniat membantu Patrick menemukan gadis itu. "Mungkin dia pikir aku tidak akan tahu," tambah Patrick.
  "Kalau klienmu mengikuti nasihatmu, mungkin kau memang tidak akan tahu."
  Rotinya muncul dan toaster. Patrick bangkit, melintasi ruangan menuju lemari es, dan membukanya dengan hati-hati, menatap kerusakannya tanpa ekspresi. "Tidak jadi masalah." Dia berbalik menghadap Jessie sambil memegang piring mentega. "Aku akan mengganti uangmu."
  Jessie yakin pria itu tidak sedang membicarakan mentega. "Itu tidak perlu. Aku tidak menginginkan uangmu."
  77
  "Kau baik sekali, tapi aku tidak bisa membiarkanmu menderita karena keponakanku-"
  "Kau tidak mengerti. Aku tidak sedang berbaik hati, Mr Dalton. Dan aku tidak berniat menderita. Kau tidak perlu mengganti uangku karena aku tidak akan pindah. Aku sudah menandatangani surat perjanjian sewa yang sah, melalui sebuah agensi, dan aku tidak berniat merobeknya. Polisi yang datang tadi malam sudah melihatnya dan mencatat semua detailnya," ujar Jessie. Siapa tahu pria itu berencana merobek dokumennya.
  Mereka bertatapan; mata Patrick abu-abu dan tenang. Mungkin mata itu bisa membuat para saksi bermimpi buruk, tapi Jessie tidak sedang diperiksa oleh pria itu di ruang sidang, jadi ia menolak diintimidasi. Setidaknya, tidak terlalu besar.
  Untuk menekankan maksudnya, Jessie mengambil sepotong roti Patrick. Bagaimanapun juga, ini kan rotiku dan mentegaku, pikir Jessie.
  "Kurasa polisi itu mungkin sudah membahas semua detailnya bersamamu." Lalu, karena tidak mau bermusuhan dengan Patrick, Jessie menawarkan jalan tengah. "Mungkin kau masih sedikit bingung. Hal itu memang bisa mengacaukan ingatanmu."
  Patrick duduk dan menatap Jessie lurus-lurus. "Tidak ada yang salah dengan ingatanku." Ingatannya bekerja secara maksimal dan membawa Patrick kembali melihat Jessie Hayes terbaring dalam bath tub-nya. Pemandangan yang sangat mengganggu.
  "Kau yakin? Mungkin lebih aman jika kau menginap beberapa malam di rumah sakit."
  78
  "Cukup yakin." Patrick menemukan alasan untuk tersenyum. "Selain itu aku percaya bahwa rumah adalah tempat terbaik untuk menyembuhkan penyakit apa pun yang menimpamu."
  "Tapi ini rumahku selama jangka waktu sewaku," Jessie bersikeras. "Tentunya kau punya relasi yang bisa kautumpangi?" Jessie yakin satu kata saja dari Patrick bisa membuat para wanita mengantre menerimanya. "Keluarga atau teman yang mau menampungmu selama tiga bulan ke depan?"
  Senyum Patrick menghilang semudah datangnya. "Tiga bulan!"
  Oh, sial. Dia marah. Jessie terkejut karena Patrick menunjukkan seberapa besar kemarahannya. Ia yakin bahwa kalau dia berada di ruang sidang, pria itu tidak akan menaikkan suaranya di atas nada percakapan yang sopan. Di sana Patrick Dalton pasti menggunakan suara bersahabat yang memperdaya saksi sehingga merasa seolah-olah sedang berbicara pada seorang teman. Sampai semuanya terlambat.
  Mungkin dia sedang sakit kepala. Jessie bersimpati. Pria itu bisa saja mendapatkan seluruh simpatinya. Tapi bukan rumahnya. Rumah Jessie.
  "Bagaimana denganmu?" Patrick balas bertanya. "Apa kau tidak punya "teman" atau "keluarga" yang bisa kautumpangi?"
  "Kalau punya, aku tidak akan ada di sini. Aku sudah hampir kehilangan akal waktu agensi itu menawariku rumah ini."
  79
  "Agensi apa?"
  Jessie memberitahunya. "Aku berhubungan dengan mereka lewat telepon. Dengan Sarah," tambahnya, jadi Patrick bisa melihat bahwa ia serius. "Mereka sangat efisien. Mungkin mereka bisa membantumu," tambahnya lagi. "Aku terlalu sibuk untuk menghabiskan waktu mencari tempat lain."
  "Sibuk? Kausebut tidur di pagi hari sibuk?" "Tidur?"
  "Kau baru saja mandi. Setidaknya kurasa itulah yang kaulakukan di kamar mandi," tambah Patrick buru-buru, berusaha memperbaiki kesalahan yang baru saja dilakukannya. "Karena kau memakai jubah mandiku."
  Jessie menunduk melihat jubah mandi yang sedang dipakainya, menyadari pipinya yang tiba-t iba terasa hangat. "Jubah mandi ini milikmu?" tanyanya sambil lalu. "Rasanya sangat nyaman."
  "Aku tahu."
  Membayangkan pria itu sebagai orang terakhir yang memakai jubah mandi itu membuat Jessie tidak mampu mempertahankan sikap dingin yang ingin ditunjukkannya. Ia malah mulai merasa hangat. Tapi ia berusaha keras menepisnya. "Aku memang mandi agak siang. Rutinitasku benar-benar terganggu karena kehadiran Bertie."
  "Itu sudah jelas" ujar Patrick, tidak terlalu bersimpati. "Seharusnya kau sudah memikirkan hal itu sebelum memutuskan menjadi ibu."
  "Oh, tapi, "
  80
  "Ini rumahku, Jessie."
  "Oh... kau ingat namaku."
  "Ya, aku ingat." Mana mungkin ia bisa lupa?
  Jessie merasa pipinya memerah. "Ms Hayes saja sudah cukup," bentaknya.
  "Carenza tidak punya hak apa pun untuk menandatangani surat perjanjian sewa, Ms Hayes. Surat itu sama sekali tidak berarti."
  "Kurasa aku ingin memeriksanya bersama pengacara, kalau kau tidak keberatan."
  Patrick menatapnya marah. "Lakukan apa yang kauinginkan, tapi kusarankan kau tidak membuang-buang uangmu. Asal kau tahu saja, kalau bukan karena bayimu, aku sudah bakal melemparmu ke jalan hari ini." Jessie, yang hampir menjelaskan bahwa Bertie bukanlah bayinya waktu pria itu menyelanya, memutuskan bahwa akan lebih bijaksana menyimpan fakta itu sementara waktu. "Bolehkah aku menelepon agensimu yang hebat itu?" Patrick menawarkan. "Kalau mereka memang sangat efisien, mereka pasti bisa mencarikanmu tempat lain untuk tinggal
  "Jangan repot-repot." Diberi peringatan 24 jam satu kali tidak menyenangkan, dua kali dalam seminggu membangkitkan sifat spontan dan impulsif yang sudah susah payah ditahan-tahan Jessie. "Aku tidak akan pindah."
  Hening sejenak sebelum Patrick berkata, "Kalau begitu kita berdua punya masalah, Ms Hayes, karena aku juga tidak akan pindah."
  Sesaat ruangan itu terasa penuh ketegangan.
  81
  Jessie menelan ludah dan, menolak diintimidasi, ia berkata, "Well, kukira aku bisa menyewakan gudang untukmu. Memang agak berat membayar seluruh uang sewa di muka-"
  Patrick menyambar kesempatan ini. "Kau bisa mendapatkannya kembali. Seluruhnya. Ditambah uang sewa satu bulan sebagai kompensasi untuk kesulitanmu. Aku akan memberimu cek-"
  Jessie tidak menginginkan


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>