Cerita Cinta | Bedded by the Boss | by Lynda Chance | Bedded by the Boss | Cersil Sakti | Bedded by the Boss pdf
Fear Street - One Evil Summer - Musim Panas Berdarah Bintang Dini Hari - Maria A Sardjono Cinta di Dalam Gelas - Andrea Hirata Fear Street - Switched - Tukar Tubuh Burung Kertas - Billy Koesoemadinata
amun sikap arogannya selalu di atas. Apakah ia selalu bersikap brengsek? Atau apakah itu cuma dirinya? Renee tidak pernah dengar ia menjadi seseorang yang kurang respek pada Mrs. Argenot. Memangnya ia sedang menceburkan dirinya ke dalam apa? Berjuang untuk nafsu? Memusuhinya?
"Sudah berapa lama kau tinggal di Louisiana?" pertanyaan pedasnya keluar lagi dan memukulnya.
Akan menuju mana ini?
"Seluruh hidupku." Ia tidak bisa menekan getaran kecil ketika tekanannya mencengkeramnya.
"Kau benar benar belum memahami bahwa aku suka kopi yang kuat. Yang ini berasa seperti air." Robert berjalan ke dalam kamar mandi pribadinya dan Renee mengamati lewat pintu yang terbuka sewaktu Robert menuangkan cairan kopi itu ke wastafel. Robert meninggalkan cangkir itu disana dan berbalik dan kembali ke tempat Renee.
Robert meletakkan kedua tangannya di meja dan bersandar di depannya. Ukuran tubuhnya dimaksudkan untuk mengintimidasi. "Aku tahu ini akan sulit untukmu, tetapi bisakah kau belajar bagaimana membuat secangkir kopi yang pantas?"
"Y-ya, sir. Aku a-akan mencobanya lagi." Robert begitu dekat sehingga Renee dapat mencium campuran aroma jantan seorang pria dan agresivitas yang menguar dalam gelombang yang tak terlihat. Apa yang salah dengannya hingga ia tertarik pada Robert. Robert adalah seorang pria brengsek. pria brengsek yang tampan. Mata Renee menelusurinya. Pria enam kaki empat inchi penuh testosteron yang menggelegak berdiri di hadapannya. Robert jarang memakai setelan bisnis, ia lebih suka memakai jeans dan kemeja lengan pendek yang kasual. Bagian belakang kemejanya menggantung di bawah ikat pinggang dengan gaya yang tak rapi. Robert terlihat dan kelihatan sebagaimana seharusnya lelaki yang dikenalnya. Seorang pekerja kerah-biru dengan intelegensia yang cerdik dan sebuah indera bisnis tajam yang telah mengambil resiko dan kaya. Renee tahu kisah itu. Mrs. Argenot bangga padanya seolah-olah Robert adalah putranya sendiri.
Mata Renee melanjutkan merekam wajah tampan Robert. Rambutnya hitam dan gelap, dan perlu di potong. Seutas rambut tebal yang jatuh menutupi dahinya tidak mengurangi kesan maskulinnya. Mereka hanya menyinari wajah yang menarik dengan intensitas. Sebuah wajah
yang menggambarkan kekuasaan dan kekejaman yang melekat. Hidungnya didominasi oleh sosok maskulinnya yang mencolok. Mulutnya penuh, lekuk ganda menghiasi bibirnya. Renee mendorong kursinya ke belakang satu inchi namun tetap duduk dan mengamatinya penuh gejolak.
"Apa yang kau tunggu? Izin?" Robert meneriaki Renee.
Tubuh Renee tersentak sebagai akibat dari suara Robert yang mengoyak inderanya. Empat-puluh-delapan-hari lagi. Renee berdiri dan melangkah miring menjauhinya ke rah meja kopi. Robert berbalik dan mengikuti Renee dan berdiri menonton, tangannya bertolak pinggang. Tangan Renee bergetar ketika membuat kopi secara otomatis. Reneeberdiri dengan punggung menghadap Robert ketika mesin kopinya meneteskan kopi.
Robert melihat ketegangan dalam garis ramping punggung Renee dan tangannya tidak sengaja terkepal. Ia harus menghentikan dirinya dari dirinya sendiri agar tak meraih dan menyentuh wanita itu. Sudah seperti ini hampir setiap jam dari demi tuhan empat-puluh-dua hari selama Renee bekerja untuknya.
Hidupnya hingga empat-puluh dua-hari yang lalu sangat mulus, dan dalam sekejap terbalik. Robert bekerja keras membangun perumahan dan gedung perkantoran, dan ia menghasilkaan banyak uang dari hal itu. Robert tinggal sendiri, sebagaimana ia menyukainya, dan selalu ada wanita di belakangnya sesuai kebutuhan.
Sialnya, Robert dengan terpaksa menyingkirkan wanita yang sedang dikencaninya ketika wanita itu mulai meminta kebutuhan-kebutuhan yang mustahil dapat dipenuhinya. Yang makin membuat situasinya makin parah, karena ia tidak memiliki penyaluran untuk semua testosterone sialan yang terbagun di dalam dirinya.
Dan Renee Guilot lebih dari kuat daripada kebanyakan wanita. Robert membayangkan berhubungan seks dengannya dari setiap sisi.
Renee merasakan mata Robert di punggungnya seperti sentuhan fisik. Tangan Renee gemetar sewaktu ia menuangkan kopi dari karafe ke dalam cangkir yang bersih. Getaran di dalam tubuhnya mengkhianati dirinya hingga membuatnya kesal lebih dari apapun. Pelan-pelan Renee berbalik dan memandangnya dan menyerahkan cangkir kopi pada Robert, kegugupannya meningkat dan cairan kopi yang panas tumpah ke tangannya. Renee menjerit kesakitan dan kopi yang dipegangnya mulai bergoyang dalam genggamannya.
"Sial." Robert meraih dan mengambil cangkir kopi dari Renee dan meletakkannya di meja. Membalikkan tubuh Renee, Robert meraih dan menyalakan air dingin dan mengambil tangan Renee dan menahannya dibawah pancuran air dingin.
Renee seperti diserang dari segala pejuru. Tangannya terbakar karena cairan panas, dan Robert menempelnya dari belakang, tangannya melingkar sepenuhnya disekitar tubuh Renee
saat tangan Robert memegangi tangannya dibawah aliran air dingin. Ia mulai gemetar lebih keras lagi.
"Ya Tuhan, tenanglah. Kau baik-baik saja. Tidak mungkin lukanya separah itu." Robert menyelipkan satu tangannya disekitar pinggang Renee dan menarik Renee ke arahnya. Hal itu tidak membantu dan getaran di tubuh Renee tetap berlanjut. Nafsu menghantam Robert seketika itu juga ketika ia menghirup wangi Renee dan merasakan tubuh Renee menghangat dan lembut berlawanan dengannya. Bayangan Renee di tempat tidurnya menyerang inderanya. Pegangannya pada Renee semakin mengencang.
Robert kembali sadar ketika ia merasa Renee mulai menarik diri.
Rene mematikan air dan melangkah mundur darinya. Ia mengambil serbet untuk menenangkan syarafnya dan mengeringkan tangannya yang basah. Ia berbalik menghadap Robert dan menegakkan bahunya.
Renee menyerahkan kopinya. "Cobalah." Ia menghela napas dalam-dalam dan menyilangkan tangannya dengan protektif di depan tubuhnya.
Robert mengambil cangkir kopinya, menyesap dan menggerutu. "Lebih baik. Aku tahu kau bisa belajar." Robert memandangnya dengan tajam dan berjalan kembali ke kantornya.
Renee pelan-pelan menghembuskan nafas yang sudah ditahannya.
Kopi itu adalah kopi yang sama seperti yang pertama kali dibuatnya.
Bab 2
Selasa sore, Mrs. Argenot berjalan keluar dari kantor Robert dengan tangan penuh.
"Aku akan pergi ke kantor pengadilan, Renee. Aku harus memasukkan formulir ini untuk mendapatkan berkas izin, dan mengambil salinan peta datar untuk jemaah gereja La Fourche. Setelah itu, aku akan ada di kantor penilai wilayah. Kau akan menjaga kantor selama sisa hari
ini."
"Tak Masalah. Siang ini tak banyak janji temu kecuali dengan Cameron Industrial Supplies. Yang lainnya adalah bisnis seperti biasa. Hati-hati diluar sana."
Renee benar benar menyukai wanita yang lebih tua itu. Mrs. Argenot mengutamakan bisnis dengan balutan keibuan diluarnya. Menyenangkan sekali bekerja dengannya hari demi hari.
Mrs. Argenot berhenti sebentar dalam perjalannya ke pintu dengan pandangan penuh perhitungan. "Oh, James Cameron yang itu! Kau belum pernah bertemu dengannya, kan? Perusahaan ini telah membangun 2 gudang miliknya. Konsultasi ini cuma formalitas saja. Kita akan mendapatkan tendernya." Ia memelankan suaranya. "Ia seorang pria yang baik, Renee. Ia single, sayang. Ia membayar tagihannya dalam tiga puluh hari. Dan juga sangat tampan. Kau harus mengatakan padaku apa yang kau pikirkan tentangnya besok."
Mrs. Argenot memberinya senyum penuh konspirasi dan berlalu dari kantor.
***
Pada pukul tiga sore, Renee mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas kerja di mejanya kepada pria yang masuk dari luar. Ia langsung paham apa maksud Mrs. Argenot. pria itu tinggi, besar dan amat sangat tampan, meskipun agak muda. Ia punya rambut coklat dengan lapisan keemasan. Renee langsung menekan perbandingannya ke dalam tempat gelap sekuat baja dalam pikirannya dan fokus pada pekerjaannya.
"Anda pasti Mr. Cameron." Renee memberi James Cameron senyum teramah miliknya.
"Dan kau pasti sekretaris baru yang terus diocehkan terus menerus oleh Mrs. Argenot." Ia berjalan menyeberangi ruangan dan mengulurkan tangannya ke arah Renee.
Renee mendengar bunyi klik pelan di belakangnya ketika ia berdiri dan berjabat tangan dengan James Cameron. "Ya. Saya Renee Guillot." Renee menahan senyumnya ketika James Cameron terus memegang tangannya.
"Tolong panggil aku James. Kita akan sering bertemu. Karena sekarang aku sudah bertemu denganmu, kupikir aku tidak akan menghabiskan waktuku dengan mencari tender-tender lainnya." Renee merasa James mempererat jabatan tangannya. Jika otaknya belum terpikat dengan Robert Thibodeaux, Renee tahu ia akan menikmati sentuhan tangan James.
James memutuskan kontak matanya dengan Renee saat mendengar suara yang datang dari seberang ruangan.
Robert berdiri dan memandang tidak suka pada kami di depan pintu kantornya. Renee merasakan efek provokatif Robert padanya setiap kali Renee berada dalam jarak pandangnya.
Robert mengamati keduanya. Ketegangan mencengkeram Renee. Akhirnya Robert bicara.
"Cameron. Senang bertemu denganmu. Kalau kau bisa melepaskan tangan sekretarisku untuk sementara waktu, kita bisa mengurus masalah bisnis."
Pelan pelan James melepaskan tangan Renee dan mengikuti Robert ke dalam kantornya.
***
Hampir dua jam kemudian, Renee sedang membersihkan mejanya ketika kedua pria itu keluar dari pertemuannya. Mereka berjabat tangan dan James Cameron melihat kearahnya, mengangguk, dan meninggalkan gedung.
Robert berdiri dengan tangannya menyilang, melotot ke arah Renee. Detak jantung Rene berpacu ketika Robert mendatanginya. Robert menyeberang ke belakang meja tempat Renee duduk dan meletakkan tangannya di kedua lengan kursi Renee dan memenjara dia pada posisinya.
Nafas Renee menggila. Matanya terpaku pada Robert.
"Jangan bermain-main dengan klienku lagi." Kata-katanya tajam, penuh penekanan.
Renee menarik nafas dan mulai menggele ngkan kepalanya untuk menyangkal. Empat-puluh-tuju h-hari-lagi. "Aku tidak-"
"Bohong. Aku melihatmu. Aku tidak butuh bantuanmu untuk melancarkan bisnisku. Cukup kau kerjakan pekerjaanmu dan simpan senyum kecil manismu itu untuk dirimu sendiri." Pegangan tangannya mengencang di kursi hingga memutih. Kemarahan memancar dari Robert. Robert Terlalu marah pada Rene untuk mendengarkan alasannya.
Renee mengangguk menyetujui.
***
Robert berdiri di bawah pancuran air dingin dan mencoba menahan emosi liar yang menghampirinya. Harinya sudah dekat. Cameron brengsek itu melihat Renee seolah-olah ia mengira-ngira Renee di tempat tidurnya. Senyum balasan Renee pada Cameron. Dan nafsu serta posesi yang mengalir dalam tubuh Robert ketika Renee duduk dengan sangat kaku di lengannya.
Robert adalah bom waktu yang berdetik dan menunggu untuk meledak. Ia butuh seorang wanita di ranjangnya. Butuh seorang wanita malam ini.
Tapi hanya satu yang bisa. Dan ia belum bisa memilikinya.
Penantiannya akan membuatnya tergelincir dan melakukan sesuatu yang bodoh.
Dengan sumpah serapah yang mengalir dengan ganas, ia menyalakan air panas dan ia mengarahkan tangannya penuh sabun ke bawah dan melakukan apa yang harus dia lakukan, jadi ia akan punya kendali yang cukup untuk menghadapi Renee keesokan harinya.
Bab 3
Sisa minggu itu berlalu dengan lambat. Jumat pagi, ia menanyakan pada dirinya sendiri terus menerus kenapa ia melanjutkan hidup dalam ketegangan ini. Pekerjaan ini memberinya gaji yang bagus dan beberapa keuntungan, namun tidak menghalangi antara Renee dan keinginannya. Terutama setelah percakapan yang dilakukannya dengan putrinya malam sebelumnya.
Ia sedang meringkuk menonton sebuah film lama mencoba menjauhkan pikirannya dari bayangan Robert Thibodeaux yang begitu mengancam ketika handphonenya berdering. Foto putrinya berkedip, dan ringtone khusus berbunyi memenuhi udara. "Hey, sayang. Apa kabarmu?"
"Ma. Coba tebak?" Brittany berhenti sementara sebelum melanjutkan dengan suara meninggi. "Aku berhasil mendapatkan posisi R.A!!" katanya dengan nada antusias.
Renee tidak tahu apa artinya, tapi dapat mengetahui bahwa itu mungkin sesuatu yang bagus. "Hebat, sayang. Apa itu R.A?"
Brittany menjawab dalam kalimat yang terburu-buru. "Resident Advisor (Penasehat Asrama). Aku terlalu muda untuk dapat menduduki
↧
Bedded by the Boss - 2
↧