Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Bedded by the Boss - 3

$
0
0

Cerita Cinta | Bedded by the Boss | by Lynda Chance | Bedded by the Boss | Cersil Sakti | Bedded by the Boss pdf

Love From My Heart - Endik Koeswoyo 1001 Hari di Hongkong - Lan Fang Alice in Wonderland - Lewis Carroll Baby on Loan - Bayi Pinjaman - Liz Fielding Badai-Badai Puber - Motinggo Busye

jabatan itu karena aku masih ada di tahun kedua. Tapi aku pasti mengesankan mereka karena aku tidak perlu datang lagi untuk wawancara kedua. Mrs. Cobb, wanita yang bertanggungjawab di asrama, membaca C.V dan formulir aplikasiku dan mempekerjakanku saat itu juga."
 
  "Mempekerjakanmu untuk apa? Apa itu Penasehat Asrama?" Renee bahagia untuk anaknya, tetapi ia tidak ingin anaknya terbebani dengan pekerjaan. Brittany harus tetap memiliki nilai bagus, jadi uang beasiswanya tidak akan di cabut.
 
  "Artinya aku akan tetap tinggal di asrama freshmen (mahasiswa tingkat pertama) tahun depan, dan jadi seperti kakak bagi mahasiswa baru. Mahasiswa baru akan mendatangiku kalau mereka punya masalah, atau hanya bertanya saja dan aku akan membantu mereka. Tentu saja, aku harus melaporkan penggunaan alcohol, narkoba atau sesuatu yang seperti itu, tapi kupikir tugasku takkan terlalu banyak karena aku belum pernah menemui masalah seperti itu tahun ini. Well, bukan di asrama mahasiswa baru."
 
  "Dan mereka akan membayarmu?" Tanya Renee.
 
  "Well, tidak juga. Aku cuma boleh tinggal-secara gratis. Yang harus Mama lakukan hanyalah membayar biaya makananku tahun depan. Dan kuharap setiap tahunnya setelah
  itu."
 
  Renee merasa sebuah simpul yang menekan dengan sangat kuat telah terangkat dan digantikan dengan kelegaan. "Kau serius? Kita tidak harus membayar uang asrama? Dan kau tidak harus k erja sampingan apapun? Kau hanya wajib tinggal disan a dan menjawab pertanyan-pertanyaan?"
 
  "Yeah, Ma. Pada dasarnya memang seperti itu. Sebelumnya aku tidak mau bilang apa-apa padamu ketika aku melamar posisi itu karena aku tidak mau membuatmu berharap terlalu banyak. Tapi sekarang kita bisa merayakannya. Hore!!"
 
  Renee memikirkan kembali percakapannya dengan Brittany kemarin malam dan masih tetap merasa takjub akan perasaan lega yang dirasakannya. Beban keuangan untuk kuliah Brittany hampir sama sekali hilang sekarang. Ia merasa beruntung memiliki seorang anak gadis yang pintar dan bertanggung jawab. Dan sekarang ia bebas keluar dari pekerjaannya dan meninggalkan kantor yang memicu histeria ini. Jadi kenapa ia tetap disini? Itu membawanya pada pilihan yang harus ia ambil saat ini.
 
  Ia bisa keluar dari pekerjaan ini atau.atau ia bisa berhenti menghindar dari Robert dan membiarkan Robert menangkapnya. Tiba-tiba banyak bayangan yang memicu keingintahuan Renee. Robert benar-benar pria terseksi dalam hidup Renee. Robert telah menjadi objek yang dikagumi bagi Renee sejak pertama kali Renee bertemu pandang dengannya.
 
  Tidak diragukan lagi, Robert menginginkannya. Renee tidak bodoh. Renee tahu tanda-tandanya. Robert seperti banteng dengan kain merah di depan wajahnya. Berapa banyak yang harus dilakukannya untuk mendorong Robert melewati batas? Bisakah Renee melakukannya dengan begitu halus hingga Robert tidak menyadari apa yang menyerangnya?
 
  Renee menggigit bibirnya dan berharap apakah ia harus mencobanya.
 
  ***
 
  Renee mendapatkan kesempatannya sore itu ketika Robert keluar dari kantornya, mencari berkas yang sedang dikerjakan Renee. Renee memulai godaannya dengan baik, tetapi berhenti di tengah jalan karena terlalu pengecut.
 
  Menyerahkan berkas-berkasnya pada Robert, Renee mendorong kursinya menjauh dari meja untuk memancing mata Robert pada kakinya ketika Renee pelan-pelan menyilangkannya. Dengan gerakan halus, Renee meraih ke bawah ke pahanya dengan tangan gemetar dan meluruskan kerutan yang tak kelihatan. Selagi pandangan Robert mengikutinya, Renee merendahkan tangannya ke pergelangan kakinya dan menariknya kembali ke atas ke pahanya lagi, kali ini sampai di bawah roknya dan menariknya beberapa inchi di atas lututnya sebelum mencoba berusaha menutupi kakinya.
 
  Renee mengangkat wajahnya kearah Robert dan membeku. Pandangan mata Robert terpaku padanya, cuping hidungnya mengembang dan rona merah merayapi tulang pipinya.
 
  Robert merasakan tendangan di perutnya tepat di tempat sasaran yang Renee incar. Dampak dari gerakan Renee memukulnya. Mata Renee menahannya selama dua detik dan kemudian menjauh.
 
  Tetapi tidak cukup cepat.
  Permainan baru saja berubah.
 
  Nafsu langsung melanda diri Robert. Ia meraih dan mengambil pulpen yang dipegang Renee di jarinya. Robert melihat Renee tersentak dan berusaha menyembunyikannya. "Kau pikir kau mungkin bisa menang dariku, sayang?"
 
  Renee merasakan getar ketakutan merayapi tulang belakangnya. Ia tidak berharap Robert akan seketika menanggapi. Ia belum siap untuk ini. Ia menggertakkan giginya dan mencoba menggertak. "Aku tidak mengerti apa maksudmu."
 
  "Benarkah? Kau makhluk kecil yang sempurna, tapi jangan pernah berpikir kau berharap bisa mempengaruhiku dalam waktu singkat." Robert meraih dagu Renee diantara jari-jarinya dan mengangkat wajah Renee. "Percayalah padaku. Kau takkan bisa mengatasi akibatnya."
 
  Robert berbalik dan membanting pintu kantornya.
 
 
 
  Bab 4
 
 
 
  Malam minggu, Robert duduk di bar di Ninth Street Wine Grotto dan sedang minum bir keduanya. Ia menolak untuk bertanya-tanya pada dirinya sendiri akan pilihan lokasinya. Pertemuannya dengan Renee dua minggu yang lalu merupakan kebetulan. Hal itu tidak akan terjadi lagi. Perasaan frustasi mencengkeramnya. Robert harus mendorong Renee keluar. Ia butuh Renee yang telanjang. Di bawahnya. Di atasnya. Berlutut di bawahnya.
 
  Bayangan wajah Renee ketika mantan istrinya yang jalang meneleponnya menghiasi otaknya. Pandangan matanya ketika Renee menyadari ia tidak menikah. Takut. Lega. Bingung.
 
  Renee tidak kebal atas dirinya. Tidak sama sekali.
 
  Apa yang telah mendorongnya melakukan sandiwara kecil dengan menggoda Robert seperti yang ia tunjukkan kemarin? Apa yang ada di kepala cantiknya itu? Ada yang berubah dengannya. Robert berniat mencari tahu apa itu.
 
  Robert tahu Renee menginginkannya. Mungkin tidak sebanyak Robert menginginnya, tetapi Renee penasaran pada Robert. Penasaran bagaimana jadinya kalau Renee bersamanya. Robert bisa menciumnya. Keingintahuan. Keingintahuan itulah yang akan memberinya pembukaan yang dibutuhkannya. Robert harus membuat hal itu terjadi. Fakta bahwa Renee tak akan dapat mempertahankan pekerjaannya memang menyedihkan. Robert tahu ia adalah seorang bajingan kejam, tapi ia akan menemukan caranya. Dan tidak lama lagi, ia akan mengatur kepingan-kepingan itu menjadi tindakan.
 
  ***
 
  Senin siang, Renee sedang berada di ruang arsip mencari diantara cetak-biru yang berdebu ketika ia mendengar pintu terbanting.
 
  Tubuhnya tersentak dan jalinan perasaan panik dan gembira meluncur di sepanjang tulang belakangnya ketika ia melihat Robert bersandar di pintu tertutup. "Apa yang kau lakukan disini?" suaranya mengoyak Renee.
 
  "Mrs. Argenot membutuhkan cetakan proyek Belle Chase." Syaraf Renee menegang namun untungnya suaranya tidak bergetar.
 
  Robert berdiri, lengannya menyilang, memandanginya. Ya Tuhan, Robert tampan. Renee mengingat postur Robert satu demi satu. Rambut Robert gelap dengan helai abu-abu yang menghiasinya. Mata coklat yang indah dengan alis tajam. Bibirnya penuh dan kulitnya gelap, dengan warna kehitaman. Hidungnya terlalu besar dan sedikit tidak simetris, sepertinya hidungnya pernah patah. Hal itu membuatnya terlihat maskulin, wajah jantan yang mencolok.
 
  Jantung Renee berdetak lebih kencang.
 
  "Aku mau kau keluar dari pekerjaan ini. Ini tidak akan berhasil." Itu adalah perintah.
 
  Renee terkejut dan ia tidak siap. Renee mencoba mengulur waktu. "Kenapa?" Suaranya lembut.
 
  "Kenapa? Kau bercanda?" Robert mendorong, menutup pintu dan melangkah seperti seekor predator ke arah Renee.
 
  Renee menjatuhkan kertas-kertas di tangannya dan melangkah mundur satu langkah. Ia mengangkat satu tangan rampingnya untuk menjauhkan Robert.
  Hal itu cukup untuk menahannya sebentar.
  "Jadi kau akan menyerahkan surat pengunduran dirimu?"
  Kekecewaan dan panah kesakitan meluncur ke dalam dirinya. "Apa kau memecatku?" "Tidak. Aku ingin kau mengundurkan diri." Garis bibirnya menipis.
  "Aku tidak mau mengundurkan diri." Lebih daripada apapun Renee mulai ingin tahu kemana hal ini akan berlanjut.
 
  "Sialan, Renee. Berhentilah bersikap keras kepala. Kau tahu ini akan berakhir buruk untukmu." Suara Robert berubah tajam.
 
  Renee menganggkat dagunya dan menyerang balik, menantang Robert. "Mungkin itulah yang akan berakhir buruk untukmu. Mungkin kau takut padaku."
 
  Robert tertawa. "Hebat telah mencobanya, sayang. Hal itu tidak akan terjadi. Ini akan berakhir di satu tempat dan hanya satu tempat saja."
 
  Renee menggoyang kepalanya ke depan dan belakang. Rambutnya bergerak berkilau di sekitar punggungnya. "Aku tidak akan mengundurkan diri. Apa kau akan memecatku?"
 
  "Tidak. Kau yang akan mengundurkan diri." Kata-katanya tidak berubah, tidak dapat dibantah.
 
  Renee terus menggelengkan kepalanya.
 
  Mata Robert menyipit memandang Renee. "Mungkin kau mau sebuah contoh? Sebuah demonstrasi akan apa yang dapat kau harapkan kalau kau tidak menyerah?" Robert mulai melangkah ke arah Renee lagi.
 
  Renee melihat Robert seolah-olah ia kerasukan. Ia mundur sampai menabrak dinding. Robert mengikuti. Mata Renee membesar ketika Robert berhenti di depannya. Robert meraih dan meremas rambut Renee dan melilitkannya di sekitar tangannya. Jantung Renee berdentam di dadanya dan nafasnya berubah keras.
 
  "Kau sudah berjuang dengan baik. Kau adalah lawan yang pantas. Tapi coba tebak, sayang. Skakmat."
  Bibir Robert menutupi Bibirnya.
 
  Panas menyentak ke dalam tubuhnya. Sekalipun Renee sudah mengharapkan hal itu, ia masih terkejut pada intensitasnya. Robert menekankan dirinya pada Renee dan Renee hanya bisa bersandar di tembok selagi lidah Robert menggali makin dalam, bersamaan dengan itu Robert mendorong tubuh bawahnya pada Renee. Robert mendominasinya, lidahnya mendorong masuk dan menarik keluar, menirukan gerakan bersenggama. Pegangan Robert di rambut Renee mengencang, tubuhnya menyerbu tubuh Renee sepenuhnya.
 
  Renee merasa linglung dan tersesat seraya berpegangan pada Robert ketika Robert menciumnya, tangannya mencengkeram Renee, menekannya padanya. Tangan Robert bergerak ke lehernya, mengelilinginya dan menyentuhnya, lalu meluncur ke pinggangnya dan mencengkeram Renee dalam pegangan yang tak dapat dikompromikan.
 
  Pada saat bersamaan keterkejutannya hilang dan kenikmatan yang intens mengalir di pembuluh darah Renee. Jadi inilah. Inilah yang sesungguhnya. Robert menciumnya. Ya Tuhan, akhirnya. Ia meraih ke atas dan mengalungkan tangannya di seputar pundak Robert, ke atas untuk menyusupkan jemarinya di rambut Robert. Robert beraroma nikmat. Panas gairah menguar darinya. Renee memeluk Robert lebih erat.
 
  Apakah pekerjaannya sebanding dengan ini? Tidak, sama sekali tidak. Renee tidak mau menyerah. Ia harus tahu apa yang akan terjadi jika mereka bersama.
 
  Robert mengangkat kepalanya dan memandang ke dalam mata Renee. "Katakanlah. Katakan, Robert aku mengundurkan diri," perintahnya, suaranya serak.
 
  Renee menggelengkan kepalanya pelan dalam gerakan tidak ketika jari-jarinya mengusap kepala Robert. Robert meluncurkan tangannya dari lekukan pinggang Renee ke wajahnya. Ia menangkup tulang pipi Renee dengan tangan kuatnya. "Aku tidak bisa tidur denganmu ketika kau bekerja untukku." Kata-katanya dalam dan rendah, nada menuntutnya adalah mutlak.
 
  Renee menghirup udara dan mengamati Robert dalam keheningan. Okay. Sekarang sudah jelas semuanya.
 
  Robert melanjutkan, "kalau saja kita bertemu di tempat lain, hal ini pasti tidak jadi masalah. Kau tahu itu. Aku tahu itu." Katanya lembut. "Kau bertarung melawan sesuatu yang tak dapat dihindari." Tangannya menangkap pergelangan tangan Renee dan menahannya di tembok selagi bibirnya mencium pipi Renee dan merambat ke telinganya.
 
  Renee merasakan sentakan aliran listrik kedalam syarafnya ketika ia merasakan Robert mencium rambutnya. Robert memegang kedua pergelangan tangan Renee dengan satu tangannya yang kuat dan tangannya yang lain menyentuh leher Renee.
 
  Pikiran Renee pecah berkeping-keping. Oh, Tuhan, godaan ini tidak mungkin dilawannya. Ia mati rasa. Renee terlalu bernafsu dan setengah tergila-gila pada Robert sejak pertama kali bertemu dengannya.
 
  Robert merasakan detakan jantung Renee yang menggila. Tubuh Renee bergetar untuknya. Ia melihat mata Renee bergejolak panas ketika Robert menekankan tangannya di leher Ren


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>