Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Pertempuran Labirin - 42

$
0
0

Cerita Misteri | Pertempuran Labirin | Seri Percy Jackson and the Olympians | Pertempuran Labirin | Rick Riordan | Pertempuran Labirin pdf

Century - Sarah Singleton Cintaku Selalu Padamu - Motinggo Busye Sandra Brown - Dalam Derai Hujan - Bittersweet Rain 2 Perbedaan 1 Hati - Omiyan Cinta Tak Semudah Kata CINTA - Azizah Attamimi

rbaiki kerusakan pada hutan.
  Pada tengah hari, Dewan Tetua Berkaki Belah mengadakan rapat darurat di kebun keramat mereka. Tiga satir senior ada di sana, beserta Chiron, dalam wujud kursi rodanya. Kaki kudanya yang patah masih dalam penyembuhan, jadi dia akan terikat ke kursi selama beberapa bulan, sampai kakinya cukup kuat untuk menopang beratnya. Kebun dipenuhi para satir dan dryad dan naiad dari air ratusan jumlahnya, tak sabar mendengar apa yang bakal terjadi. Juniper, Annabeth, dan aku berdiri di sisi Grover.
  Silenus ingin mengasingkan Grover secepatnya, tapi Chiron membujuknya untuk paling tidak mendengarkan bukti-bukti terlebih dahulu, jadi kami meberi tahu semuanya tentang apa yang terjadi di gua kristal, dan apa yang dikatakan Pan. Kemudian beberapa saksi mata dari pertempuran memaparkan bunyi aneh yang dibuat Grover, yang menyebabkan pasukan Titan kembali ke bawah tanah.
  Itu kepanikan. Juniper berkeras. Grover memanggil kekuatan sang dewa alam liar.
  Kepanikan? tanyaku.
  Percy, jelas Chiron, pada perang pertama antara dewa-dewi dan para Titan, Tuan Pan mengeluarkan seruan mengerikan yang menakuti para tentara musuh itu adalah itu dulu adalah kekuatannya yang terhebat gelombang hebat rasa takut yang membantu para dewa menang hari itu. Kata panik dinamai dari Pan, kau tahu. Dan Grover menggunakan kekuatan itu, memanggil dari dalam dirinya sendiri.
  Kurang ajar! raung Silenus. Penodaan! Mungkin sang dewa alam liar memberkahi kita dengan karunianya. Atau mungkin musik Grover begitu buruk sampai-sampai menakuti musuh!
  Bukan itu, Tuan, kata Grover. Dia kedengarannya jauh lebih tenang daripada seandainya aku yang dihina seperti itu. Dia mewariskan semangatnya kepada kita semua. Kita harus bertindak, kita harus bekerja untuk memperbarui alam liar, untuk melindungi yang tersisa darinya. Kita harus menyebarkan kabar ini. Pan sudah mati. Tidak ada siapa-siapa selain kita.
  Setelah mencari selama dua ribu tahun, kau ingin kami memercayai ini? seru Silenus. Takkan pernah! Kita harus meneruskan pencarian. Asingkan si penghianat!
  Beberapa satir tua menggumamkan persetujuan.
  Pemungutan suara! tuntut Silenus. Lagi pula, siapa yang mau memercayai satir muda konyol ini?
  Aku mau, kata sebuah suara yang tak asing.
  Semua orang menoleh. Berderaplah Dionysus ke dalam kebun. Dan mengenakan setelan hitam resmi, jadi aku hampir tidak mengenalinya, dasi ungu tua dan kemeja violet, rambut gelap keritingnya tersisir rapi. Matanya merah seperti biasa, dan wajah tembamnya merah padam, tapi dia kelihatannya menderita karena duka alih-alih karena kecanduan anggur.
  Semua satir berdiri hormat dan membungkuk saat dia mendekat. Dionysus melambaikan tangannya, dan kursi baru tumbuh dari tanah di samping Silenus singgasana yang terbuat dari tumbuhan anggur.
  Dionysus duduk dan menyilangkan kakinya. Dia menjentikkan jarinya dan seorang satir buru-buru maju sambil membawa sepiring keju dan cracker dan Diet Coke.
  Sang dewa anggur memandang ke sekeliling ke hadirin yang berkumpul. Kangen padaku?
  Semua satir mengangguk-angguk dan membungkuk-bungkuk. Oh, ya, sangat, Tuan!
  Yah, aku sama sekali tidak kangen tempat ini! bentak Dionysus. Aku membawa kabar buruk, Teman-Teman. Kabar jahat. Para dewa minor berpindah haluan. Morpheus sudah beralih ke pihak musuh. Hecate, Janus dan Nemesis juga. Hanya Zeus yang tahu berapa banyak lagi.
  Guntur menggelegar di kejauhan.
  Ralat, kata Dionysus. Bahkan Zeus tak tahu. Nah sekarang aku mau dengar cerita Grover. Lagi, dari awal.


  Tapi, Tuanku, protes Silenus. Itu cuma omong kosong!
  Mata Dionysus menyala-nyala dengan api ungu. Aku baru tahu anak laki-lakiku meninggal, Silenus. Suasana hatiku sedang tak baik. Lebih baik kau turuti aku.
  Silenus menelan ludah, dan melambaikan keada Grover agar memulai lagi.
  Saat Grover selesai, Pak D mengangguk. Kedengaranya seperti sesuatu yang bakal Pan lakukan. Grover benar. Pencarian melelahkan. Kalian harus mulai berpikir sendiri. Dia menoleh kepada seorang satir. Bawakan aku anggur kupas, sekarang juga!
  Ya, Tuan! Si satir bergegas pergi.
  Kita harus mengasingkan si penghianat! Silenus berkeras.
  Kataku tidak, timpal Dionysus. Itu pilihanku.
  Aku juga memilih tidak, tambah Chiron.
  Silenus mengatupkan rahangnya dengan keras kepala. Yang memilih pengasingan?
  Dia dan dua satir tua mengangkat tangan mereka.
  Tiga lawan dua, kata Silenus.
  Ah, ya, kata Dionysus. Tapi sayangnya bagimu, suara satu dewa dihitung dua. Dan karena aku memilih menentang pengasingan, kita seri.
  Silenus berdiri, berang. Ini memalukan! Dewan tidak bisa menerima kebuntuan.
  Kalau begitu biar dibubarkan saja! kata Pak D. Aku tak peduli.
  Silenus membungkuk kaku, beserta kedua temannya, dan mereka pun meninggalkan kebun. Kira-kira dua puluh satir pergi bersama mereka. Sisanya berdiri di sekeliling sambil komat-kamit tidak nyaman.
  Jangan cemas, Grover memberi tahu mereka. Kita nggak perlu dewan untuk memberi tahu kita harus melakukan apa. Kita bisa memikirkannya sendiri.
  Dia memberi tahu mereka lagi soal kata-kata Pan bagaimana mereka harus menyelamatkan alam liar sedikit demi sedikit sekali waktu. Dia mulai membagi para satir ke dalam kelompok-kelompok yang mana yang bakal pergi ke taman nasional, yang mana yang bakal mencari tempat-tempat liat terakhir, yang mana yang bakal mempertahankan taman-taman di kota-kota besar.
  Well, kata Annabeth padaku. Grover sepertinya sudah tumbuh dewasa.
 
  Belakangan siang itu aku mendapati Tyson di pantai, mengobrol dengan Briares. Briares sedang membangun istana pasir dengan kira-kira lima puluh tangannya. Dia tidak betul-betul memperhatikannya. Tapi tangannya membangun gedung tiga lantai dengan dinding pertahanan, parit dan jembatan tarik.
  Tyson menggambar peta di pasir.
  Belok kiri di karang. Dia memberi tahu Briares. Lurus terus waktu kaulihat kapal tenggelam. Lalu kira-kira satu kilometer ke timur, lewati kuburan putri duyung, kau akan melihat api yang membakar.
  Kau memberinya petunjuk arah ke penempaan? tanyaku.
  Tyson mengangguk. Briares mau membanty. Dia akan mengajari para cyclops cara-cara yang sudah kami lupakan, bagaimana membuat senjata dan baju zirah yang lebih bagus.
  Aku ingin bertemu semua cyclops, Briares setuju. Aku tidak ingin kesepian lagi.
  Aku ragu kau bakal kesepian di sana, kataku sambil agak berharap, soalnya aku tak pernah ke kerajaan Poseidon. Mereka akan membuatmu benar-benar sibuk.
  Wajah Briares berubah menjadi ekspresi gembira. Sibuk kedengarannya bagus! Aku Cuma berharap semoga Tyson bisa ikut juga!
  Tyson merona. Aku harus tinggal di sini dengan kakakku. Kau bakal baik-baik saja, Briares. Terima kasih.
  Sang Tangan Seratus menjabat tanganku kira-kira seratus kali. Aku akan berjumpa lagi, Percy. Aku tahu itu.
  Lalu dia memberi Tyson pelukan oktopus erat dan pergi mengarungi laut. kami menonton sampai kepala superbesarnya lenyap di bawah ombak.
  Aku merangkul Tyson. Kau banyak membantunya.
  Aku cuma bicara padanya.
  Kau percaya padanya. Tanpa Briares, kita tidak bakal mungkin bisa mengalahkan Kamp
  Tyson nyengir. Lemparan batunya bagus!
  Aku tertawa. Iya. Lemparan batunya betul-betul bagu s. Yuk, Jagoan. Ayo kita makan malam.
 
  Rasanya menyenangkan makan malam seperti biasa di perkemahan. Tyson duduk denganku di meja Poseidon. Matahari terbenam di Selat Long Island tampak indah. Keadaan sama sekali tidak kembali normal, tapi waktu aku menghampiri tungku dan menyisihkan sebagian makananku ke nyala api sebagai persembahan untuk Poseidon, aku merasa aku betul-betul punya banyak hal untuk disyukuri. Teman-temanku dan aku masih hidup. Perkemahan selamat. Kronos menderita kemunduran, paling tidak sebentar.
  Satu-satunya yang mengusikku adalah Nico, yang berdiam di bayang-bayang di tepi paviliun. Dia ditawari tempat di meja Hermes, dan bahkan di meja utama bersama Chiron, tapi dia menolak.
  Setelah makan malam, para pekemah menuju ke amfiteater, tempat pondok Apollo menjajikan acara menyanyi bersama untuk meningkatkan semangat kami, tapi Nico berbalik dan menghilang ke dalam hutan. Kuputuskan lebih baik aku mengikutinya.
  Saat aku melintas di bawah bayang-bayang pepohonan, kusadari betapa gelap suasananya. Aku tak pernah takut di hutan sebelumnya meskipun aku tahu ada banyak monster. Tetap saja, aku memikirkan pertempuran kemarin, dan aku bertanya-tanya apakah aku bisa berjalan di hutan ini lagi tanpa teringat kengerian pertarungan sebanyak itu.
  Aku tak bisa melihat Nico, tapi setelah beberapa menit berjalan kulihay sesuatu berpendar di depan. Mulanya kukira Nico menyalakan obor. Saat aku semakin dekat, kusadari ternyata pendar itu adalah hantu. Sosok Bianca di Angelo yang berdenyar berdiri di bukaan, tersenyum pada adiknya. Bianca mengatakan sesuatu pada Nico dan menyentuh wajahnya atau mencoba menyentuh wajahnya. Kemudian citranya mengabur.
  Nico berbalik dan melihatku, tapi dia tidak terlihat marah.
  Mengucapkan selamat tinggal, katanya serak.
  Kami kehilanganmu waktu makan malam, kataku. Kau bisa saja duduk denganku.
  Nggak.
  Nico, kau nggak bisa melewatkan setiap waktu makan. Kalau kau nggak mau tinggal dengan Hermes, mungkin mereka bisa membuat pengecualian dan menempatkanmu di Rumah Besar. Mereka punya banyak kamar.
  Aku nggak akan tinggal, Percy.
  Tapi ... kau nggak bisa pergi begitu saja. Di luar sana terlalu berbahaya untuk blasteran yang sendirian. Kau perlu berlatih.
  Aku berlatih dengan orang mati, katanya datar. Perkemahan ini bukan untukku. Ada alasan kenapa mereka nggak membuat pondok untuk Hades di sini, Percy. Dia nggak diterima, sama seperti di Olympus. Aku nggak pantas di sini. Aku harus pergi.
  Aku ingin berdebat, tapi sebagian dariku tahu dia benar. Aku tidak menyukai ini, tapi Nico memang harus menemukan jalan gelapnya sendiri. Aku ingat di gua Pan, bagaimana sang dewa alam liar mengajak kami bicara satu-persatu ... kecuali Nico.
  Kapan kau pergi? tanyaku.
  Secepatnya. Aku punya banyak pertanyaan. Seperti siapa ibuku? Siapa yang membayari sekolahku dan Bianca? Siapa pengacara yang mengeluarkan kami dari Hotel Lotus? Aku nggak tahu apa-apa soal masa laluku. Aku harus mencari tahu.
  Masuk akal, akuku. Tapi kuharap kita nggak perlu jadi musuh.
  Dia menundukkan pandangannya. Maaf aku menyebalkan. Aku harusnya mendengarkanmu soal Bianca.
  Ngomong-ngomong .... Aku mengeluarkan sesuatu dari sakuku. Tyson menemukan ini waktu kami membersihkan pondok. Kupikir kau mungkin mau. Aku mengulurkan figurin timah Hades patung Mythomagic kecil yang Nico tinggalkan waktu dia kabur dari perkemahan musim dingin lalu.
  Nico ragu-ragu. Aku nggak memainkan itu lagi. Permainan itu buat anak-anak.
  Ia punya kekuatan serangan empat ribu, bujukku.
  Lima ribu, koreksi Nico. Tapi cuma kalau lawanmu menyerang duluan.
  Aku tersenyum. Mungkin nggak apa-apa tetap jadi anak-anak sesekali. Aku melemparkan patung itu padanya.
  Nico mengamat-amati patung itu di telapak tangannya selama beberapa detik, lalu menyelipkannya ke dalam sakunya. Makasih.
  Aku mengulurkan tanganku. Dia menyalami tanganku dengan enggan. Tangannya sedingin es.
  Banyak hal yang harus kuselidiki, katanya. Beberapa di antaranya ... Yah, kalau aku dapat sesuatu yang berguna, akan kuberi tahu kau.
  Aku tak yakin apa maksudnya, tapi aku mengangguk. Jangan putus kontak ya, Nico.
  Dia berbalik dan terhuyung-huyung memasuki hutan. Bayang-bayang seolah membungkuk ke arahnya saat dia berjalan, seakan mereka sedang berusaha menarik perhatiannya.
  Suara tepat di belakangku berkata, Dia itu pemuda yang sangat bermasalah.
  Aku berbalik dan mendapati Dionysus berdiri di sana, masih mengenakan setelan hitamnya.
  Jalan-jalan denganku, katanya.
  Ke mana? tanyaku curiga.
  Cuma ke api unggun, katanya. Aku mulai merasa lebih baik, jadi kupikir aku ingin bicara denganmu sedikit. Kau selalu bisa bikin aku sebal.
  Eh, makasih.
  Kami berjalan menembus hutan dalam keheningan. Kusadari bahwa Dionysus berjalan di udara, sepatu hitamnya yang mengilat melayang seinci dari tanah. Kurasa dia tak mau sepatunya kotor.
  Kita dikhianati banyak orang, katanya. Keadaan tampaknya tidak bagus bagi Olympus. Tapi kau dan Annabeth menyelamatkan perkemahan ini. Aku tak yakin a


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>