Cerita Remaja | Jingga Dalam Elegi | by Esti Kinasih | Jingga Dalam Elegi | Cersil Sakti | Jingga Dalam Elegi pdf
5 cm - Donny Dhirgantoro Dijemput Malaikat - Palris Jaya Filosofi Kopi - Dewi Dee Lestari Gadis Pantai - Pramoedya Ananta Toer Pendekar Rajawali Sakti - 107 Titisan Anak Setan
a mengerut. Baru benar-benar disadarinya kehadiran Ari di belakangnya.
"Emang siapa yang minta di jemput sih?"
Ari mengambil jaket putihnya yang dia letakan di atas tengki bensin. Diraihnya satu tangan Tari lalu diletakannya jaket itu dengan cara yang membuat Tari terpaksa membuka telapak tangannya. "Yang pegang komando itu gue. Jadi gue nggak perlu izin," ucapnya, santai tapi tandas. "Pake. Terus naik, cepet. Udah jam setengah tujuh kurang dua puluh menit."
"Elo tuh kebiasaan banget ya, suka merintah-merintah orang." Tari menatapnya dengan pandang agak kesal.
"Karena emang gue yang punya kuasa, kan? Lo lupa?" Ari mengangkat sedikit kedua alisnya. Tersenyum tipis.
Tari berdecak. "Ya udah, buruan berangkat deh. Males banget dengernya," gerutunya sambil menggunakan jaket putih itu.
Ari tersenyum geli. Diulurkannya satu tangannya ke belakang untuk membantu cewek itu naik. Setelah keduanya pergi, Ata keluar dari balik dinding yang selama ini menghalanginya dari pandangan. Ditatapnya jalanan yang kini kosong. Dipaksa untuk menatap realitas hidup sejak bertahun-tahun lalu, dalam usia yang bahkan amat sangat belia, cowok itu dengan cepat bisa merasakan akan datangnya badai.
Rekonsiliasi ini sama sekali bukan happy ending seperti dalam sinetron dan film-film. Pertemuan kembali ini mungkin akan jauh lebih menyakitkan darip ada kebersamaan yang dipenggal mendadak sembilan tahun lalu itu.
Akan ada banyak air mata yang jatuh. Akan ada sayatan untuk begitu banyak hati yang sudah lama tidak utuh. Akan ada letup emosi. Akan ada luap amarah dan caci maki. Dan akan ada teramat banyak tikaman luka dan sakit hati.
Karena itu, seandainya bisa, benar-benar ingin dijauhkannya Tari dari semua itu. Karena empat orang sudah terlalu banyak. Karena jika tidak mampu untuk ikhlas, luka hati adalah kegelapan dan amarah adalah pedang. Buta, tak peduli mereka yang dihadapi adalah orang-orang yang pernah berbagi cinta dan tawa. Dulu sekali.
Namun, begitu diketahuinya Tari menyandang nama yang sama dengan dirinya, Ata segera menyadari dia harus melepaskan niatnya itu. Gadis itu telah termaterai. Dia ditakdirkan untuk terpuruk, dilukai, menangis, mencoba bangkit, terjatuh lagi, berkali-kali. Hingga sampai di ujung nanti, yang entah akan menelan berapa banyak jam dan hari, bersama dirinya dan saudara kembarnya.
****
Kisah Ari, Tari, dan Ata belum berakhir.
Cuplikan Jingga untuk Matahari
Tari terus gelisah. Apa maksud Ata akan membuatnya lebih banyak menangis? Cewek itu juga bingung, karena pada saat rasa sayangnya untuk Ari mulai tumbuh, Angga muncul lagi dan kembali mendekatinya.
Sementara itu Vero, ketua Geng The Scissors di SMA Airlangga, sepertinya nggak rela Tari hidup tenang. Lalu, terungkapkah apa yang menjadi alas an Angga begitu dendam pada Ari?
Tunggu kelanjutannya dalam buku terakhir trilogi "Jingga dan Senja" Jingga untuk Matahari
TAMAT
5 cm - Donny Dhirgantoro Dijemput Malaikat - Palris Jaya Filosofi Kopi - Dewi Dee Lestari Gadis Pantai - Pramoedya Ananta Toer Pendekar Rajawali Sakti - 107 Titisan Anak Setan
a mengerut. Baru benar-benar disadarinya kehadiran Ari di belakangnya.
"Emang siapa yang minta di jemput sih?"
Ari mengambil jaket putihnya yang dia letakan di atas tengki bensin. Diraihnya satu tangan Tari lalu diletakannya jaket itu dengan cara yang membuat Tari terpaksa membuka telapak tangannya. "Yang pegang komando itu gue. Jadi gue nggak perlu izin," ucapnya, santai tapi tandas. "Pake. Terus naik, cepet. Udah jam setengah tujuh kurang dua puluh menit."
"Elo tuh kebiasaan banget ya, suka merintah-merintah orang." Tari menatapnya dengan pandang agak kesal.
"Karena emang gue yang punya kuasa, kan? Lo lupa?" Ari mengangkat sedikit kedua alisnya. Tersenyum tipis.
Tari berdecak. "Ya udah, buruan berangkat deh. Males banget dengernya," gerutunya sambil menggunakan jaket putih itu.
Ari tersenyum geli. Diulurkannya satu tangannya ke belakang untuk membantu cewek itu naik. Setelah keduanya pergi, Ata keluar dari balik dinding yang selama ini menghalanginya dari pandangan. Ditatapnya jalanan yang kini kosong. Dipaksa untuk menatap realitas hidup sejak bertahun-tahun lalu, dalam usia yang bahkan amat sangat belia, cowok itu dengan cepat bisa merasakan akan datangnya badai.
Rekonsiliasi ini sama sekali bukan happy ending seperti dalam sinetron dan film-film. Pertemuan kembali ini mungkin akan jauh lebih menyakitkan darip ada kebersamaan yang dipenggal mendadak sembilan tahun lalu itu.
Akan ada banyak air mata yang jatuh. Akan ada sayatan untuk begitu banyak hati yang sudah lama tidak utuh. Akan ada letup emosi. Akan ada luap amarah dan caci maki. Dan akan ada teramat banyak tikaman luka dan sakit hati.
Karena itu, seandainya bisa, benar-benar ingin dijauhkannya Tari dari semua itu. Karena empat orang sudah terlalu banyak. Karena jika tidak mampu untuk ikhlas, luka hati adalah kegelapan dan amarah adalah pedang. Buta, tak peduli mereka yang dihadapi adalah orang-orang yang pernah berbagi cinta dan tawa. Dulu sekali.
Namun, begitu diketahuinya Tari menyandang nama yang sama dengan dirinya, Ata segera menyadari dia harus melepaskan niatnya itu. Gadis itu telah termaterai. Dia ditakdirkan untuk terpuruk, dilukai, menangis, mencoba bangkit, terjatuh lagi, berkali-kali. Hingga sampai di ujung nanti, yang entah akan menelan berapa banyak jam dan hari, bersama dirinya dan saudara kembarnya.
****
Kisah Ari, Tari, dan Ata belum berakhir.
Cuplikan Jingga untuk Matahari
Tari terus gelisah. Apa maksud Ata akan membuatnya lebih banyak menangis? Cewek itu juga bingung, karena pada saat rasa sayangnya untuk Ari mulai tumbuh, Angga muncul lagi dan kembali mendekatinya.
Sementara itu Vero, ketua Geng The Scissors di SMA Airlangga, sepertinya nggak rela Tari hidup tenang. Lalu, terungkapkah apa yang menjadi alas an Angga begitu dendam pada Ari?
Tunggu kelanjutannya dalam buku terakhir trilogi "Jingga dan Senja" Jingga untuk Matahari
TAMAT