Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Gebetan Lama Rasa Baru - 10

$
0
0
Love Me Twice | Gebetan Lama Rasa Baru | by Billy Homario | Gebetan Lama Rasa Baru | Cersil Sakti | Gebetan Lama Rasa Baru pdf

Gaung Keheningan - Eloquent Silence - Sandra Brown Gue Anak SMA - Benny Rhamdany Jingga Dalam Elegi - Esti Kinasih Jingga untuk Matahari - Esti Kinasih Karena Aku Mencintai Manusia Setengah Dewa

setelah melihat Lydia sedang bersemangat bermain basket di lapangan
 
  Kath akhirnya menduduki kursi lapangan dengan maksud menunggu Lydia. Dia sudah menyiapkan kata-kata makian yang akan dilontarkannya. Tapi, sebenernya Kath itu baik lho! Dia begini gara-gara kemaren aja. Waktu Lydia jalan sama cowok laen.
 
  Lydia tetap bermain dengan asyiknya. Dia tidak menyadari keberadaan Kath. Dia melompat, hendak men-shoot bola yang sekarang digenggamnya.
  BUK!
  Lydia terjatuh, lalu memegangi tulang keringnya yang sakit sehabis disandung Villa saat hendak men-shoot bola tadi. Kath sempat berdiri karena terkejut. Tapi, setelah itu dia duduk lagi, memberi kesan tidak peduli. Lydia memutuskan untuk menghentikan permainannya. Tulang keringnya sudah ngilu setengah mati. Dia terkejut ketika melihat Kath sedang duduk menonton pertandingan adu hebat itu.
 
  Kath melihat Lydia menghampirinya. Dia memerhatikannya dari atas ke bawah. Pantes Nico suka dia. Cewek ini hampir sempurna sih. Miss Universe banget. Tiba-tiba mata Kath melotot. Dia melihat tulang kering Lydia bengkak.
 
  "Hai! Udah lama nungguin gue?" tanya Lydia, seakan dia sudah akrab sama Kath yang masih melotot melihat tulang keringnya.
  "Eh, enggak. Kenalin gue Kath," kata Kath bersaha-bat. Dia menawarkan tangannya untuk disalami.
  "Udah tau. Gue Lydia," jawab Lydia sama bersahabatnya sambil membalas uluran tangan Kath.
  "Kok lo tau?"
  "Iya. waktu di pesta ultah Nico kan lo dijodohin sama dia," jawab Lydia lagi.
  Wah, ada yang gak beres sama nih cewek. Gue jadi gak tega ngedampratnya. Kayaknya dia mengidap penvakit deh. Kebengkakan tulang keringnya beda. Gak mungkin abis disandung langsung bengkak kayak gitu.
  Hening.
  "Gimana hubungan lo sama Nico?"
  "Gue udah putus, Kath!"
  DEG!
  "Kok?"
  "Iya. Lo tau sendiri kan kalo lo dijodohin sama
  dia?"
  Hening.
  "Kayaknya lo ada penyakit deh? Kok kaki lo beng-kak gitu?" DEG"
  Mata Lydia melotot. Aneh banget! Kok dia bisa
  tau?
  "Emangnya lo sakit apa, Lyd?" tanya Kath lagi. "Bengkak? Mmm... nggak juga. Tadi kan lo liat sendiri Gue abis diselengkat," jawab Lydia.
  "Gak mungkin kalo diselengkat langsung bengkak gitu. Jangan-jangan lo kena osteosarcoma, ya?" tanya Kath. DEG!
  Aduh, kok nih, cewek bisa tau, sih? "Osteosarcoma? Apaan, tuh?" tanya Lydia sambil garuk-garuk kepala, memberi kesan gak tau apa-apa.
 
  "Lyd, gue tau persis penyakit itu. Dan yang gue liat, lo ngedapetin gejala-gejalanya," jawab Kath lembut banget.
  "Gak usah sok tau deh lo!" tanggap Lydia agak kesal.
  "Lyd, gue bukannya sok tau. Gue kenal betul penyakit itu," jawab Kath menyikapi keketusan Lydia dengan tenang.
  Lydia mengerutkan dahinya pertanda gak mengerti.
  "Nyokap kandung gue juga pernah kena penyakit itu, Lyd. Gejala-gejalanya sama kayak lo! Dokter udah pernah nyaranin buat ngamputasi kakinya. Tapi, dia gak mau. Akhirnya, sekarang dia udah gak ada. Bokap gue jadinya kawin lagi sama nyokap baru gue sekarang," cerita Kath. Matanya mulai berkaca-kaca.
 
  Lydia tentunya kaget setengah mati mendengar penjelasan Kath. Matanya juga sudah mulai berkaca-kaca.
  "Jadi, Lyd, lo beneran kena penyakit itu?" tanya Kath lagi.
  Lydia menjawabnya dengan anggukan. Dia juga menangis. Dia memeluk kath. "Iya, Kath. Gue kena kanker tulang itu. Itulah sebabnya, kenapa gue mu-tusin Nico. Sebagai sesama cewek, lo harusnya udah tau alasannya.
 
  Kath mengangguk setelah melepaskan pelukan Lydia. Dia kini merasakan hal yang sama dengan Lydia. secara langsung, Kath sudah menganggap Lydia sebagai teman sendiri. Lydia juga begitu.
 
  "Lo harus diamputasi, Lyd. Sebelum nasib lo sama...
 
  "Percuma, Kath." "Apanya yang percuma?"
  "AUWWW!!!" teriak Lydia. kali ini sakit di tumornya udah gak ketulungan. Mungkin gara-gara diseleng-kat sama Villa tadi.
  "Lyd. Lo kenapa?" tanya Kath sambil menggun-cang-guncangkan tubuh Lydia.
  "Aduh. Tolong gue, Kath. Sakitnya gak nahan ban-get. Tolong bawa gue ke RS. AAARRRGGGHHH!!!" kata Lydia berteriak dan menangis saking hebatnya sakit itu.
 
  Tanpa pikir panjang, Kath langsung menelepon ambulans melalui HP-nya. Setelah ambulans datang, Kath ikut menemani Lydia menuju rumah sakit.
 
  Tuhan, jangan apa-apain dia dulu. Aku belum sempet ngedamaiin dia sama Nico. Perasaannya benar-benar tersentuh.
 
 
  KAMU yang namanya Kath, ya?" tanya seorang wanita kepada Kath yang sedang berdiri sambil menutup-nutup mulutnya lantaran gelisah menunggui Lydia di rumah
  sakit.
  "Iya. Tante mamanya Lydia?" jawab Kath.
  "Iya. Bagaimana keadaan Lydia sekarang?"
  Tadi Kath memang sempet ngambil HP Lydia buat nelepon keluarganya.
  "Aku gak tau gimana keadaannya sekarang, Tante."
  "Emang dia kenapa, sih?" tanya Valentino.
 
  "Tadi dia lagi maen basket. Terus musuhnya nye-elengkat kakinya. Jadi begitu deh," jawab Kath singkat karena masih gelisah.
 
  Tak lama kemudian, Dokter Juko keluar dari ruang UGD. Mamanya Lydia, Valentino, dan Kath langsung menghampirinya.
  "Lydia gimana, Dok?" tanya Mamanya Lydia.
  "Tambah parah!" jawab dokter yang membuat ketiga makhluk itu lemas.
  "Maksudnya?" tanya Valentino kemudian.
  "Tumornya sudah mulai menjalar ke paha. Kakinya harus segera diamputasi. Kalau tidak, kalian tau sendiri kan?"
  Mereka semua kembali lemas. Kenapa harus Lydia sih? Kini, Kath sudah benar-benar merasa iba. Dia teringat mamanya.
  "Tante, aku pulang dulu, ya?" pamit Kath dengan suara bergetar.
  "Hati-hati, ya," kata mamanya Lydia sambil menyeka air mata.
  Kath mulai berjalan. langkahnya berhenti karena Valentino memanggilnya. Kath membalikkan badannya. "Eh, cewek!" sapa Valen karena tidak mengetahui nama Kath. " Thanks karena lo udah bawa dia ke sini. Bantuin adek gue dalem doa. ya?"
  Kath menganggukkan kepalanya, Dia menambahi dengan acungan jempolnya. Kath berbalik lagi, lalu meneruskan jalannya. Sekarang, tugas gue ngasih tau Nico.
 
  TOK! TOK! TOK!
  Pintu diketuk seseorang ketika Nico sedang asyik menghafal rumus matematika buat persiapan Ujian Nasional dua minggu mendatang.
 
  Nico langsung berteriak. "MASUK!"
  Dilihatnya sesosok cewek memasuki kamarnya.
  "Ngapain lo malem-malem gini dateng ke rumah
  gue?"
  "Gue mau ngomong something important sama lo! Tapi. gue boleh masuk dulu, kan?" ujar Kath dengan muka serius.
  "With pleasure....," jawab Nico dengan kata-kata yang lembut banget.
 
  Setelah berhasil mendaratkan pantatnya di kursi meja belajar Nico, Kath mulai bersuara.
 
  "Nic...," katanya agak gugup takut Nico marah. "Mmmm???"
  "Lo udah putus sama Lydia?"
  Raut wajah Nico tiba-tiba berubah saat Kath melontarkan pertanyaan kayak gitu. Setelah beberapa detik membisu, Nico menganggukkan kepalanya.
  "Iya. Gue udah putus sama dia. Emang kenapa?"
  "Lo tau gak alasannya?"
  "Gak tau dan gak akan pernah mau tau!"
  "Lo gak bisa begini donk. Setiap orang pacaran, kalo yang namanya putus itu harus saling tau perkaranya!" kata Kath. Nada bicaranya sudah meninggi.
  "Apa urusan lo, sih? Gak penting tau!"
  "LO GAK BISA GITU DONK, NIC! LO HARUS NIKAPIN INI DENGAN GENTLE! LO GAK BISA PAKE CARA PENGECUT GINI!!!" bentak Kath saking kesalnya atas perlakuan Nico.
 
  "LO GAK TAU APA-APA!!! GAK USAH PAKE NGATAIN PENGECUT SEGALA!!!" balas Nico, Suaranya gak kalah garang.
  "Gue tau semuanya!" jawab Kath mantap.
  "Oh, ya?" tanya Nico lagi, masih sewot. "Emang lo tau apa sih?"
  "Nic! Lydia itu kena pe...," Kath menghentikan kata-katanya.
  "Kena apa? Kena penyakit? Gawat penyakitnya? Gue gak peduli!"
  "Terserah lo! Lama-kelamaan, lo bakal tau sendiri dan bakal peduli lagi sama dia!" kata Kath kemudian berdiri dari kursi.
  "Gak bakal dan gak akan pernah mau!" kata Nico lagi ketus.
 
  Kath berjalan keluar kamarnya tanpa berkata apa-apa lagi. Dia menutup pintu kamar Nico dengan setengah membantingnya. Dia sama sekali gak mikirin perasaan Nico sekarang.
 
  Kini, tinggallah Nico menjambak-jambak rambutnya sendiri lantaran kepalanya pusing. Dia terlalu pusing memikirkan masalah Lydia. Belum lagi masalah Kath. Ada lagi masalah Ujian Nasional. Seketika, rumus matematika yang tadi sempat dipahaminya, hilang dari otaknya.
 
 
 
 
  9. The Trouble Solved!
 
 
 
  TIGA hari Ujian Nasional lewat sudah. Seluruh siswa bisa bebas lagi, tapi masih belum bisa seneng-seneng dulu. Lulus apa enggaknya kan belom tau. Pengumumannya dua bulan lagi.
 
  Sekarang, Desha, Ery, dan Sella sedang berada di kafe ternama di bilangan Semanggi. Itung-itung buat refreshing juga. Otak mereka udah terlalu stres gara-gara ujian itu.
  "Waduh, akhirnya selesai juga," ujar Ery lega.
  "Ember! Otak gue sampe mau keluar dari tengkorak tau gak?" tambah Sella.
  "Ya, udahlah. Yang penting moga-moga kita lulus nanti," jawab Ery santai.
  "Ya. Gue juga maunya gitu," timpal Sella yang kemudian menghela napas
  "Sekarang tugas kita cuma berdoa buat Lydia!" celetuk Desha lagi.
  "Maksud lo?" tanya Ery.
  "Dia kan lagi sakit. Otomatis belajarnya terganggu. Oleh karena itu, kita doain aja biar ujian susulannya lancar," Sella ngejelasin.
 
  Desha mengangguk. "Abis ini kita jenguk Lydia yuk!" ajaknya.
  "YUK!" jawab Ery dan Sella kompak.
 
 
  DESHA membuka pintu kamar di rumah sakit tempat Lydia dirawat. Betapa terkejutnya mereka-Desha, Sella, dan Ery-ketika melihat cewek yang lagi nyuapin Lydia makan.
  "Eh, ngapain lo ke sini?" tanya Desha galak.
  "Mau ganggu Lydia?" tanya Sella lebih galak lagi.
  Cewek yang ternyata Kath itu hanya bisa diam. Dia memilih tidak meladeni dua makhluk itu. Bukannya takut, tapi gak mau ribut.
  "Lo punya mulut gak, sih?" tanya Sella lagi.
  "Des... Sel... Lo jangan begitu donk sama
  Kath."
  "Oh, jadi cewek murahan jodohnya Nico ini namanya Kath?" kata Sella yang membuat Kath tersinggung.
 
  Kath spontan menaruh piring makan Lydia di meja, setengah membantingnya. Kesabarannya udah abis. "Jaga, ya, tuh mulut! Sebenernya lo apa gue sih yang murahan?" katanya sambil berdiri dan mulai nunjuk-nunjuk muka Sella.
  "Lo yang murahan!" timpal Desha sambil menepis tangan Kath yang sedari tadi nunjuk-nunjuk Sella.
  "Eh, kalian ini. Ngapain sih pada berantem? Kasih gue kesempetan ngomong dulu kek," kata Lydia dengan nada lemah yang menjadi penengah keributan mereka.
 
  "Apa-apaan sih lo, Lyd? Jelas-jelas dia yang bikin lo putus sama Nico!" kata Desha sewot.
  "Des... Sel... dengerin baik-baik ya. Waktu itu, pas gue maen basket, gue diselengkat sama si ular betina. Pas di tumor gue! Yang nolongin gue tuh dia! Kath! Dia baik lho. Lagian gue juga udah pernah cerita ke lo semua kan? Penyebab gue putus sama Nico tuh bukan karena Kath."
  "Oh, gitu!" ujar Ery, cuma sekadar basa-basi.
  "Oh, jadi si uler betina yang bikin lo kayak gini?" tanya Sella tambah sewot.
  Hening. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
  "Mmm, sori ya, Kath. Tadi kita udah nuduh lo sembarangan," kata Desha, mendadak lembut karena dia tau dia yang salah.
  Sella menyertainya dengan anggukan dan raut muka yang bersalah banget.
  "Ya, udahlah. Makanya, laen kali nyapa dulu. Biar gak salah paham lagi!" Kath menasihati dua makhluk itu.
  "Eh, kita udah selesai UN lho, Lyd!" kata Ery seneng.
  "YAP!" tambah Sella dan Desha kompakan.
  "Oh, ya? Bagus donk. tapi...," kata Lydia yang mukanya mendadak murung.
  "Tapi kenapa?" tanya Kath.
  "Gue kan harus ikut susulan."
  "So what? Enjoy aja lagi. Otak lo, kan, smart. So, I think no problem. Lagian soalnya lebih gampang dari try out" timpal Sella.
 
  Lydia benar-benar beruntung mempunyai teman-teman seperti mereka. Teman yang bisa membuatnya kembali tersenyum.
 
 
  NICO sedang berbaring di ranjang. Dadanya yang bidang kembang-kempis tak beraturan. Dia masih mengingat kejadian itu. Kejadian di mana kali pertamanya Kath membentaknya. Nico tau kalo dia yang salah. Tapi, walaupun dia sudah tau kalau Kath itu ada benarnya, Nico masih juga gak mau peduli dan damai sama Lydia.
 
  Hei, gue kok jadi mikirin dia, sih? Apa betul gue jatuh cinta sama dia? Ah, mikir apaan sih gue???
 
  Nico mengangkat tubuhnya dari kasur sehingga posisinya sekarang sedang duduk di atas ranjangnya. Dia mengacak rambutnya lagi. Dia terus memikirkan Kath setelah Kath membentaknya kemarin malam.
 
  Nico mengambil HP-nya. Dia segera memencet nomor telepon Kath. Dia ingin minta maaf atas kejadian itu.
  "Halo?" sapa Kath yang kedengerannya biasa aja. Nggak kayak biasanya. Biasanya kan Kath seneng kalo ditelepon Nico.
  "Kath..."
  "Kenapa, Nic?" Kath akhirnya berkata lembut
  juga.
  "Bisa ketemuan gak?"
  "Mmm, gak bisa tuh.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>