Love Me Twice | Gebetan Lama Rasa Baru | by Billy Homario | Gebetan Lama Rasa Baru | Cersil Sakti | Gebetan Lama Rasa Baru pdf
Lintang Kemukus Dini Hari - Ahmad Tohari Jantera Bianglala - Ahmad Tohari Cinta itu Asyik Tapi jangan Asyik Bercinta Keberanian Manusia - Kumpulan Cerpen Kelompok 2 & 1 - Sang Pengintai
nuju maminya. Wah, pasti istimewa banget nih! "Saya akan menjodohkan anak saya dengan gadis ini," sambung papinya Nico, kemudian mempersilakan calon menantunya menampakkan diri.
Nico, Kayla, Lydia, Ferry, dan teman-teman Nico sangat terkejut, sedangkan para tamu undangan riuh dengan tepukan tangan.
"KATH???" sahut Nico gak percaya. "Jadi, kado istimewanya ini? Kath jodoh aku???" tanya Nico lagi kepada maminya yang hanya dijawab dengan anggukkan kepala. Nico merasakan kakinya lemas seketika.
"NICO???" tanya Kath, agak girang keliatannya. Wah, jodoh gue Nico! Mimpi apa gue semalem??? "AKU GAK MAU DIJODOHIN!!!" bentak Nico tiba-tiba yang membuat para tamu tercengang, terutama Lydia yang sekarang hatinya tiba-tiba hancur. "Kurang ajar kamu!" sahut papinya. "Sekali enggak, tetep enggak!" bentak Nico lagi. Nico tiba-tiba melihat Lydia berlari sekencang-kencangnya untuk pergi entah ke mana. Hatinya pasti sedih setengah mati setelah mengetahui Nico telah dijodohkan.
Tanpa pikir panjang dan berkata apa-apa lagi, Nico langsung mengejar Lydia yang terlihat sudah berlari jauh. Kayla, Ferry dan teman-teman Nico hanya bisa menggigit bibir dan berkata dalam hati 'semoga mereka baik-baik saja'.
Papi Nico mengepalkan tangan pertanda kesal. Mata dan mukanya memerah lantaran naik darah. "Kath, kejar Nico! perintahnya galak.
Tanpa pikir panjang juga, Kath segera menyusul Nico yang sudah melesat beberapa saat lalu.
LYDIAAAA!!! DI MANA KAMUUUU???" teriak Nico sambil menyatukan tangannya membentuk corong di depan mulutnya dengan maksud mumperkeras suaranya. "LYD??? LYYDIA???"
Walaupun Nico sudah berteriak sekencang-kencangnya, tetap tidak ada sahutan dari yang ber sangkutan. Nico tertunduk lesu, Sekujur tubuhnya lemas. Dia melangkah lagi, walaupun kakinya terasa lemas.
Isakan seorang wanita terdengar sesengukan di telinga Nico. Dia menaikkan kepalanya. Menoleh kiri-kanan untuk mencari tau siapa yang nangis.
Nico memfokuskan pendengarannya. Matanya juga ikut bekerja mencari di mana Lydia. Setelah berpuluh-puluh kali menoleh, akhirnya dia menangkap sosok memakai baju putih sedang menangis di kursi bawah pohon.
Lydia.
Nico mendekati Lydia. Dia berjalan perlahan. Dia terlalu takut untuk mengeluarkan suara. Takut Lydia semakin sakit hati.
Setelah cukup lama berdiri di belakang Lydia, Nico akhirnya membuka suara juga. "Lyd!"
Yang dipanggil tidak merespon. Isakannya malah bertambah hebat. Dia tau persis itu suara siapa.
"Lyd!" panggil Nico sekali lagi. Lydia akhirnya menoleh juga ke arahnya. Matanya masih sembap. Pipinya dilinangi air mata yang deras. Dia berdiri dan langsung memeluk merpatinya. "Nico!" Lydia kemudian terisak lebih hebat dalam pelukan merpatinya.
"Maafin ak..."
"Kamu gak salah kok," potong Lydia di sel a isakan nya.
Nico mengangguk.
"Kamu lebih baik dengerin kata papi kamu. Kamu memang cocok buat Karh kok," ucap Lydia lagi.
Nico memegang bahu Lydia. "Lyd, kamu tuh mer-pati aku. Aku gak mungkinlah ngelepasin kamu begitu aja. Aku udah berjuang keras buat ngedapetin kamu waktu itu. Kamu juga begitu, kan? Aku cinta banget sama kamu."
Mereka berdua kemudian berpelukan lagi. Mereka sepertinya tau bahwa dalam waktu dekat, mereka tak mungkin bisa sedekat ini lagi.
Dari kejauhan, Kath menjatuhkan sapu tangan yang sedari tadi digenggamnya. Saraf-saraf tangannya berhenti bekerja seketika. Kakinya lemas.
Dia menitikkan air mara karena dia tau bahwa pasti sulit untuk mendapatkan Nico.
8. Beautiful Disaster
BUK!
Nico terkejut dengan suara orang jatuh itu. "Kamu gak pa-pa, Cinta?" tanyanya penuh perhatian.
"Gak kok. Aku kesandung aja."
"Gak ada apa-apa, tapi kok kamu bisa jatoh sih?" tanyanya lagi sambil mengerutkan dahinya. "'Kaki kamu keliatannya makin bengkak aja."
"Udahlah, gak usah dipikirin. Lagian aku gak luka kok."
"Sore ini, kamu ada waktu gak?" kata Nico lagi, mengalihkan pembicaraan. "Mau ngapain?"
"Aku mau ngajak kamu ke mall." "Mall mana?"
"Mall Rendezvous aja. Yang baru buka di Kelapa Gading itu, tuh."
Lydia berpikir sejenak Beberapa detik kemudian, dia mengerutkan dahinya.
Gak usah pergi, deh. Males! Harusnya gue nyatuin dia sama Kath. Kalo dia gak jadian sama Kath bokapnya bisa-bisa...
"Cinta, kok bengong?"
Aduh, maaf, ya. Nic. Aku gak bisa. Aku mau ke dokter malam ini," jawab Lydia setelah sadar dari lamunannya.
Ups! Gue keceplosan!
"ke dokter? Ngapain?" tanya Nico heran. "Hah?!" tanggap Lydia sambil garuk-garuk kepala, "Udahlah, lupain aja!" "Gak bis..."
"AKU GAK MAU PERGI, NICOOOO!!!" bentak Lydia yang membuat kata-kata Nico terpotong.
Lydia langsung beranjak dari tempatnya berdiri sekarang tanpa menatap wajah Nico yang terlihat masih syok itu.
Baru beberapa langkah berjalan, kakinya terasa nyeri. Kali ini lumayan hebat. Tumornya jadi terlihat agak berdenyut-denyut. "AUW!" teriaknya. Nico langsung menghampiri Lydia. "Kamu kenapa sih, Lyd?" tanya Nico agak sewot.
"Kalo kamu terus-terusan egois kayak gini, mending kita putus aja deh!" seru Lydia yang kemudian melanjutkan jalannya.
Maafin aku ya, Nic. Aku begini demi kebaikan kamu. Papi kamu bener kok. Kamu emang lebih pantes bersanding sama Kath yang jauh lebih sempurna daripada aku. Kakiku sebentar lagi mau diamputasi, Nic. Or even die! Kamu mau punya pacar berkaki buntung kayak aku nanti? Pasti enggak kan? Kamu pasti malu. Atau kamu pengen lebih sakit hati lagi pas tau aku mati? Makanya, kamu lebih baik sama Kath deh.
Lydia sesekali mengelap air mata yang jatuh di pipinya yang mulus. Lydia terjatuh lagi.
SETELAH memasuki kamarnya, Nico tidur-tiduran di ranjangnya sambil megangin HP. Lydia biasanya ngirim SMS ke dia. Tapi, kali ini enggak sama sekali. Nico sampe bete nungguinnya.
Tuh cewek kenapa, sih? Aneh banget? Apa dia udah bosen sama gue? Kalo emang dia mao putus, kenapa gak bilang langsung?
Setelah berkali-kali mengacak-ngacak rambut karena kepalanya pusing setengah mati, akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke mal buat refreshing.
Gue ke mall aja, ah! Tapi, sama siapa? Kath? Ya, mau gimana lagi? There's no choice, pikir Nico.
Nico langsung ngambil HP-nya yang sejak tadi tergeletak anteng di atas kasur empuknya. Nico langsung memencet nomor HP Kath.
"Halo?" jawab Kath yang kedengerannya seneng.
"Halo!" jawab Nico ketus. "Eh, ada waktu gak?
Ngapain nih anak nanya-nanya kayak gituan? Pasti mau ngajakin gue pergi nih, batin Kath senang.
"Ada kok! Banyak malah kalo buat lo!" jawabnya atas pertanyaan Nico.
"Temenin gue ke mall, ya?"
"AH, YANG BENER LO?!?!" tanya Kath meledak-ledak saking senengnya.
"Biasa aja donk! Kuping gue bisa kelipet, nih!"
"Sori deh, mau kok. mau banget!"
"Ya, udah. Sekarang lo dateng aja ke rum ah gue! Gue mau mandi dulu! Tungguin aja. Gak lama k ok." "Oke, deh. Tapi, kenapa gue yang harus nungguin
lo?"
"Gue tuh gak mau nungguin cewek. Apalagi cewek kayak lo!"
"Biasanya kan cowok yang nungguin cewek. Kok ini malah kebal..."
"Udah deh, jangan banyak ngomong! Buruan dateng! Mau ikut gak?"
"Eiiitt, iya-iya! gue bakal langsung ke sono!"
"Ya udah. Buruan, ya!"
"OK!!!" jawab Kath dengan semangat '45.
SETELAH keliling-keliling mall dengan arah yang gak jelas, Nico dan Kath menemukan sebuah restoran pizza. Mereka pun makan di sana.
Di pertengahan makannya, Nico menangkap sebuah objek yang membuatnya muak setengah mati. Dia melihat Lydia dengan seorang cowok sedang cekikikan di meja seberang. Geli banget cekikikannya. Duduknya sebelah-sebelahan. Kayak orang pacaran. Dan yang membuat Nico lebih muak lagi, cowok itu ERY!
Nico terus ngeliatin mereka dengan tatapan jijik. Tiba-tiba...
"Nic, enak banget, ya. Gak nyangka deh ada restoran pizza di mall yang baru buka kayak gini."
Nico tidak menjawab. Mengetahui bahwa Nico tidak menjawab, Kath langsung melihat ke arah Nico.
Bener aja! Gue dikacangin toh! Karena Nico tidak meng-alihkan penglihatannya dari objek yang dilihatnya, Kath jadi ikut-ikutan ngeliat objek yang sama. DEG!
Jantung Kath langsung gede-kecil dengan cepet. Dia kaget banget dengan objek yang dilihatnya. LYDIA!
Pacarnya Nico? Ngapain dia? Kok sama cowok laen sih? Pantesan gue ngomong gak diladenin.
"Nic!" kata Kath sambil ngegebrak meja dengan pelan.
Yang digebrak spontan kaget. "Kenapa, Kath? tanya Nico.
"Lo liat itu, ya?" tanya Kath sambil nunjuk Lydia dan Ery.
Nico tidak menjawab. Kesadarannya sudah kembali. Nico tertunduk lesu.
"Apa perlu gue samperin tuh cewek?" tanya Kath dengan perasaan yang mulai gimanaaa gitu.
Gue harus ngebelain Nico! Gue gak mau dia disakitin sama cewek itu!
"Ngapain? Emang cewek itu siapa gue?" tanya Nico seakan-akan dia tidak mengenali Lydia karena sepenge tahuannya, Kath tidak kenal dengan Lydia.
"Lah? Bukannya itu cewek lo?"
"Kok lo tau, sih?"
"Gue sempet ngeliat lo berdua di taman malem
itu.
Hening. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Gue samperin aja, ya?"
"GAK USAH!!!" kata Nico, setengah berteriak, Hal ini membuat seluruh pengunjung restoran itu menoleh ke arahnya. Termasuk Lydia dan Ery.
Lydia langsung terkejut melihat siapa yang berteriak tadi. Apalagi, dia melihat Nico dengan Kath! Pikirannya udah langsung negatif aja. Dikiranya, Nico selingkuh sama Kath.
"Lyd, apa-apaan, sih, lo?" tanya Ery, berbisik sambil berusaha melepaskan pelukan Lydia.
"Udah, lo diem aja! Liat tuh!" jawab Lydia sambil menunjuk Nico dan Kath.
"Nico? Kok dia sama cewek laen sih? Gue samperin,
ya?"
"Gak usah, Ry. Biar dia ngeliat kita juga!"
Nico sebenernya udah sadar kalo dari tadi Lydia berusaha ngebuat dia cemburu. Nico gak kehabisan akal buat ngebales. Dia buru-buru meluk Kath dan... mencium Kath.
"IYA! Lo semua udah pada denger kan? Gue kena penyakit kanker tulang jenis Osteosarcoma!" aku Lydia kepada Desha, Ery, dan Sella yang lagi ngumpul di kamarnya.
"Lo bohong kan, Lyd?" tanya Desha khawatir.
"Gue serius!" jawab Lydia.
Hening.
"So, lo bener-bener mau mutusin Nico?" tanya
Ery.
Lydia mengangguk.
"Caranya?" tanya Desha lagi.
"Ya, bikin Nico cemburu kayak yang tadi dia ceri tain," jawab Sella. Sella mengetahuinya karena memang Lydia sudah menceritakan kejadian di restoran pizza.
"Terserah lo deh, Lyd!" timpal Desha.
"Yang penting lo bahagia," jawab Ery.
"Lyd, mendingan sekarang lo teleponin Nico deh!" pesan Sella.
"Mutusin dia di telepon kayaknya emang lebih baik deh," tambah Desha.
Lydia menatap teman-temannya sebentar, meminta kepastian. Teman-temannya serempak mengangguk pertanda mengiyakan. Lydia mengambil HP-nya yang lagi asyik bertengger di atas kasur. Dia langsung mencet nomor Nico.
"Loudspeaker, Lyd!" pesan Ery, setengab berbisik. "Halo!" Suara Nico terdengar jelas. Teman-teman Lydia mulai mengunci mulut. "Nic..."
"Apa?" jawab Nico jutek. "Aku rasa kit..."
"Aku rasa kita udah gak cocok dan kita lebih baik putus? Gitu kan?" potong Nico seakan tau pikiran Lydia.
"Iya!" Jawab lydia mantap. Air matanya mulai menetes.
"Oke, kalo gitu!"
Lydia terisak, kemudian menarik napas. "Perkaranya karen..."
"Gak usah dikasih tau perkaranya. Yang jelas aku udah BENCI setengah mati sama kamu! Kalo mau se-lingkuh bilang! Jangan alesan ke dokter segala!"
Lydia terisak lebih hebat. "Aku mau minta ma..."
"KAMU GAK PERLU MINTA MAAF SAMA AKU KARENA AKU JUGA UDAH BENCI BANGET SAMA KAMU!!!"
Tut... tut... tut...
Telepon diputus Nico. Lydia hanya bisa sesenggukan. Tapi, hatinya sudah sedikit lega kini. Satu beban udah berkurang lagi.
SEPULANG sekolah, Kath langsung mempersiapkan fisik dan mentalnya untuk bertemu dengan Lydia. Setelah semuanya siap, dia langsung melesat menuju SMU Harapan Kasih.
Kath sudah sampai di sana. Dia melihat sekolah itu sepi sekali. Maklum, murid-murid udah pada pulang. Rencananya untuk memaki-maki Lydia sepertinya pupus sudah.
Kath membalikkan badannya bermaksud pulang. Tapi, dia mendengar suara tepokan bola basket dari arah lapangan. Ini berarti, murid SMU itu belum pulang semuanya. Dia pun berjalan menuju lapangan.
Tuh, Nico!
Kath membatin setelah melihat Nico berjalan keluar dari ruang tata usaha dengan langkah cepat dan muka memerah.
Lagi marah tuh kayaknya. Apa gara-gara kejadian di mal kemaren?
Kath berjalan lagi. Tadinya dia mau menghampiri Nico untuk sekadar menanyakan keberadaan Lydia.
Tapi, dia mengurungkan niatnya
Lintang Kemukus Dini Hari - Ahmad Tohari Jantera Bianglala - Ahmad Tohari Cinta itu Asyik Tapi jangan Asyik Bercinta Keberanian Manusia - Kumpulan Cerpen Kelompok 2 & 1 - Sang Pengintai
nuju maminya. Wah, pasti istimewa banget nih! "Saya akan menjodohkan anak saya dengan gadis ini," sambung papinya Nico, kemudian mempersilakan calon menantunya menampakkan diri.
Nico, Kayla, Lydia, Ferry, dan teman-teman Nico sangat terkejut, sedangkan para tamu undangan riuh dengan tepukan tangan.
"KATH???" sahut Nico gak percaya. "Jadi, kado istimewanya ini? Kath jodoh aku???" tanya Nico lagi kepada maminya yang hanya dijawab dengan anggukkan kepala. Nico merasakan kakinya lemas seketika.
"NICO???" tanya Kath, agak girang keliatannya. Wah, jodoh gue Nico! Mimpi apa gue semalem??? "AKU GAK MAU DIJODOHIN!!!" bentak Nico tiba-tiba yang membuat para tamu tercengang, terutama Lydia yang sekarang hatinya tiba-tiba hancur. "Kurang ajar kamu!" sahut papinya. "Sekali enggak, tetep enggak!" bentak Nico lagi. Nico tiba-tiba melihat Lydia berlari sekencang-kencangnya untuk pergi entah ke mana. Hatinya pasti sedih setengah mati setelah mengetahui Nico telah dijodohkan.
Tanpa pikir panjang dan berkata apa-apa lagi, Nico langsung mengejar Lydia yang terlihat sudah berlari jauh. Kayla, Ferry dan teman-teman Nico hanya bisa menggigit bibir dan berkata dalam hati 'semoga mereka baik-baik saja'.
Papi Nico mengepalkan tangan pertanda kesal. Mata dan mukanya memerah lantaran naik darah. "Kath, kejar Nico! perintahnya galak.
Tanpa pikir panjang juga, Kath segera menyusul Nico yang sudah melesat beberapa saat lalu.
LYDIAAAA!!! DI MANA KAMUUUU???" teriak Nico sambil menyatukan tangannya membentuk corong di depan mulutnya dengan maksud mumperkeras suaranya. "LYD??? LYYDIA???"
Walaupun Nico sudah berteriak sekencang-kencangnya, tetap tidak ada sahutan dari yang ber sangkutan. Nico tertunduk lesu, Sekujur tubuhnya lemas. Dia melangkah lagi, walaupun kakinya terasa lemas.
Isakan seorang wanita terdengar sesengukan di telinga Nico. Dia menaikkan kepalanya. Menoleh kiri-kanan untuk mencari tau siapa yang nangis.
Nico memfokuskan pendengarannya. Matanya juga ikut bekerja mencari di mana Lydia. Setelah berpuluh-puluh kali menoleh, akhirnya dia menangkap sosok memakai baju putih sedang menangis di kursi bawah pohon.
Lydia.
Nico mendekati Lydia. Dia berjalan perlahan. Dia terlalu takut untuk mengeluarkan suara. Takut Lydia semakin sakit hati.
Setelah cukup lama berdiri di belakang Lydia, Nico akhirnya membuka suara juga. "Lyd!"
Yang dipanggil tidak merespon. Isakannya malah bertambah hebat. Dia tau persis itu suara siapa.
"Lyd!" panggil Nico sekali lagi. Lydia akhirnya menoleh juga ke arahnya. Matanya masih sembap. Pipinya dilinangi air mata yang deras. Dia berdiri dan langsung memeluk merpatinya. "Nico!" Lydia kemudian terisak lebih hebat dalam pelukan merpatinya.
"Maafin ak..."
"Kamu gak salah kok," potong Lydia di sel a isakan nya.
Nico mengangguk.
"Kamu lebih baik dengerin kata papi kamu. Kamu memang cocok buat Karh kok," ucap Lydia lagi.
Nico memegang bahu Lydia. "Lyd, kamu tuh mer-pati aku. Aku gak mungkinlah ngelepasin kamu begitu aja. Aku udah berjuang keras buat ngedapetin kamu waktu itu. Kamu juga begitu, kan? Aku cinta banget sama kamu."
Mereka berdua kemudian berpelukan lagi. Mereka sepertinya tau bahwa dalam waktu dekat, mereka tak mungkin bisa sedekat ini lagi.
Dari kejauhan, Kath menjatuhkan sapu tangan yang sedari tadi digenggamnya. Saraf-saraf tangannya berhenti bekerja seketika. Kakinya lemas.
Dia menitikkan air mara karena dia tau bahwa pasti sulit untuk mendapatkan Nico.
8. Beautiful Disaster
BUK!
Nico terkejut dengan suara orang jatuh itu. "Kamu gak pa-pa, Cinta?" tanyanya penuh perhatian.
"Gak kok. Aku kesandung aja."
"Gak ada apa-apa, tapi kok kamu bisa jatoh sih?" tanyanya lagi sambil mengerutkan dahinya. "'Kaki kamu keliatannya makin bengkak aja."
"Udahlah, gak usah dipikirin. Lagian aku gak luka kok."
"Sore ini, kamu ada waktu gak?" kata Nico lagi, mengalihkan pembicaraan. "Mau ngapain?"
"Aku mau ngajak kamu ke mall." "Mall mana?"
"Mall Rendezvous aja. Yang baru buka di Kelapa Gading itu, tuh."
Lydia berpikir sejenak Beberapa detik kemudian, dia mengerutkan dahinya.
Gak usah pergi, deh. Males! Harusnya gue nyatuin dia sama Kath. Kalo dia gak jadian sama Kath bokapnya bisa-bisa...
"Cinta, kok bengong?"
Aduh, maaf, ya. Nic. Aku gak bisa. Aku mau ke dokter malam ini," jawab Lydia setelah sadar dari lamunannya.
Ups! Gue keceplosan!
"ke dokter? Ngapain?" tanya Nico heran. "Hah?!" tanggap Lydia sambil garuk-garuk kepala, "Udahlah, lupain aja!" "Gak bis..."
"AKU GAK MAU PERGI, NICOOOO!!!" bentak Lydia yang membuat kata-kata Nico terpotong.
Lydia langsung beranjak dari tempatnya berdiri sekarang tanpa menatap wajah Nico yang terlihat masih syok itu.
Baru beberapa langkah berjalan, kakinya terasa nyeri. Kali ini lumayan hebat. Tumornya jadi terlihat agak berdenyut-denyut. "AUW!" teriaknya. Nico langsung menghampiri Lydia. "Kamu kenapa sih, Lyd?" tanya Nico agak sewot.
"Kalo kamu terus-terusan egois kayak gini, mending kita putus aja deh!" seru Lydia yang kemudian melanjutkan jalannya.
Maafin aku ya, Nic. Aku begini demi kebaikan kamu. Papi kamu bener kok. Kamu emang lebih pantes bersanding sama Kath yang jauh lebih sempurna daripada aku. Kakiku sebentar lagi mau diamputasi, Nic. Or even die! Kamu mau punya pacar berkaki buntung kayak aku nanti? Pasti enggak kan? Kamu pasti malu. Atau kamu pengen lebih sakit hati lagi pas tau aku mati? Makanya, kamu lebih baik sama Kath deh.
Lydia sesekali mengelap air mata yang jatuh di pipinya yang mulus. Lydia terjatuh lagi.
SETELAH memasuki kamarnya, Nico tidur-tiduran di ranjangnya sambil megangin HP. Lydia biasanya ngirim SMS ke dia. Tapi, kali ini enggak sama sekali. Nico sampe bete nungguinnya.
Tuh cewek kenapa, sih? Aneh banget? Apa dia udah bosen sama gue? Kalo emang dia mao putus, kenapa gak bilang langsung?
Setelah berkali-kali mengacak-ngacak rambut karena kepalanya pusing setengah mati, akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke mal buat refreshing.
Gue ke mall aja, ah! Tapi, sama siapa? Kath? Ya, mau gimana lagi? There's no choice, pikir Nico.
Nico langsung ngambil HP-nya yang sejak tadi tergeletak anteng di atas kasur empuknya. Nico langsung memencet nomor HP Kath.
"Halo?" jawab Kath yang kedengerannya seneng.
"Halo!" jawab Nico ketus. "Eh, ada waktu gak?
Ngapain nih anak nanya-nanya kayak gituan? Pasti mau ngajakin gue pergi nih, batin Kath senang.
"Ada kok! Banyak malah kalo buat lo!" jawabnya atas pertanyaan Nico.
"Temenin gue ke mall, ya?"
"AH, YANG BENER LO?!?!" tanya Kath meledak-ledak saking senengnya.
"Biasa aja donk! Kuping gue bisa kelipet, nih!"
"Sori deh, mau kok. mau banget!"
"Ya, udah. Sekarang lo dateng aja ke rum ah gue! Gue mau mandi dulu! Tungguin aja. Gak lama k ok." "Oke, deh. Tapi, kenapa gue yang harus nungguin
lo?"
"Gue tuh gak mau nungguin cewek. Apalagi cewek kayak lo!"
"Biasanya kan cowok yang nungguin cewek. Kok ini malah kebal..."
"Udah deh, jangan banyak ngomong! Buruan dateng! Mau ikut gak?"
"Eiiitt, iya-iya! gue bakal langsung ke sono!"
"Ya udah. Buruan, ya!"
"OK!!!" jawab Kath dengan semangat '45.
SETELAH keliling-keliling mall dengan arah yang gak jelas, Nico dan Kath menemukan sebuah restoran pizza. Mereka pun makan di sana.
Di pertengahan makannya, Nico menangkap sebuah objek yang membuatnya muak setengah mati. Dia melihat Lydia dengan seorang cowok sedang cekikikan di meja seberang. Geli banget cekikikannya. Duduknya sebelah-sebelahan. Kayak orang pacaran. Dan yang membuat Nico lebih muak lagi, cowok itu ERY!
Nico terus ngeliatin mereka dengan tatapan jijik. Tiba-tiba...
"Nic, enak banget, ya. Gak nyangka deh ada restoran pizza di mall yang baru buka kayak gini."
Nico tidak menjawab. Mengetahui bahwa Nico tidak menjawab, Kath langsung melihat ke arah Nico.
Bener aja! Gue dikacangin toh! Karena Nico tidak meng-alihkan penglihatannya dari objek yang dilihatnya, Kath jadi ikut-ikutan ngeliat objek yang sama. DEG!
Jantung Kath langsung gede-kecil dengan cepet. Dia kaget banget dengan objek yang dilihatnya. LYDIA!
Pacarnya Nico? Ngapain dia? Kok sama cowok laen sih? Pantesan gue ngomong gak diladenin.
"Nic!" kata Kath sambil ngegebrak meja dengan pelan.
Yang digebrak spontan kaget. "Kenapa, Kath? tanya Nico.
"Lo liat itu, ya?" tanya Kath sambil nunjuk Lydia dan Ery.
Nico tidak menjawab. Kesadarannya sudah kembali. Nico tertunduk lesu.
"Apa perlu gue samperin tuh cewek?" tanya Kath dengan perasaan yang mulai gimanaaa gitu.
Gue harus ngebelain Nico! Gue gak mau dia disakitin sama cewek itu!
"Ngapain? Emang cewek itu siapa gue?" tanya Nico seakan-akan dia tidak mengenali Lydia karena sepenge tahuannya, Kath tidak kenal dengan Lydia.
"Lah? Bukannya itu cewek lo?"
"Kok lo tau, sih?"
"Gue sempet ngeliat lo berdua di taman malem
itu.
Hening. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Gue samperin aja, ya?"
"GAK USAH!!!" kata Nico, setengah berteriak, Hal ini membuat seluruh pengunjung restoran itu menoleh ke arahnya. Termasuk Lydia dan Ery.
Lydia langsung terkejut melihat siapa yang berteriak tadi. Apalagi, dia melihat Nico dengan Kath! Pikirannya udah langsung negatif aja. Dikiranya, Nico selingkuh sama Kath.
"Lyd, apa-apaan, sih, lo?" tanya Ery, berbisik sambil berusaha melepaskan pelukan Lydia.
"Udah, lo diem aja! Liat tuh!" jawab Lydia sambil menunjuk Nico dan Kath.
"Nico? Kok dia sama cewek laen sih? Gue samperin,
ya?"
"Gak usah, Ry. Biar dia ngeliat kita juga!"
Nico sebenernya udah sadar kalo dari tadi Lydia berusaha ngebuat dia cemburu. Nico gak kehabisan akal buat ngebales. Dia buru-buru meluk Kath dan... mencium Kath.
"IYA! Lo semua udah pada denger kan? Gue kena penyakit kanker tulang jenis Osteosarcoma!" aku Lydia kepada Desha, Ery, dan Sella yang lagi ngumpul di kamarnya.
"Lo bohong kan, Lyd?" tanya Desha khawatir.
"Gue serius!" jawab Lydia.
Hening.
"So, lo bener-bener mau mutusin Nico?" tanya
Ery.
Lydia mengangguk.
"Caranya?" tanya Desha lagi.
"Ya, bikin Nico cemburu kayak yang tadi dia ceri tain," jawab Sella. Sella mengetahuinya karena memang Lydia sudah menceritakan kejadian di restoran pizza.
"Terserah lo deh, Lyd!" timpal Desha.
"Yang penting lo bahagia," jawab Ery.
"Lyd, mendingan sekarang lo teleponin Nico deh!" pesan Sella.
"Mutusin dia di telepon kayaknya emang lebih baik deh," tambah Desha.
Lydia menatap teman-temannya sebentar, meminta kepastian. Teman-temannya serempak mengangguk pertanda mengiyakan. Lydia mengambil HP-nya yang lagi asyik bertengger di atas kasur. Dia langsung mencet nomor Nico.
"Loudspeaker, Lyd!" pesan Ery, setengab berbisik. "Halo!" Suara Nico terdengar jelas. Teman-teman Lydia mulai mengunci mulut. "Nic..."
"Apa?" jawab Nico jutek. "Aku rasa kit..."
"Aku rasa kita udah gak cocok dan kita lebih baik putus? Gitu kan?" potong Nico seakan tau pikiran Lydia.
"Iya!" Jawab lydia mantap. Air matanya mulai menetes.
"Oke, kalo gitu!"
Lydia terisak, kemudian menarik napas. "Perkaranya karen..."
"Gak usah dikasih tau perkaranya. Yang jelas aku udah BENCI setengah mati sama kamu! Kalo mau se-lingkuh bilang! Jangan alesan ke dokter segala!"
Lydia terisak lebih hebat. "Aku mau minta ma..."
"KAMU GAK PERLU MINTA MAAF SAMA AKU KARENA AKU JUGA UDAH BENCI BANGET SAMA KAMU!!!"
Tut... tut... tut...
Telepon diputus Nico. Lydia hanya bisa sesenggukan. Tapi, hatinya sudah sedikit lega kini. Satu beban udah berkurang lagi.
SEPULANG sekolah, Kath langsung mempersiapkan fisik dan mentalnya untuk bertemu dengan Lydia. Setelah semuanya siap, dia langsung melesat menuju SMU Harapan Kasih.
Kath sudah sampai di sana. Dia melihat sekolah itu sepi sekali. Maklum, murid-murid udah pada pulang. Rencananya untuk memaki-maki Lydia sepertinya pupus sudah.
Kath membalikkan badannya bermaksud pulang. Tapi, dia mendengar suara tepokan bola basket dari arah lapangan. Ini berarti, murid SMU itu belum pulang semuanya. Dia pun berjalan menuju lapangan.
Tuh, Nico!
Kath membatin setelah melihat Nico berjalan keluar dari ruang tata usaha dengan langkah cepat dan muka memerah.
Lagi marah tuh kayaknya. Apa gara-gara kejadian di mal kemaren?
Kath berjalan lagi. Tadinya dia mau menghampiri Nico untuk sekadar menanyakan keberadaan Lydia.
Tapi, dia mengurungkan niatnya