Roses are Red | Mawar Merah | by James Patterson | Mawar Merah | Roses are Red | Mawar Merah pdf
Lintang Kemukus Dini Hari - Ahmad Tohari Jantera Bianglala - Ahmad Tohari Cinta itu Asyik Tapi jangan Asyik Bercinta Keberanian Manusia - Kumpulan Cerpen Kelompok 2 & 1 - Sang Pengintai
mendorong pasien untuk meneleponnya di rumah kalau ada masalah atau sekadar ketakutan di malam hari.
"Ini hidupku." Ia mengangkat bahu. "Membantuku bercerai beberapa tahun yang lalu." Ia menguap. "Menjagaku tetap melajang sekarang. Itu dan ketakutanku akan keterikatan. Tapi aku menyukai pekerjaanku."
Aku mengangguk dan merasa bisa memahami. Lalu kuajukan pertanyaan yang sudah membakar dalam benakku. "Apa yang kautemukan? Apa Jannie baik-baik saja?"
Ia menggeleng perlahan-lahan, lalu mengucapkan kata-kata yang tidak ingin kudengar. "Aku khawatir ada tumor. Aku rasa ini pilocytic astrocytoma, semacam tumor yang menyerang anak-anak. Kita akan memastikannya sesudah pembedahan. Tumor ini ada
102
di cerebellum. Besar, dan mengancam keselamatan. Aku menyesal harus menyampaikan kabar ini kepada-mu.
Kuhabiskan malam itu di rumah sakit bersama Jannie. Ia tidur sambil memegangi tanganku lagi.
Bab 31
Pagi hari keesokannya, penyerantaku berbunyi. Aku menelepon dan mendapat berita buruk dari Sandy Greenberg, seorang teman yang bekerja di markas besar Interpol di Lyon, Perancis.
Seorang wanita bernama Lucy Rhys-Cousins telah dibunuh secara kejam di pasar swalayan di London. Ia tewas di depan mata anak-anaknya. Sandy memberitahuku bahwa kepolisian di London mencurigai pelakunya adalah suami Lucy, Geoffrey Shafer, pria yang kukenal sebagai si Musang.
Aku tidak percaya. Jangan sekarang. Jangan si Musang. "Pelakunya Shafer atau bukan?" tanyaku kepada Sandy. "Apa kau tahu pasti?"
"Memang dia pelakunya, Alex, sekalipun kami tidak akan mengkonfirmasinya untuk serangga-serangga pers. Scotland Yard positif. Anak-anak mengenalinya. Daddy mereka yang sinting! Ia membunuh ibu mereka tepat di depan mata mereka."
Geoffrey Shafer yang bertanggung jawab atas penculikan Christine. Ia juga melakukan sejumlah pembunuhan menjijikkan di kawasan Southeast Washington. Ia mengincar orang-orang miskin dan tidak berdaya. Berita bahwa ia mungkin masih hidup,
104
dan membunuh kembali, rasanya seperti pukulan curang yang terayun cepat dan mendadak. Aku tahu berita itu akan membawa pengaruh yang lebih buruk lagi terhadap Christine.
Kuhubungi Christine di rumahnya dari St. Anthony's tapi hanya diterima mesin penjawab telepon. Aku berbicara dengan tenang ke mesin itu. "Christine, terima teleponnya kalau kau ada di sana. Ini Alex. Tolong, terimalah. Penting sekali agar aku bisa berbicara denganmu."
Namun, tidak ada seorang pun yang menerima telepon di rumah Christine. Aku tahu Shafer tidak mungkin berada di Washington sekarang ini-tapi aku khawatir dengan kemungkinan bahwa ia bisa saja telah berada di sini. Polanya adalah melakukan yang tidak terduga. Musang terkutuk!
Kupandang arlojiku. Saat itu pukul 07.00. Terkadang Christine pergi ke sekolah di hari Sabtu. Kuputuskan untuk menuju Sojourner Truth School. Letaknya tidak jauh.
Bab 32
Dalam perjalanan ke sana, aku berpikir, Jangan biarkan ini terjadi. Jangan lagi! Kumohon, Tuhan, jangan berbuat begini kepadanya. Kau tidak bisa berbuat begini. Jangan.
Kuparkir mobil dekat sekolah dan melesat keluar dari mobil. Lalu aku berlari-lari menyusuri lorong menuju ruang kerja Christine di sudut gedung. Jantungku berdebam-debam dalam dadaku. Kakiku lemas. Aku bisa mendengar suara mesin tik sebelum tiba di pintu.
Kuintip ke dalam.
Aku lega melihat Christine ada di sana, dalam ruangannya yang hangat dan meriah, penuh barang yang bertebaran. Ia selalu memusatkan perhatian sepenuhnya pada apa yang sedang dilakukannya. Karena tidak ingin mengejutkannya, aku berdiri diam dan mengawasinya sejenak. Lalu kuketuk ambang pintu dengan lembut.
"Ini aku," kataku dengan suara lembut.
Christine berhenti mengetik dan berpaling. Selama sesaat, ia memandangku seperti yang dulu selalu dilakukannya. Pandangan yang membuatku meleleh. Ia mengenakan celana panjang biru tua dan blus sutra kuning. Ia tidak tampak seperti sedang menjalani
106
masa-masa yang berat, tapi aku tahu itulah yang tengah dialaminya.
"Apa yang kaulakukan di sini?" tanya Christine akhirnya. "Aku sudah mendengarnya di CNN tadi pagi," lanjutnya. "Aku melihat lokasi pembunuhan yang meriah di pasar di London." Ia menggeleng, memejamkan mata.
"Kau baik-baik saja?" tanyaku.
Jawaban Christine terlontar tegas. "Aku tidak baik! Aku berjuta-juta mil jauhnya dari baik. Berita ini tidak membantu. Aku tidak bisa tidur di malam hari. Aku bermimpi buruk sepanjang waktu. Aku tidak bisa memusatkan perhatian di siang hari. Kubayangkan hal-hal mengerikan terjadi pada Alex kecil. Kepada Damon dan Jannie dan Nana, dan kepadamu. Aku tidak bisa menghentikannya!"
Kata-katanya terasa mengiris diriku. Rasanya sangat buruk karena aku tidak bisa membantu. "Kurasa dia tidak akan kembali kemari," kataku.
Kemarahan berkilat di mata Christine. "Kau tidak bisa tahu pasti."
"Shafer menganggap dirinya lebih tinggi dari kita. Kita tidak sepenting itu dalam dunia fantasinya. Istrinya yang penting. Aku heran dia tidak membunuh anak-anaknya juga."
"Kau lihat, kau heran. Tidak ada yang tahu pasti apa yang akan dilakukan orang-orang sinting ini! Dan sekarang kau terlibat dengan lebih banyak lagi: orang-orang yang membunuhi sandera-sandera tidak bersalah tanpa alasan. Karena mereka bisa melakukannya."
Aku melangkah memasuki ruangannya-tapi ia mengangkat tangan. "Jangan. Menjauhlah dariku." Christine lalu bangkit dari kursinya dan berjalan
107
melewatiku menuju kamar kecil guru. Ia menghilang ke dalam tanpa berpaling.
Aku tahu ia tidak akan keluar-tidak sebelum ia yakin aku sudah pergi. Saat akhirnya aku melangkah pergi, aku berpikir bahwa ia tidak menanyakan kabar Jannie.
Bab 33
Aku mampir di Rumah Sakit St. Anthony's lagi sebelum berangkat kerja. Jannie sudah bangun dan kami menikmati sarapan bersama-sama. Jannie bilang aku ayah terbaik di dunia, dan kukatakan bahwa ia putri terbaik. Lalu kuceritakan tentang tumornya dan ia harus menjalani pembedahan. Gadis kecilku menangis dalam pelukanku.
Nana tiba, dan Jannie kembali dibawa pergi untuk menjalani tes-tes lain. Tidak ada yang bisa kulakukan di rumah sakit selama beberapa jam. Aku pergi untuk menemui FBI lagi. Pekerjaan selalu ada. Christine pernah mengatakannya padaku. Pekerjaanmu adalah memburu maniak-maniak sinting yang menyedihkan. Pekerjaanku tampak tidak akan pernah berakhir.
Agen Khusus Penanggung Jawab Cavalierre tiba pada tepat pukul sebelas untuk memberikan penjelasan kepada regu di kantor lapangan Biro di Fourth Street di Northwest. Menurutku sepertinya setengah karyawan Biro ada di sana, dan pemandangan itu mengesankan, entah bagaimana jadi tampak meyakinkan.
Aku diingatkan bahwa kru perampok-bank menuntut ketepatan. Mungkin itu alasan Kyle Craig merasa Agen Cavalierre tepat untuk menangani kasus
109
ini. Ia memberitahuku bahwa Cavalierre adalah orang yang menuntut ketepatan, salah satu agen paling profesional yang pernah ditemuinya selama bertahun-tahun di Biro. Pemikiranku terus kembali ke perampokan bank dan pembunuhan yang disorot media massa itu. Kenapa mereka menginginkan publisitas, penghujatan? Apa para perampok menyiapkan karyawan bank dan perusahaan lain untuk perampokan di masa depan? Menakut-nakuti semua orang agar tidak ada perlawanan sama sekali? Atau pembunuhannya berkaitan dengan dendam? Masuk akal kalau salah satu atau lebih dari antara para pembunuhnya mungkin pernah bekerja di bank. Kami memburu petunjuk tersebut dengan segenap kemampuan kami.
Kupandang sekeliling ruangan krisis yang penuh sesak di dalam kantor lapangan FBI tersebut. Beberapa partisi di satu dinding telah dialokasikan untuk catatan-catatan dan foto-foto tersangka dan saksi. Sialnya, tidak satu pun dari para tersangka yang cukup menjanjikan. Berpotensi pun tidak. Partisi-partisi itu diberi judul "Pria Gendut," "Istri Manajer," "Kekasih Suami," "Kumis."
Kenapa kami tidak-mendapat satu tersangka yang bagus? Apa artinya itu? Apa yang sudah terlewatkan oleh kami semua?
"Hai dan selamat pagi. Terlebih dulu aku ingin berterima kasih kepada semua orang karena sudah membatalkan akhir pekannya," kata Agen Cavalierre dengan ironi dan humor dalam jumlah yang tepat. Ia mengenakan celana khaki dan kaus ungu muda. Ada jepit mungil berwarna ungu di rambutnya. Ia tampak percaya diri dan yang mengejutkan ia juga tampak santai.
"Kalau kau tidak datang di hari Sabtu," kata
110
seorang agen dengan kumis menjuntai, berbicara dari bagian belakang ruangan, "jangan repot-repot datang hari Minggu."
"Kau pernah memerhatikan bahwa para pengacau selalu duduk di belakang?" Cavalierre tersenyum meyakinkan. Sikapnya tenang sekali.
Ia mengacungkan sehelai map biru tebal. "Semuanya sudah mendapatkan arsip besar dan buruk seperti yang satu ini, berisi kasus-kasus di masa lalu yang mungkin berkaitan. Perampokan-perampokan yang dilakukan Joseph Dougherty di Midwest sepanjang tahun delapan puluhan mirip dalam beberapa hal. Juga ada bahan mengenai David Grandstaff, yang menjadi otak satu-satunya perampokan terbesar sepanjang sejarah Amerika. Bagi yang tertarik, Grandstaff ditangkap oleh Biro. Tapi, dalam usaha mati-matian yang kita lakukan untuk menjatuhkannya, kita menggunakan sejumlah cara yang patut dipertanyakan. Sesudah sidang selama enam minggu, juri berdiskusi selama sepuluh menit, lalu membebaskan Grandstaff. Hingga hari ini, uang rampokan dari Tucson First National Bank sebesar tiga juta belum ditemukan."
Ada yang melambai dan mengajukan pertanyaan dari barisan depan. "Di mana Mr. Grandstaff sekarang?"
"Oh, dia bersembunyi," kata Agen Cavalierre. "Sekitar dua meter di bawah tanah. Dia tidak terlibat dalam perampokan-perampokan ini, Agen Doud. Tapi dia mungkin yang mengilhaminya. Begitu pula Joseph Dougherty. Siapa pun yang melakukan perampokan ini mungkin menyadari karya mereka. Sebagaimana yang kudengar dikatakan dalam film-film, 'Dia mempelajari permainan ini dengan baik.'"
Setelah rapat berjalan selama sekitar setengah jam,
111
Agen Cavalierre memperkenalkanku kepada agen-agen yang lain.
"Beberapa di antara kalian sudah mengenal Alex Cross dari kepolisian D.C. Dia dari bagian Pembunuhan, dengan gelar Ph.D. di bidang psikologi. Dr. Cross seorang psikolog forensik. Omong-omong, dia teman akrab Kyle Craig. Mereka berdua sangat erat. Jadi apa pun pendapat kalian tentang kepolisian Metro, atau ADIC Craig, sebaiknya jangan diungkapkan."
Ia memandang ke arahku. "Sebenarnya, Dr. Cross yang menemukan mayat Brianne dan Errol Parker di D.C. Itu terobosan terbaik yang kita dapatkan dalam kasus sejauh ini. Perhatikan bagaimana aku menjilat pantat Dr. Cross dengan hati-hati."
Aku bangkit berdiri dan memandang ke sekeliling ruang rapat saat berbicara kepada agen-agen itu. "Well, aku khawatir pasangan Parker juga sudah bersembunyi di bawah tanah," kataku. Beberapa orang tertawa mendengarnya. "Brianne dan Errol hanyalah penjahat kelas teri, tapi pernah dipenjara karena merampok bank. Kami sedang memeriksa semua orang yang mereka kenal di Penjara Lorton. Sejauh ini belum ada hasilnya. Tidak banyak yang kami dapatkan dari usaha kami, dan hal itu mengganggu.
"Pasangan Parker merupakan pencuri yang kompeten, tapi tidak serapi siapa pun yang melibatkan mereka dalam perampokan ini-lalu memutuskan untuk membunuh mereka. Omong-omong, pasangan Parker diracun. Kupikir pembunuhnya menyaksikan mereka tewas, dan kematian mereka benar-benar mengerikan. Pembunuhnya mungkin berhubungan seks dengan Brianne Parker setelah dia tewas. Ini hanya tebakan untuk sekarang, tapi kurasa kekacauan ini bukan sekadar tentang perampokan bank."
Bab 34
Mastermjnd tidak bisa tidur! Terlalu banyak pemikiran yang ingin dienyahkannya mendengung-dengung seperti segerombolan kumbang marah yang menginvasi otaknya yang sudah kelebihan beban. Ia telah dikorbankan habis-habisan, didorong hingga mencapai kondisi yang tidak tertahankan ini. Ia memerlukan pembalasan. Ia mengabdikan hidupnya untuk itu-setiap saat ia terjaga selama empat tahun terakhir.
Mastermind akhirnya beranjak bangkit dari ranjang. Ia duduk merosot di mejanya, menunggu gelombang rasa mual mereda, menunggu tangannya berhenti gemetar. Ini kehidupanku yang menyedihkan, pikirnya. Aku benci. Aku membenci segala sesuatu tentang kehidupanku, setiap napas yang kuhirup.
Akhirnya, ia mulai menulis surat kebencian yang ada dalam benaknya saat berbaring di ranjang.
Ditujukan pada Pemimpin, Citibank
Ini panggilan untuk membangunk
Lintang Kemukus Dini Hari - Ahmad Tohari Jantera Bianglala - Ahmad Tohari Cinta itu Asyik Tapi jangan Asyik Bercinta Keberanian Manusia - Kumpulan Cerpen Kelompok 2 & 1 - Sang Pengintai
mendorong pasien untuk meneleponnya di rumah kalau ada masalah atau sekadar ketakutan di malam hari.
"Ini hidupku." Ia mengangkat bahu. "Membantuku bercerai beberapa tahun yang lalu." Ia menguap. "Menjagaku tetap melajang sekarang. Itu dan ketakutanku akan keterikatan. Tapi aku menyukai pekerjaanku."
Aku mengangguk dan merasa bisa memahami. Lalu kuajukan pertanyaan yang sudah membakar dalam benakku. "Apa yang kautemukan? Apa Jannie baik-baik saja?"
Ia menggeleng perlahan-lahan, lalu mengucapkan kata-kata yang tidak ingin kudengar. "Aku khawatir ada tumor. Aku rasa ini pilocytic astrocytoma, semacam tumor yang menyerang anak-anak. Kita akan memastikannya sesudah pembedahan. Tumor ini ada
102
di cerebellum. Besar, dan mengancam keselamatan. Aku menyesal harus menyampaikan kabar ini kepada-mu.
Kuhabiskan malam itu di rumah sakit bersama Jannie. Ia tidur sambil memegangi tanganku lagi.
Bab 31
Pagi hari keesokannya, penyerantaku berbunyi. Aku menelepon dan mendapat berita buruk dari Sandy Greenberg, seorang teman yang bekerja di markas besar Interpol di Lyon, Perancis.
Seorang wanita bernama Lucy Rhys-Cousins telah dibunuh secara kejam di pasar swalayan di London. Ia tewas di depan mata anak-anaknya. Sandy memberitahuku bahwa kepolisian di London mencurigai pelakunya adalah suami Lucy, Geoffrey Shafer, pria yang kukenal sebagai si Musang.
Aku tidak percaya. Jangan sekarang. Jangan si Musang. "Pelakunya Shafer atau bukan?" tanyaku kepada Sandy. "Apa kau tahu pasti?"
"Memang dia pelakunya, Alex, sekalipun kami tidak akan mengkonfirmasinya untuk serangga-serangga pers. Scotland Yard positif. Anak-anak mengenalinya. Daddy mereka yang sinting! Ia membunuh ibu mereka tepat di depan mata mereka."
Geoffrey Shafer yang bertanggung jawab atas penculikan Christine. Ia juga melakukan sejumlah pembunuhan menjijikkan di kawasan Southeast Washington. Ia mengincar orang-orang miskin dan tidak berdaya. Berita bahwa ia mungkin masih hidup,
104
dan membunuh kembali, rasanya seperti pukulan curang yang terayun cepat dan mendadak. Aku tahu berita itu akan membawa pengaruh yang lebih buruk lagi terhadap Christine.
Kuhubungi Christine di rumahnya dari St. Anthony's tapi hanya diterima mesin penjawab telepon. Aku berbicara dengan tenang ke mesin itu. "Christine, terima teleponnya kalau kau ada di sana. Ini Alex. Tolong, terimalah. Penting sekali agar aku bisa berbicara denganmu."
Namun, tidak ada seorang pun yang menerima telepon di rumah Christine. Aku tahu Shafer tidak mungkin berada di Washington sekarang ini-tapi aku khawatir dengan kemungkinan bahwa ia bisa saja telah berada di sini. Polanya adalah melakukan yang tidak terduga. Musang terkutuk!
Kupandang arlojiku. Saat itu pukul 07.00. Terkadang Christine pergi ke sekolah di hari Sabtu. Kuputuskan untuk menuju Sojourner Truth School. Letaknya tidak jauh.
Bab 32
Dalam perjalanan ke sana, aku berpikir, Jangan biarkan ini terjadi. Jangan lagi! Kumohon, Tuhan, jangan berbuat begini kepadanya. Kau tidak bisa berbuat begini. Jangan.
Kuparkir mobil dekat sekolah dan melesat keluar dari mobil. Lalu aku berlari-lari menyusuri lorong menuju ruang kerja Christine di sudut gedung. Jantungku berdebam-debam dalam dadaku. Kakiku lemas. Aku bisa mendengar suara mesin tik sebelum tiba di pintu.
Kuintip ke dalam.
Aku lega melihat Christine ada di sana, dalam ruangannya yang hangat dan meriah, penuh barang yang bertebaran. Ia selalu memusatkan perhatian sepenuhnya pada apa yang sedang dilakukannya. Karena tidak ingin mengejutkannya, aku berdiri diam dan mengawasinya sejenak. Lalu kuketuk ambang pintu dengan lembut.
"Ini aku," kataku dengan suara lembut.
Christine berhenti mengetik dan berpaling. Selama sesaat, ia memandangku seperti yang dulu selalu dilakukannya. Pandangan yang membuatku meleleh. Ia mengenakan celana panjang biru tua dan blus sutra kuning. Ia tidak tampak seperti sedang menjalani
106
masa-masa yang berat, tapi aku tahu itulah yang tengah dialaminya.
"Apa yang kaulakukan di sini?" tanya Christine akhirnya. "Aku sudah mendengarnya di CNN tadi pagi," lanjutnya. "Aku melihat lokasi pembunuhan yang meriah di pasar di London." Ia menggeleng, memejamkan mata.
"Kau baik-baik saja?" tanyaku.
Jawaban Christine terlontar tegas. "Aku tidak baik! Aku berjuta-juta mil jauhnya dari baik. Berita ini tidak membantu. Aku tidak bisa tidur di malam hari. Aku bermimpi buruk sepanjang waktu. Aku tidak bisa memusatkan perhatian di siang hari. Kubayangkan hal-hal mengerikan terjadi pada Alex kecil. Kepada Damon dan Jannie dan Nana, dan kepadamu. Aku tidak bisa menghentikannya!"
Kata-katanya terasa mengiris diriku. Rasanya sangat buruk karena aku tidak bisa membantu. "Kurasa dia tidak akan kembali kemari," kataku.
Kemarahan berkilat di mata Christine. "Kau tidak bisa tahu pasti."
"Shafer menganggap dirinya lebih tinggi dari kita. Kita tidak sepenting itu dalam dunia fantasinya. Istrinya yang penting. Aku heran dia tidak membunuh anak-anaknya juga."
"Kau lihat, kau heran. Tidak ada yang tahu pasti apa yang akan dilakukan orang-orang sinting ini! Dan sekarang kau terlibat dengan lebih banyak lagi: orang-orang yang membunuhi sandera-sandera tidak bersalah tanpa alasan. Karena mereka bisa melakukannya."
Aku melangkah memasuki ruangannya-tapi ia mengangkat tangan. "Jangan. Menjauhlah dariku." Christine lalu bangkit dari kursinya dan berjalan
107
melewatiku menuju kamar kecil guru. Ia menghilang ke dalam tanpa berpaling.
Aku tahu ia tidak akan keluar-tidak sebelum ia yakin aku sudah pergi. Saat akhirnya aku melangkah pergi, aku berpikir bahwa ia tidak menanyakan kabar Jannie.
Bab 33
Aku mampir di Rumah Sakit St. Anthony's lagi sebelum berangkat kerja. Jannie sudah bangun dan kami menikmati sarapan bersama-sama. Jannie bilang aku ayah terbaik di dunia, dan kukatakan bahwa ia putri terbaik. Lalu kuceritakan tentang tumornya dan ia harus menjalani pembedahan. Gadis kecilku menangis dalam pelukanku.
Nana tiba, dan Jannie kembali dibawa pergi untuk menjalani tes-tes lain. Tidak ada yang bisa kulakukan di rumah sakit selama beberapa jam. Aku pergi untuk menemui FBI lagi. Pekerjaan selalu ada. Christine pernah mengatakannya padaku. Pekerjaanmu adalah memburu maniak-maniak sinting yang menyedihkan. Pekerjaanku tampak tidak akan pernah berakhir.
Agen Khusus Penanggung Jawab Cavalierre tiba pada tepat pukul sebelas untuk memberikan penjelasan kepada regu di kantor lapangan Biro di Fourth Street di Northwest. Menurutku sepertinya setengah karyawan Biro ada di sana, dan pemandangan itu mengesankan, entah bagaimana jadi tampak meyakinkan.
Aku diingatkan bahwa kru perampok-bank menuntut ketepatan. Mungkin itu alasan Kyle Craig merasa Agen Cavalierre tepat untuk menangani kasus
109
ini. Ia memberitahuku bahwa Cavalierre adalah orang yang menuntut ketepatan, salah satu agen paling profesional yang pernah ditemuinya selama bertahun-tahun di Biro. Pemikiranku terus kembali ke perampokan bank dan pembunuhan yang disorot media massa itu. Kenapa mereka menginginkan publisitas, penghujatan? Apa para perampok menyiapkan karyawan bank dan perusahaan lain untuk perampokan di masa depan? Menakut-nakuti semua orang agar tidak ada perlawanan sama sekali? Atau pembunuhannya berkaitan dengan dendam? Masuk akal kalau salah satu atau lebih dari antara para pembunuhnya mungkin pernah bekerja di bank. Kami memburu petunjuk tersebut dengan segenap kemampuan kami.
Kupandang sekeliling ruangan krisis yang penuh sesak di dalam kantor lapangan FBI tersebut. Beberapa partisi di satu dinding telah dialokasikan untuk catatan-catatan dan foto-foto tersangka dan saksi. Sialnya, tidak satu pun dari para tersangka yang cukup menjanjikan. Berpotensi pun tidak. Partisi-partisi itu diberi judul "Pria Gendut," "Istri Manajer," "Kekasih Suami," "Kumis."
Kenapa kami tidak-mendapat satu tersangka yang bagus? Apa artinya itu? Apa yang sudah terlewatkan oleh kami semua?
"Hai dan selamat pagi. Terlebih dulu aku ingin berterima kasih kepada semua orang karena sudah membatalkan akhir pekannya," kata Agen Cavalierre dengan ironi dan humor dalam jumlah yang tepat. Ia mengenakan celana khaki dan kaus ungu muda. Ada jepit mungil berwarna ungu di rambutnya. Ia tampak percaya diri dan yang mengejutkan ia juga tampak santai.
"Kalau kau tidak datang di hari Sabtu," kata
110
seorang agen dengan kumis menjuntai, berbicara dari bagian belakang ruangan, "jangan repot-repot datang hari Minggu."
"Kau pernah memerhatikan bahwa para pengacau selalu duduk di belakang?" Cavalierre tersenyum meyakinkan. Sikapnya tenang sekali.
Ia mengacungkan sehelai map biru tebal. "Semuanya sudah mendapatkan arsip besar dan buruk seperti yang satu ini, berisi kasus-kasus di masa lalu yang mungkin berkaitan. Perampokan-perampokan yang dilakukan Joseph Dougherty di Midwest sepanjang tahun delapan puluhan mirip dalam beberapa hal. Juga ada bahan mengenai David Grandstaff, yang menjadi otak satu-satunya perampokan terbesar sepanjang sejarah Amerika. Bagi yang tertarik, Grandstaff ditangkap oleh Biro. Tapi, dalam usaha mati-matian yang kita lakukan untuk menjatuhkannya, kita menggunakan sejumlah cara yang patut dipertanyakan. Sesudah sidang selama enam minggu, juri berdiskusi selama sepuluh menit, lalu membebaskan Grandstaff. Hingga hari ini, uang rampokan dari Tucson First National Bank sebesar tiga juta belum ditemukan."
Ada yang melambai dan mengajukan pertanyaan dari barisan depan. "Di mana Mr. Grandstaff sekarang?"
"Oh, dia bersembunyi," kata Agen Cavalierre. "Sekitar dua meter di bawah tanah. Dia tidak terlibat dalam perampokan-perampokan ini, Agen Doud. Tapi dia mungkin yang mengilhaminya. Begitu pula Joseph Dougherty. Siapa pun yang melakukan perampokan ini mungkin menyadari karya mereka. Sebagaimana yang kudengar dikatakan dalam film-film, 'Dia mempelajari permainan ini dengan baik.'"
Setelah rapat berjalan selama sekitar setengah jam,
111
Agen Cavalierre memperkenalkanku kepada agen-agen yang lain.
"Beberapa di antara kalian sudah mengenal Alex Cross dari kepolisian D.C. Dia dari bagian Pembunuhan, dengan gelar Ph.D. di bidang psikologi. Dr. Cross seorang psikolog forensik. Omong-omong, dia teman akrab Kyle Craig. Mereka berdua sangat erat. Jadi apa pun pendapat kalian tentang kepolisian Metro, atau ADIC Craig, sebaiknya jangan diungkapkan."
Ia memandang ke arahku. "Sebenarnya, Dr. Cross yang menemukan mayat Brianne dan Errol Parker di D.C. Itu terobosan terbaik yang kita dapatkan dalam kasus sejauh ini. Perhatikan bagaimana aku menjilat pantat Dr. Cross dengan hati-hati."
Aku bangkit berdiri dan memandang ke sekeliling ruang rapat saat berbicara kepada agen-agen itu. "Well, aku khawatir pasangan Parker juga sudah bersembunyi di bawah tanah," kataku. Beberapa orang tertawa mendengarnya. "Brianne dan Errol hanyalah penjahat kelas teri, tapi pernah dipenjara karena merampok bank. Kami sedang memeriksa semua orang yang mereka kenal di Penjara Lorton. Sejauh ini belum ada hasilnya. Tidak banyak yang kami dapatkan dari usaha kami, dan hal itu mengganggu.
"Pasangan Parker merupakan pencuri yang kompeten, tapi tidak serapi siapa pun yang melibatkan mereka dalam perampokan ini-lalu memutuskan untuk membunuh mereka. Omong-omong, pasangan Parker diracun. Kupikir pembunuhnya menyaksikan mereka tewas, dan kematian mereka benar-benar mengerikan. Pembunuhnya mungkin berhubungan seks dengan Brianne Parker setelah dia tewas. Ini hanya tebakan untuk sekarang, tapi kurasa kekacauan ini bukan sekadar tentang perampokan bank."
Bab 34
Mastermjnd tidak bisa tidur! Terlalu banyak pemikiran yang ingin dienyahkannya mendengung-dengung seperti segerombolan kumbang marah yang menginvasi otaknya yang sudah kelebihan beban. Ia telah dikorbankan habis-habisan, didorong hingga mencapai kondisi yang tidak tertahankan ini. Ia memerlukan pembalasan. Ia mengabdikan hidupnya untuk itu-setiap saat ia terjaga selama empat tahun terakhir.
Mastermind akhirnya beranjak bangkit dari ranjang. Ia duduk merosot di mejanya, menunggu gelombang rasa mual mereda, menunggu tangannya berhenti gemetar. Ini kehidupanku yang menyedihkan, pikirnya. Aku benci. Aku membenci segala sesuatu tentang kehidupanku, setiap napas yang kuhirup.
Akhirnya, ia mulai menulis surat kebencian yang ada dalam benaknya saat berbaring di ranjang.
Ditujukan pada Pemimpin, Citibank
Ini panggilan untuk membangunk