Cerita Romantis | Seducing Cinderella | by Gina L. Maxwell | Seducing Cinderella | Cersil Sakti | Seducing Cinderella pdf
Siapa Ayahku ? - Azizah Attamimi The Wednesday Letters - Surat Cinta di Hari Rabu - Jason F. Wright The Chamber - Kamar Gas - John Grisham Trio Tifa - Tiga Sandera - Bung Smas Kisah Dua Kamar ~ bukanpujangga
ngan begitu akan memberikannya kesempatan untuk benar-benar mengenal pasiennya. Dan meskipun Lucie adalah salah satu orang yang paling tidak terorganisir yang pernah ditemuinya selama ini, ia tahu wanita itu juga menyukai rutinitas. Lucie senang mengetahui apa yang dilakukan dan kapan harus melakukannya. Mencoba hal baru dan spontanitas dua hal yang Reid luar biasa banggakan namun bagi Lucie sendiri tidaklah mudah.
Membawanya ke Vegas akan menjadi sebuah gegar budaya yang besar baginya. Tentu dia akan bisa kembali melakukan rutinitas yang selama ini ia lakukan di sini, tapi rutinitas Lucie tidak akan mencakup kebersamaan mereka ketika ia sibuk mempersiapkan pertarungan. Reid menghabiskan hampir semua waktunya untuk berlatih, mengidealkan berat badan, dan mempelajari bagaimana untuk mengalahkan lawan yang berikutnya. Hanya akan ada sedikit waktu yang tersisa dalam rutinitas sehari-harinya selain jatuh ke tempat tidur, hanya untuk bangun keesokan harinya, dan melakukan semua itu lagi.
Belum lagi melakukan perjalanan, untuk publisitas. Cerita omong kosong yang dicetak oleh tabloid-tabloid. Semua itu adalah penghalang dalam hubungannya. Ia sudah sering melihat itu terjadi pada beberapa orang. Stres yang muncul akan menyebabkan pertengkaran dan pihak wanita berubah menjadi getir, membenci olah raga yang di lakukan oleh pasangan mereka, dan akhirnya, membenci pasangannya sendiri.
Hal itu akan membunuhnya jika ia melihat sosok manis Lucie akan berubah menjadi sosok lain yang tampak letih dan kesal, semua itu hanya karena ia tidak tahan hidup tanpa Lucie. Hanya karena wanita itu sempurna untuknya, bukan berarti dia harus selalu berada di sampingnya.
Lucie pantas mendapatkan jauh lebih baik dari itu. Ia pantas berada tak hanya di dalam hati seorang pria, tapi juga dalam kehidupannya. Seseorang yang sesekali bisa membolos hanya untuk berbaring di tempat tidur dengannya, yang memiliki karir yang sukses dan tidak melibatkan resiko kemungkinan terkena gegar otak atau tercekik.
Seseorang yang bukan dirinya.
Saat ia mengitari tikungan terakhir menuju ke apartemen, ia memperlambat langkahnya, mengulur waktu sebanyak mungkin. Ia meletakkan tangannya di pinggang dan menarik nafas dalam-dalam, seolah-olah bisa membebaskannya rasa perih yang memilin perutnya. Tapi seiring dengan setiap langkah yang diambilnya, semua itu hanya terasa makin buruk. Ia akan sangat beruntung jika bisa mandi tanpa harus menyentuh toilet.
Untuk pertama kali di dalam hidupnya, Reid merasa takut untuk bertarung.
***
Lucie duduk di meja dapur, kepalanya bertumpu pada satu tangannya, sedangkan tangannya yang lain mengetuk-ngetuk meja, mengikuti irama lagu tema The Lone Ranger sambil menunggu Reid muncul dari kamar tidurnya.
Setelah jogging Reid memberikan lambaian setengah hati sambil berjalan ke kamar mandi, dan saat ini ia sudah berada di kamarnya selama setidaknya dua puluh menit, yang artinya 18 menit lebih lama dari biasanya hanya untuk mengganti sebuah celana pendek dan t-shirt. Dan jadi beginilah Lucie sekarang, merasa ketakutan, tentu saja. Tampaknya jatuh cinta bisa mengubahnya menjadi seorang remaja neurotik. Yippee.
Akhirnya Lucie mendengar pintu di ujung lorong terbuka. Ia meraih pena dan berpura-pura berkonsentrasi pada teka-teki Sudoku di depannya dan menulis nomor secara acak. Syukurlah mereka tidak pernah membicarakan tentang teka-teki matematika, atau pria itu akan tahu jika ia hanya berpura-pura. Lucie tidak bisa mengerjakan satupun dengan benar meskipun seandainya hidupnya bergantung pada hal itu.
Ketika ia berpura-pura tidak menyadari keberadaan Reid di ambang pintu dapur ia lebih baik mati daripada membiarkan pria itu tahu betapa hadirannya membuatnya gila ia berdeham.
Lucie mendongak dari korannya dengan sebuah senyuman &yang langsung menghilang ketika ia melihat tas di tangan Reid, serta raut wajahnya.
"Apa yang terjadi?"
"Aku mendapat telepon dari Butch. Scotty sudah kembali, jadi ia ingin aku kembali ke kamp untuk menyelesaikan pelatihanku sebelum pertarungan melawan Diaz."
"Oh." Lucie mengabaikan sengatan yang sedikit menghancurkan harga dirinya atas sindiran bahwa ia tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan baik seperti orang lain, dan memandang situasi itu secara logis. "Well, itu bagus. Sangat penting bagimu untuk kembali ke rutinitas dan lingkungan normalmu."
"Ini tidak ada hubungannya dengan kemampuanmu, Lu. Kau adalah fisioterapis yang sangat sempurna. Kau sudah menciptakan sebuah keajaiban dengan bahuku. Aku tak mungkin sembuh secepat ini dengan orang lain. Aku sungguh-sungguh."
"Terima kasih." Menenangkan harga dirinya. Lucie tersenyum hangat. "Aku mengerti, sungguh. Dan karena karena aku masih punya waktu liburan, aku akhirnya bisa melihat Vegas!"
"Aku rasa itu bukan ide yang bagus. Aku tak akan punya waktu untuk bersama denganmu seperti di sini. Semuanya akan sangat berbeda di sana. Aku tak akan bisa membawamu bepergian. Kau akan terjebak di tempatku sepanjang hari, setiap hari."
Ada sesuatu yang salah. Apakah Reid benar-benar khawatir bahwa dirinya akan membuat Lucie marah jika ia tidak memiliki waktu untuk menghiburnya? "Tidak apa-apa. Aku bisa pergi berkeliling sendiri di siang hari."
Ia mengusapkan tangannya ke bagian depan rambutnya dan menyeretnya hingga ke wajahnya. "Aku akan menjadi sangat lelah di malam hari untuk bisa menghabiskan waktu bersamamu, Lucie. Ini seakan kau tidak melihatku sama sekali."
No. no, no, no. Ia tidak sedang melakukan apa yang wanita itu pikirkan. Lucie berdiri dan bersidekap, menyipitkan matanya penuh peringatan. "Apa yang sebenarnya terjadi di sini Reid? Kau berusaha sangat keras untuk membuatku tetap berada di rumah. Dengan alasan yang benar-benar konyol, jika boleh kutambahkan."
"Dengar, kumohon jangan membuat ini jadi lebih sulit. Kau tahu aku sangat peduli padamu, tapi ini," ia menunjuk bolak-balik diri mereka berdua beberapa kali "hanya sementara. Ingat?"
"Ingat? Ya Reid, aku ingat. Aku juga masih ingat ketika tadi malam semuanya berubah. Kau tidak akan berdiri di sana dan menyangkal semua itu, kan?"
Reid tidak mengatakan apapun untuk beberapa menit atau detik? Sial, mungkin sudah satu jam, Lucie tak tahu dengan tidak ada gerakan apapun darinya selain gerakan otot-otot di rahangnya. Dan itu hanya memperburuk keadaan. Urusan yang sangat besar. Dan Lucie akan segera meledak.
Akhirnya Reid memecah keheningan dengan kata-kata setajam samurai. "Semalam sangatlah menyenangkan. Sama seperti semua malam-malam lainnya. Tapi kesepakatan itu berakhir sekarang. Kau menginginkan perhatian dari Mann dan membuatnya tertarik padamu yang mana semua berhasil aku sudah memenuhi bagian kesepakatan itu. Bagianmu adalah membantuku sembuh pada waktunya untuk kembali bertarung memperebutkan sabuk juara, dan itu juga sudah terpenuhi. Jadi sudah selesai."
"Tidak, ini belum selesai! Kau kabur seperti pengecut terkutuk, itulah yang terjadi. Jangan ada alasan omong kosong bahwa kau mengikuti aturan pada apa yang kau sebut sebagai kesepakatan kita." Adrenalin berdengung melalui pembuluh darahnya, membuatnya sedikit pusing, tapi ia hanya sedikit bersandar ke kursi kayu untuk mempertahankan keseimbangannya dan menekankan kata-katanya. "Ada banyak hal yang berubah di antara kita, Reid. Kau tahu itu, dan aku juga tahu."
"Kuakui semuanya berubah dari urusan klinis menjadi urusan personal, tapi memang akan sangat sulit untuk menghindarinya. Bercinta dengan seseorang yang kau pedulikan adalah hal yang personal. Tapi itu tidak cukup untuk mendasari sebuah hubungan jangka panjang, kau tahu itu."
Suara mereka meninggi, dan di suatu sudut di pikirannya, ada sebuah peringatan yang cukup keras seandainya Mrs. Egan akan mengetuk pintunya. Atau lebih buruk lagi, memanggil kakaknya. Tapi ia tak peduli.
"Bagaimana dengan cinta, Brengsek? Bukankah itu cukup? karena aku benar-benar jatuh cinta padamu!"
Dunia terdiam. Bahkan detak jam di dinding pun tidak berani membuat suara ketika mereka berdua saling bersitatap. Mungkin waktu sudah berhenti. Mungkin inilah saatnya di mana malaikat akan muncul tiba-tiba untuk memberikannya nasihat bijak atau memberinya kesempatan untuk memutar balikan waktu ke beberapa menit yang lalu hingga ia bisa menarik semua kata-kata yang membuatnya merasa begitu rapuh di sepanjang hidupnya.
Mata Reid tampak membeku, mirip seperti apa yang Lucie bayangkan selama ini ketika Reid menatap lawannya sebelum wasit menyerukan tanda pertarungan dimulai. Ia tak pernah melihat matanya seperti itu sebelumnya, dan itu membunuhnya. Kemudian Reid bicara, dan Lucie sadar bahwa ia salah &
"Kau mencintai mantan suamimu juga, Luce. Lihatlah apa yang kau dapatkan."
Bukan hanya matanya yang membunuhnya, tapi kata-kata pria itu juga.
"Keluar," ia berhasil menyingkirkan gumpalan di tenggorokannya dan berkedip, berusaha menahan air matanya. "Aku tak ingin melihatmu lagi."
Tanpa permintaan maaf. Tanpa keraguan. Reid berbalik dan enam langkah selanjutnya, ia sudah keluar dari hidup wanita itu. Selamanya.
***
Seducing Cinderella Bab 18
Berminggu-minggu, bukan bertahun-tahun. Reid harus mengingatkan dirinya sendiri hanya beberapa minggu ia keluar dari apartemen Lucie. Terasa sangat lama. Kadang, saat ia sendirian di malam hari, berbaring di ranjang ukuran king California-nya yang sekarang anehnya terasa kosong setelah ia senang dengan cara Lucie memeluknya di ranjang queen milik Lucie ia curiga mungkin semua itu hanya khayalannya.
Tapi ia teringat akan malam terakhir mereka bersama. Bagaimana Lucie meresponnya saat ia bercinta dengan pelan dan lembut yang belum pernah ia lakukan denga n wanita lain. Sepertinya tak akan pernah ia lakukan la gi pada wanita manapun.
Bulan-bulan mereka bersama terasa sangat nyata...dan sekarang kehidupannya tanpa Lucie terasa sangat hampa.
Segera setelah ia pulang ke Vegas, ia langsung tenggelam dalam rutinitas sesi latihannya dan juga beberapa sesi dengan spesialis fisioterapis bersama Scotty. Meskipun pria itu adalah dokter yang handal dan bahu Reid sudah mendekati sempurna sebelumnya di pertarungan besarnya, ia harus mengekang dirinya sendiri supaya ia tidak membandingkan yang Scotty sudah lakukan dengan teknik milik Lucie.
Ia terus-menerus memikirkan Lucie dan ia mendapati dirinya sendiri menyebut nama Lucie setiap kali ia membuka mulut besarnya. Hingga pada suatu ketika ia memutuskan lebih aman untuk berkomunikasi secara tidak langsung seperti mendengus. Sial, itu berguna untuk orang purba, kenapa ia tidak?
Ini adalah hari sebelum pertarungan. Secara fisik, ia dalam kondisi sangat baik. Ia dalam kondisi fisik yang bagus, bahunya cukup membaik, dan berat badannya saat penimbangan hari ini tercatat 202 pound.
Namun secara mental, ia tak pernah merasa lebih kacau lagi dari sekarang. Normalnya saat mendekati pertarungan yang terlintas dipikirannya adalah bayangan dirinya menyerang lawannya. Tapi yang melintas dipikirannya sekarang adalah bayangan ekspresi terluka milik Lucie saat ia dengan sengaja merenggut jantung Lucie dari dadanya.
Reid menggeram, rasa frustasinya dengan cepat berubah menjadi kemarahan murni, sampai ia berteriak seperti seorang Sparta yang siap berperang. Ia mengambil medicine ball (bola untuk berlatih) yang ada di kakinya dan melemparnya ke tembok gym dimana ada beberapa teman timnya yang berdiri di samping target imajinernya.
"Woa!" teriak Brian saat ia terlonjak dari tembok. "Apa masalahmu, Andrews?"
Yang seharusnya ia lakukan adalah meminta maaf dan membiarkannya saja. Sayangnya pengukur hal baik sedang rusak tak bisa diperbaiki. "Mungkin kau, Harty," katanya saat ia bertatap muka dengan pria itu.
"Atau mungkin juga kau yang marah karena kau terlalu pengecut untuk mengejar gadis yang selalu kau bicarakan sampai bolamu menjadi nyeri."
Otak Reid langsung beralih ke mode standby saat tubuhnya yang mengambil alih. Hal terakhir yang diingatnya ia luar biasa murka dan memukul pinggul temannya, menjatuhkannya ke karpet dengan raungan keras mengimbangi suara darah yang terpompa di telinganya. Hal selanjutnya yang ia tahu disana banyak tangan-tangan yang menjauhkannya dari Brian dan pria-pria yang meneriakkan hal berbeda secara bersamaan jadi ia tak tahu dengan jelas.
"Cukup! Hentikan dan mandilah sebelum aku memberi beberapa jam kardio untuk menguras energi kalian."
Siapa Ayahku ? - Azizah Attamimi The Wednesday Letters - Surat Cinta di Hari Rabu - Jason F. Wright The Chamber - Kamar Gas - John Grisham Trio Tifa - Tiga Sandera - Bung Smas Kisah Dua Kamar ~ bukanpujangga
ngan begitu akan memberikannya kesempatan untuk benar-benar mengenal pasiennya. Dan meskipun Lucie adalah salah satu orang yang paling tidak terorganisir yang pernah ditemuinya selama ini, ia tahu wanita itu juga menyukai rutinitas. Lucie senang mengetahui apa yang dilakukan dan kapan harus melakukannya. Mencoba hal baru dan spontanitas dua hal yang Reid luar biasa banggakan namun bagi Lucie sendiri tidaklah mudah.
Membawanya ke Vegas akan menjadi sebuah gegar budaya yang besar baginya. Tentu dia akan bisa kembali melakukan rutinitas yang selama ini ia lakukan di sini, tapi rutinitas Lucie tidak akan mencakup kebersamaan mereka ketika ia sibuk mempersiapkan pertarungan. Reid menghabiskan hampir semua waktunya untuk berlatih, mengidealkan berat badan, dan mempelajari bagaimana untuk mengalahkan lawan yang berikutnya. Hanya akan ada sedikit waktu yang tersisa dalam rutinitas sehari-harinya selain jatuh ke tempat tidur, hanya untuk bangun keesokan harinya, dan melakukan semua itu lagi.
Belum lagi melakukan perjalanan, untuk publisitas. Cerita omong kosong yang dicetak oleh tabloid-tabloid. Semua itu adalah penghalang dalam hubungannya. Ia sudah sering melihat itu terjadi pada beberapa orang. Stres yang muncul akan menyebabkan pertengkaran dan pihak wanita berubah menjadi getir, membenci olah raga yang di lakukan oleh pasangan mereka, dan akhirnya, membenci pasangannya sendiri.
Hal itu akan membunuhnya jika ia melihat sosok manis Lucie akan berubah menjadi sosok lain yang tampak letih dan kesal, semua itu hanya karena ia tidak tahan hidup tanpa Lucie. Hanya karena wanita itu sempurna untuknya, bukan berarti dia harus selalu berada di sampingnya.
Lucie pantas mendapatkan jauh lebih baik dari itu. Ia pantas berada tak hanya di dalam hati seorang pria, tapi juga dalam kehidupannya. Seseorang yang sesekali bisa membolos hanya untuk berbaring di tempat tidur dengannya, yang memiliki karir yang sukses dan tidak melibatkan resiko kemungkinan terkena gegar otak atau tercekik.
Seseorang yang bukan dirinya.
Saat ia mengitari tikungan terakhir menuju ke apartemen, ia memperlambat langkahnya, mengulur waktu sebanyak mungkin. Ia meletakkan tangannya di pinggang dan menarik nafas dalam-dalam, seolah-olah bisa membebaskannya rasa perih yang memilin perutnya. Tapi seiring dengan setiap langkah yang diambilnya, semua itu hanya terasa makin buruk. Ia akan sangat beruntung jika bisa mandi tanpa harus menyentuh toilet.
Untuk pertama kali di dalam hidupnya, Reid merasa takut untuk bertarung.
***
Lucie duduk di meja dapur, kepalanya bertumpu pada satu tangannya, sedangkan tangannya yang lain mengetuk-ngetuk meja, mengikuti irama lagu tema The Lone Ranger sambil menunggu Reid muncul dari kamar tidurnya.
Setelah jogging Reid memberikan lambaian setengah hati sambil berjalan ke kamar mandi, dan saat ini ia sudah berada di kamarnya selama setidaknya dua puluh menit, yang artinya 18 menit lebih lama dari biasanya hanya untuk mengganti sebuah celana pendek dan t-shirt. Dan jadi beginilah Lucie sekarang, merasa ketakutan, tentu saja. Tampaknya jatuh cinta bisa mengubahnya menjadi seorang remaja neurotik. Yippee.
Akhirnya Lucie mendengar pintu di ujung lorong terbuka. Ia meraih pena dan berpura-pura berkonsentrasi pada teka-teki Sudoku di depannya dan menulis nomor secara acak. Syukurlah mereka tidak pernah membicarakan tentang teka-teki matematika, atau pria itu akan tahu jika ia hanya berpura-pura. Lucie tidak bisa mengerjakan satupun dengan benar meskipun seandainya hidupnya bergantung pada hal itu.
Ketika ia berpura-pura tidak menyadari keberadaan Reid di ambang pintu dapur ia lebih baik mati daripada membiarkan pria itu tahu betapa hadirannya membuatnya gila ia berdeham.
Lucie mendongak dari korannya dengan sebuah senyuman &yang langsung menghilang ketika ia melihat tas di tangan Reid, serta raut wajahnya.
"Apa yang terjadi?"
"Aku mendapat telepon dari Butch. Scotty sudah kembali, jadi ia ingin aku kembali ke kamp untuk menyelesaikan pelatihanku sebelum pertarungan melawan Diaz."
"Oh." Lucie mengabaikan sengatan yang sedikit menghancurkan harga dirinya atas sindiran bahwa ia tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan baik seperti orang lain, dan memandang situasi itu secara logis. "Well, itu bagus. Sangat penting bagimu untuk kembali ke rutinitas dan lingkungan normalmu."
"Ini tidak ada hubungannya dengan kemampuanmu, Lu. Kau adalah fisioterapis yang sangat sempurna. Kau sudah menciptakan sebuah keajaiban dengan bahuku. Aku tak mungkin sembuh secepat ini dengan orang lain. Aku sungguh-sungguh."
"Terima kasih." Menenangkan harga dirinya. Lucie tersenyum hangat. "Aku mengerti, sungguh. Dan karena karena aku masih punya waktu liburan, aku akhirnya bisa melihat Vegas!"
"Aku rasa itu bukan ide yang bagus. Aku tak akan punya waktu untuk bersama denganmu seperti di sini. Semuanya akan sangat berbeda di sana. Aku tak akan bisa membawamu bepergian. Kau akan terjebak di tempatku sepanjang hari, setiap hari."
Ada sesuatu yang salah. Apakah Reid benar-benar khawatir bahwa dirinya akan membuat Lucie marah jika ia tidak memiliki waktu untuk menghiburnya? "Tidak apa-apa. Aku bisa pergi berkeliling sendiri di siang hari."
Ia mengusapkan tangannya ke bagian depan rambutnya dan menyeretnya hingga ke wajahnya. "Aku akan menjadi sangat lelah di malam hari untuk bisa menghabiskan waktu bersamamu, Lucie. Ini seakan kau tidak melihatku sama sekali."
No. no, no, no. Ia tidak sedang melakukan apa yang wanita itu pikirkan. Lucie berdiri dan bersidekap, menyipitkan matanya penuh peringatan. "Apa yang sebenarnya terjadi di sini Reid? Kau berusaha sangat keras untuk membuatku tetap berada di rumah. Dengan alasan yang benar-benar konyol, jika boleh kutambahkan."
"Dengar, kumohon jangan membuat ini jadi lebih sulit. Kau tahu aku sangat peduli padamu, tapi ini," ia menunjuk bolak-balik diri mereka berdua beberapa kali "hanya sementara. Ingat?"
"Ingat? Ya Reid, aku ingat. Aku juga masih ingat ketika tadi malam semuanya berubah. Kau tidak akan berdiri di sana dan menyangkal semua itu, kan?"
Reid tidak mengatakan apapun untuk beberapa menit atau detik? Sial, mungkin sudah satu jam, Lucie tak tahu dengan tidak ada gerakan apapun darinya selain gerakan otot-otot di rahangnya. Dan itu hanya memperburuk keadaan. Urusan yang sangat besar. Dan Lucie akan segera meledak.
Akhirnya Reid memecah keheningan dengan kata-kata setajam samurai. "Semalam sangatlah menyenangkan. Sama seperti semua malam-malam lainnya. Tapi kesepakatan itu berakhir sekarang. Kau menginginkan perhatian dari Mann dan membuatnya tertarik padamu yang mana semua berhasil aku sudah memenuhi bagian kesepakatan itu. Bagianmu adalah membantuku sembuh pada waktunya untuk kembali bertarung memperebutkan sabuk juara, dan itu juga sudah terpenuhi. Jadi sudah selesai."
"Tidak, ini belum selesai! Kau kabur seperti pengecut terkutuk, itulah yang terjadi. Jangan ada alasan omong kosong bahwa kau mengikuti aturan pada apa yang kau sebut sebagai kesepakatan kita." Adrenalin berdengung melalui pembuluh darahnya, membuatnya sedikit pusing, tapi ia hanya sedikit bersandar ke kursi kayu untuk mempertahankan keseimbangannya dan menekankan kata-katanya. "Ada banyak hal yang berubah di antara kita, Reid. Kau tahu itu, dan aku juga tahu."
"Kuakui semuanya berubah dari urusan klinis menjadi urusan personal, tapi memang akan sangat sulit untuk menghindarinya. Bercinta dengan seseorang yang kau pedulikan adalah hal yang personal. Tapi itu tidak cukup untuk mendasari sebuah hubungan jangka panjang, kau tahu itu."
Suara mereka meninggi, dan di suatu sudut di pikirannya, ada sebuah peringatan yang cukup keras seandainya Mrs. Egan akan mengetuk pintunya. Atau lebih buruk lagi, memanggil kakaknya. Tapi ia tak peduli.
"Bagaimana dengan cinta, Brengsek? Bukankah itu cukup? karena aku benar-benar jatuh cinta padamu!"
Dunia terdiam. Bahkan detak jam di dinding pun tidak berani membuat suara ketika mereka berdua saling bersitatap. Mungkin waktu sudah berhenti. Mungkin inilah saatnya di mana malaikat akan muncul tiba-tiba untuk memberikannya nasihat bijak atau memberinya kesempatan untuk memutar balikan waktu ke beberapa menit yang lalu hingga ia bisa menarik semua kata-kata yang membuatnya merasa begitu rapuh di sepanjang hidupnya.
Mata Reid tampak membeku, mirip seperti apa yang Lucie bayangkan selama ini ketika Reid menatap lawannya sebelum wasit menyerukan tanda pertarungan dimulai. Ia tak pernah melihat matanya seperti itu sebelumnya, dan itu membunuhnya. Kemudian Reid bicara, dan Lucie sadar bahwa ia salah &
"Kau mencintai mantan suamimu juga, Luce. Lihatlah apa yang kau dapatkan."
Bukan hanya matanya yang membunuhnya, tapi kata-kata pria itu juga.
"Keluar," ia berhasil menyingkirkan gumpalan di tenggorokannya dan berkedip, berusaha menahan air matanya. "Aku tak ingin melihatmu lagi."
Tanpa permintaan maaf. Tanpa keraguan. Reid berbalik dan enam langkah selanjutnya, ia sudah keluar dari hidup wanita itu. Selamanya.
***
Seducing Cinderella Bab 18
Berminggu-minggu, bukan bertahun-tahun. Reid harus mengingatkan dirinya sendiri hanya beberapa minggu ia keluar dari apartemen Lucie. Terasa sangat lama. Kadang, saat ia sendirian di malam hari, berbaring di ranjang ukuran king California-nya yang sekarang anehnya terasa kosong setelah ia senang dengan cara Lucie memeluknya di ranjang queen milik Lucie ia curiga mungkin semua itu hanya khayalannya.
Tapi ia teringat akan malam terakhir mereka bersama. Bagaimana Lucie meresponnya saat ia bercinta dengan pelan dan lembut yang belum pernah ia lakukan denga n wanita lain. Sepertinya tak akan pernah ia lakukan la gi pada wanita manapun.
Bulan-bulan mereka bersama terasa sangat nyata...dan sekarang kehidupannya tanpa Lucie terasa sangat hampa.
Segera setelah ia pulang ke Vegas, ia langsung tenggelam dalam rutinitas sesi latihannya dan juga beberapa sesi dengan spesialis fisioterapis bersama Scotty. Meskipun pria itu adalah dokter yang handal dan bahu Reid sudah mendekati sempurna sebelumnya di pertarungan besarnya, ia harus mengekang dirinya sendiri supaya ia tidak membandingkan yang Scotty sudah lakukan dengan teknik milik Lucie.
Ia terus-menerus memikirkan Lucie dan ia mendapati dirinya sendiri menyebut nama Lucie setiap kali ia membuka mulut besarnya. Hingga pada suatu ketika ia memutuskan lebih aman untuk berkomunikasi secara tidak langsung seperti mendengus. Sial, itu berguna untuk orang purba, kenapa ia tidak?
Ini adalah hari sebelum pertarungan. Secara fisik, ia dalam kondisi sangat baik. Ia dalam kondisi fisik yang bagus, bahunya cukup membaik, dan berat badannya saat penimbangan hari ini tercatat 202 pound.
Namun secara mental, ia tak pernah merasa lebih kacau lagi dari sekarang. Normalnya saat mendekati pertarungan yang terlintas dipikirannya adalah bayangan dirinya menyerang lawannya. Tapi yang melintas dipikirannya sekarang adalah bayangan ekspresi terluka milik Lucie saat ia dengan sengaja merenggut jantung Lucie dari dadanya.
Reid menggeram, rasa frustasinya dengan cepat berubah menjadi kemarahan murni, sampai ia berteriak seperti seorang Sparta yang siap berperang. Ia mengambil medicine ball (bola untuk berlatih) yang ada di kakinya dan melemparnya ke tembok gym dimana ada beberapa teman timnya yang berdiri di samping target imajinernya.
"Woa!" teriak Brian saat ia terlonjak dari tembok. "Apa masalahmu, Andrews?"
Yang seharusnya ia lakukan adalah meminta maaf dan membiarkannya saja. Sayangnya pengukur hal baik sedang rusak tak bisa diperbaiki. "Mungkin kau, Harty," katanya saat ia bertatap muka dengan pria itu.
"Atau mungkin juga kau yang marah karena kau terlalu pengecut untuk mengejar gadis yang selalu kau bicarakan sampai bolamu menjadi nyeri."
Otak Reid langsung beralih ke mode standby saat tubuhnya yang mengambil alih. Hal terakhir yang diingatnya ia luar biasa murka dan memukul pinggul temannya, menjatuhkannya ke karpet dengan raungan keras mengimbangi suara darah yang terpompa di telinganya. Hal selanjutnya yang ia tahu disana banyak tangan-tangan yang menjauhkannya dari Brian dan pria-pria yang meneriakkan hal berbeda secara bersamaan jadi ia tak tahu dengan jelas.
"Cukup! Hentikan dan mandilah sebelum aku memberi beberapa jam kardio untuk menguras energi kalian."