Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Tangan Tangan Setan - 12

$
0
0
Cerita Misteri | Tangan Tangan Setan | by Abdullah Harahap | Tangan Tangan Setan | Cersil Sakti | Tangan Tangan Setan pdf

Siapa Ayahku ? - Azizah Attamimi The Wednesday Letters - Surat Cinta di Hari Rabu - Jason F. Wright The Chamber - Kamar Gas - John Grisham Trio Tifa - Tiga Sandera - Bung Smas Kisah Dua Kamar ~ bukanpujangga

ambruk seketika. Tak sadarkan diri.
  Bahkan dalam pingsannya, sudut-sudut mata
  Ismiaty dilelehi butir-butir air bening,...
  Januar melihat pintu tertutup. Januar mendengar keluhan Iirih Ismiaty. Ia pun menangkap
  suara ambruknya tubuh ke lantai. Kesimanya oleh
  sikap dan sambutan lsmiaty tadi, seketika lenyap.
  la bangkit dari duduknya, bermaksud menghambur ke kamar tertutup itu. Tetapi niatnya dicegah
  oleh sebuah suara tajam. Suara Saniah. yang baru
  muncul dari dapur untuk menghidangkan minuman dan sempat menangkap situasi terakhir:
  'Sudahlah, Nak. Biarkan dia!”
  Dan sebelum Januar sempat mengeluarkan
  protes. perempuan bertubuh kurus dan berwajah
  penuh guratan penderitaan itu. sudah keburu
  menambahkan: "Kau dengar apa yang dikatakannya, bukan? Ismiaty bukanlah seorang calon
  isteri yang patut didambakan. Kau. pulanglah.
  Dan... jangan melibatkan diri!"
  "tetapi..
  'Maafkan. anak muda. Kami terpaksa mengecewakanmu: potong Saniah. Tegas. sambil berjalan ke pintu, membukanya lebar-lebar. Maksudnya jelas: enyahlah, haram jadah!
  Sakit dan terhina, Januar melangkah ke luar.
  ta tak tahu sejak kapan kakek Amsar telah
  berada di sampingnya. Dan ia antara mendengar
  dan tidak, ketika orangtua itu bergumam penuh
  tanda tanya: 'Mengapa tangan si iyah semutan?
  Apakah karena keris yang tersimpan di balik
  kemejamu, Cucu? Tetapi... mengapa justru dia?
  Bukankah..." serta serentetan pertanyaan lainnya.
  yang tidak satu pun dijawab Januar. Karena Januar hampir-hmpir tak mendengarnya sama sekali!
 
  http://cerita-silat.mywapblog.com
  SEMBILAN
  "TIDAK! Aku tidak terima !'
  Penolakan bernada marah itu terlontar tanpa
  sadar dari mulut Januar yang mengeras, membuat
  terkejut kakek Amsar yang berjalan di sampingnya. Heran karena jawaban lain yang diperoleh
  dari serentetan pertanyaannya, orangtua itu mendengus bingung:
  'Tidak terima apanya. Cucu!"
  Januar menghela nalas panjang. "Ah, maaf.
  Kakek. Bukan apa-apa," bisiknya. Resah.
  "Perlakuan lsmlaty padamu, ya?”
  'Sudah tahu, kok masih tanya-tanya!” rungut
  Januar
  "Eh Kok sewot!” kakek Amsar tersenyum.
  "Kakek cuma menduga-duga. Soalnya. selagi Kakek ngobrol dengan Saniah di dapur, ada juga
  sedikit-sedikit Kakek nguping pertengkaranmu dengan lsmiaty. Tak sengaja, sungguh!”
  Agak dongkol selain malu, Januar nyeletuk:
  "Sengaja atau tak sengaja, ya... tetap saja nguping
  namanya."
  'Nggak senang, Cucu?” ~.
  "Habis....'
  "belum. Cucu. Belum habis!”
  "Apanya yang belum habis?” Januar makin
  keki. dipermainkan sedemikian rupa.
  'Ya, itu. hubunganmu dengan lsmiaty. Bakal
  memanjang. Kakek yakin. Juga mengandung bahaya!”
  "Bahaya itu telah tercium sejak aku belum kesini, Kakek. Ditambah yang tadi malam. Lalu.
  bahaya apalagi yang Kakek perkirakan bakal
  mengancam diriku? Apa wujudnya, lain kali? Siapa
  pula sumbernya?”
  "Entahlah, Mungkin...” kakek Amsar menahan
  tuduhan yang terpikirkan olehnya. Lalu bertanya'
  'Tahu mengapa Kakek suruh kau membekali diri
  dengan keris itu selama kau dl desa ini?"
  "Untuk melawan roh jahat, Kakek...."
  'Uh. uh .Jangan syirik, Cucu. Nanti kualat.
  Lebih pas kalau kau bilang. untuk menghadapi
  penyerangan jahat. Apa pun wujudnya. Atau, siapapun orangnya. Keris itu pun baru boleh kau
  pergunakan, kalau kau sudah tidak mampu membela diri secara pisik, dengan tangan kosong.
  Karena salah-salah mempergunakan. keris itu dapat berbalik membahayakan dirimu sendiri. ltulah
  keistimewaannya. Dan...” kakek Amsar berpaling
  karena disapa seseorang yang berpapasan dengan mereka. Setelah membalas sapaan itu dengan ramah. kakek Amsar meneruskan, serius:
  “Ada lagi keistimewaan lainnya!
  "Apakah itu, Kakek?"
  'Keris itu mengandung hawa panas. Hawa
  panas itu mengalir pada tubuh orang yang memegangnya, atau menyimpannya di salah satu
  bagian tubuhnya. Tanpa merasakannya Kau tidak
  merasakan hawa panas mengaliri tubuhmu sejak
 
  http://cerita-silat.mywapblog.com
  keris itu bersamamu, bukan?”
  'Tidak'
  "Nah Tubuhmu mengandung hawa panas
  yang misterius. Seandainya engkau memegang
  atau bersentuhan dengan seseorang, maka orang
  itu pun akan menerima saluran hawa panas yang
  sama. Juga tanpa merasakannya. Kecuali, kalau
  dalam diri orang lain itu tersembunyi satu dari dua
  hal... atau, dua~duanya sekaligus. Yaitu, niat jahat
  atas dirimu. Atau. ia bersekutu dengan roh jahat."
  'Hampir tak masuk di akal." gumam Januar.
  lugu. "Lalu bagimana kita tahu kalau orang itu....'
  Januar terdiam tiba-tiba Langkahnya pun terhenti.
  Suaranya bagai tersedak ketika berujar: 'Mustahil
  dia...."
  “Teruskan, Cucu," desak kakek Amsar, kalem.
  "Ucapkan terus apa yang terpikirkan olehmu.
  Barangkali saja, kita berdua punya pemikiran yang
  sama."
  Januar memandangi telapak tangan kanannya, sementara tangan kiri secara naluriah menyentuh keris yang tersembunyi di balik pinggang
  celananya Kemudian, pandangannya beralih kemata kakek Amsar yang membalas tatapannya
  dengan tenang. 'Katakanlah. Kakek. Apa yang
  akan terjadi pada orang yang kusentuh itu?"
  “la kesakitan. Karena hawa panas itu seakan
  membakar hangus bagian tubuhnya yang tersentuh," jawab sl orangtua.
  "Tetapi... ibunya lsmlaty...." Januar kebingungan. la meneruskan langkah, diikuti kakek Amsar
  yang menunggu sabar lanjutan kata-kata Januar.
 
  http://cerita-silat.mywapblog.com
 
  Pemuda itu berdiam diri saja selama beberapa
  langkah, sampai akhirnya ia utarakan juga isi
  hatinya: “Aku baru hari ini berkenalan dengan
  ibunya lsmiaty. Tadi aku telah bersikap sesopan
  mungkin ketika kita bertamu ke rumah mereka.
  Telah pula kupenuhi tata tertib untuk tidak berkunjung seorang dari, tanpa didampingi seorang
  kerabat mereka. Selama bergaul dengan lsmiaty,
  aku pun berusaha menjaga diri sebaik aku bisa.
  Benar, sekali dua aku teledor. Begitu pula sebaliknya. Bila itu terjadi, pada akhirnya kami selalu
  saling memaafkan. Lantas... apa yang telah kuperbuat, sehingga ibu gadis itu sampai terluka
  hatinya, marah mendendam diamdiam, lalu berniat melakukan sesuatu yang jahat atas diriku?
  Bahkan penampilannya tadi ketika kami berkenalan, begitu lembut dan penuh sopan santun.
  'tidak. Kakek. Aku tidak percaya...."
  'Namun, Cucu," desah kakek Amsar, sabar.
  “Sewaktu kau jabat tangannya. ia buru-buru menarik diri. bukan? Dengan wajah memperlihatkan
  kesakitan!"
  “Lantas? Mengapa la berniat jahat terhadap
  diriku?"
  “Mana aku tahu, Cucu. Barangkali saja. ia tidak
  menyetujui hubunganmu dengan puterinya. Dan
  bermaksud memutuskamya....'
  "Jangan menambah susah diriku yang malang
  ini, Kakek," dengus Januar. Gelisah. "Sekali dua,
  lsmiaty pernah bilang bahwa orangtuanya sudah
  mengetahui hubungan kami. Dan sambutan
  orangtuanya, menurut lsmiaty adalah baik. Me
 
  http://cerita-silat.mywapblog.com
  restui. Maka...”
  'Maka, Cucu...” kakek Amsar berkata hati-hati.
  'Kemungkinannya, adalah yang ke dual'
  'Maksud Kakek?"
  "Kakek sendiri masih bingung. Tak sedikit pun
  Kakek menduga, bahwa Saniah akan berbuat
  senekad itu. Yakni... bersekutu dengan roh jahat.
  Sayangnya. Kakek tidak begitu akrab dengan
  mereka.”
  "Mengapa"
  “Pertama-tama, karena mereka sudah lama
  menutup diri. Jarang bergaul. Apakah itu dengan
  keluarga dekat. Apalagi dengan orang lain. Hubungan keluarga antara kakek dan Sanlah pun,
  bukan hubungan langsung. Begini. Cucu. isteri
  dari' ayah Kakek, punya seorang saudara laki-laki.
  Si lelaki ini, mempunyai tujuh orang anak. Tapi
  hanya satu anak perempuan. Yang dengan sendirinya, sangat dimanja dan disayang orangtua
  maupun saudara-saudaranya. Setelah anak perempuan satu-satunya itu menikah. ia cuma beruntung memperoleh seorang keturunan. Perempuan pula, yang segera menjadi tumpuan kasih
  sayang semua keluarga. Nah, perempuan yang
  kusebut terakhir, Saniahlah orangnya..."
  "Hem..-.' Januar mereka reka dalam otaknya.
  Lanjutnya: "Dan, lagi-lagi cuma punya satu keturunan. lsmiaty!”
  'Keliru. Cucu. lsmiaty punya empat orang
  saudara-saudaranya. Satu perempuan. tiga laki-|aki....'
  'Aku juga ada mendengar itu, Kakek. Dari
  Dia 'sendiri. Tetapi
  keempatnya sudah meninggal. Jadi. boleh dibilang
  lsmiaty seorang anak tunggal....'
  'Bukan tunggal, Cucu. Melainkan, yang tersisa."
  "Tak ada bedanya ”
  "Ada, Cucu. Yang disebut tunggal, ya tunggal.
  Tetapi yang disebut sisa, lain halnya. Umpamakan
  saja gulai atau nasi yang tersisa di meja makan.
  Sisa itu akan habis dibuang, atau habis dimakan..."
  "Dibuang?°' Januar hampir tertawa. 'Siapa pula
  yang akan membuang lsmiaty?”
  "Aku sependapat, Cucu. Siapa pula yang akan
  membuang satu-satunya keturunan yang masih
  tersisa itu. Masalahnya sekarang. adalah: bagaimana kalau ada yang bakal memakannya?”
  Untuk kedua kalinya, Januar tertegun. Berhenti melangkah. Menatap tercengang pada
  orangtua yang menemaninya, sambil menggerimit: "Memakannya...?"
  'Benar. Cucu. Memakan lsmiaty. Kita beri
  istilah atau umpama. lsmiaty adalah tumbal. Seperti juga empat orang saudara-saudaranya. Semuanya mati sebagai tumbal. Mati secara kejam
  dan mengenaskan.:
  "Kejam? Mengenaskan? Bagaimana maksud
  Kakek?”
  'Ah. Tak sampai hati Kakek menceritakannya
  sekarang. Kapan-kapan sajalah. Dan kalau waktu
  itu tiba. semoga yang menceritakannya padamu
  adalah orang lain. Bukan Kakek!” jawab kakek
  Amsar dengan suara tergetar dan wajah berubah
 
  http://cerita-silat.mywapblog.com
 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>