Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Tangan Tangan Setan - 20

$
0
0
Cerita Misteri | Tangan Tangan Setan | by Abdullah Harahap | Tangan Tangan Setan | Cersil Sakti | Tangan Tangan Setan pdf

Siapa Ayahku ? - Azizah Attamimi The Wednesday Letters - Surat Cinta di Hari Rabu - Jason F. Wright The Chamber - Kamar Gas - John Grisham Trio Tifa - Tiga Sandera - Bung Smas Kisah Dua Kamar ~ bukanpujangga

Nuar...!"
  Tanpa berpikir panjang lagi, Januar terjun ke
  tengah telaga.
  la berenang. Berenang dengan sia-sia. karena
  tubuhnya mendadak terasa sangat berat, berat
  luar biasa. Perlahan-lahan tubuhnya terseret kedasar telaga. Januar megap-megap kehabisan
  tenaga. Natasnya tinggal satu-satu. dan,...
  'Heeel, bangun! Bangun!” seru seseorang
  seraya mengguncang-guncang tubuh Januar
  yang seketika terlonjak bangun. Pemuda itu duduk
  di tempat tidur dengan nafas tersengal-sengal,
  serta wajah bersimbah peluh dingin.
  "Mimpi apa kau, Cucu?" tanya orang itu ingin
  tahu.
  'Mimpi !' Januar menghela nafas panjang. Berulang-ulang, sampai pernafasannya perlahan-lahan normal kembali. 'Syukur Alhamdulillah. aku
  cuma bermimpi kiranya...?
  Kakek Amsar. yang malam ini bersikeras tidur
  satu kamar dengan Januar, tertawa kecil. 'Kau
  megap-megap barusan. Habis berenang. ya?”
  "Aku melihat dia, Kakek!"
  "Dia siapa?"
  'Mia....'
  'Oh. Lantas?" __
  'Dia dikeroyok dua pasang lengan. Lengan
  lengan aneh dan mengerikan. Yang sepasang.
  lengan perempuan. Sepasang lagi, lengan laki
  laki. Tetapi... kalau melihat wujudnya, kukira dua
  pasang lengan itu pastilah jelmaan tangan-tangan
  setan..."
  “Lupakanlah, Cucu. Kau cuma..."
  "ndak, Kakek. Aku tak bisa. Begitu jelas tergambar semuanya. Begitu nyata kudengar teriakan Mia minta tolong. la menyebut namaku. Memanggil-manggil aku. Memohon agar aku tidak
  membiarkan ia dibunuh mereka..."
  "Mereka siapa. Cucu?”
  "Tangan-tangan setan itu?”
  "Tangan lelaki. Tangan perempuan...” kakek
  Amsar tercenung. 'Bagaimana kejadiannya,
  Cucu? Coba kita simak. Siapa tahu. punya makna.
  Bukan sekedar bunga-bunga tidur belaka...”
  Selesai Januar menggambarkan jalan kejadian dalam mimpinya, kakek Amsar bergumam
  resah: 'Mia minum dari telaga itu. Makan dari
  pohon. Apakah itu maksudnya adalah..." kakek
  Amsar terdiam. wajahnya semakin resah. Suaranya tegang waktu ia meneruskan: "Seorang anak
  menyusu pada ibunya. Dan diberi makan oleh
  ayahnya. Ya Allah? kakek Arnsar terkejut sendiri.
  "Janganlah itu maknanya. Jangan, ya Allah!”
  Januar ikut tegang. "Maksud Kakek...”
  "Tidak. Aku tak percaya itu, Cucu. Lagipula,
  rasanya amat musykil. Mereka begitu keras berjuang. Jungkir balik membela anak-anak mereka
  selama ini. Sampai mereka habis-habisan! Tidak.
  Mereka tidak mungkin berniat membunuh satu-satunya puteri mereka yang tersisa. Aku lebihsependapat, apabila,... Hee, Cucu. Mau ke mana
  kau?"
  Januar sudah meloncat turun dari' tempat
  tidur. mengenakan sepatunya buru-buru. 'Aku
 
  http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
  akan ke sana." jawabnya. gemetar.
  'Kerumah
  'Mia Aku harus melindungi dia dari kebuasan
  tangan~tangan iahat yang mengerikan itu!” Januar
  menyambar keris yang ia selipkan dl bawah bantalnya, dan disimpan di balik tali pinggang celana.
  la sambar pula jaketnya yang tergantung di dinding. Sambil mengenakannya dengan bergegas,
  la mendengus: 'Aku pergi, Kakek."
  Dl luar rumah, Januar langsung disergap kegelapan malam berhawa dingin menggigit. Sesaat
  matanya liar mengawasi suasana sunyi menyentak dl sekitar. Kuatir. kalau-kalau dari balik kegelapan itu muncul lagi makhluk-makhluk aneh yang
  berusaha menyerangnya. Mengikutkan naluri, telapak tangan ia selipkan ke balik jaket. Gagang
  keris ia genggam erat.
  Januar baru saja akan melangkah, waktu
  terdengar suara di belakangnya:
  "Kita memerlukan lnl...."
  Kakek Amsar sudah berdiri di sampingnya,
  dengan sebuah lampu senter di tangan yang satu.
  dan sebatang golok di tangan yang lain. Orangtua
  itu tersenyum melihat nada protes dl mata Januar.
  Katanya datar: "Tak usah repot-repot mengatakan
  kau tak ingin menyusahkan aku. Kakek mana yang
  rela membiarkan cucunya menghadapi bahaya
  sendirian? Hayo. Jangan mematung saja. Kita
  serbu musuh!"
  'Musuh. Kakek?" desah Januar sambil berjalan menerobos kegelapan malam di bawah
  naungan rembulan yang bersinar adem, temaram.
  'Aku tidak berkata begitu."
  ' 'Lalu. Mengapa kau nekad juga?”
  “Aku... aku cuma ingin melindungi Mia.”
  'Dari apa. Cucu?
  ”Entahlah”
  Orangtuanya?"
  "Aku tidak ingin menuduh....'
  :Tetapi dugaanmu ke sana, bukan?"
  itu cuma mimpi, Kakek. Mimpi buruk...” Januar mengadu gelisah. la terlalu emoslonil menangga pi mimpinya tadi. Langsung saja bertindak.
  tanpa lebih dulu dipikir panjang. 'Aku tak punya
  maksud berprasangka jelek pada orangtua Mia.
  Bagaimanapun... mereka calon mertuaku..."
  "Eh- Sepertinya kau ini sudah melamar Mia!"
  'Ah. aku...” Januar tergagap. Malu. Namun
  setelah berpikir sejenak, ia bergumam setengah
  menerawang: "Barangkali tak ada salahnya, oia
  akan kulamar malam ini juga!"
  UH...! itu melanggar adat. Di daerah ini..."
  'Di daerah mana pun juga, Kakek," gumam
  Januar lagi. tenang. setansetan tidak pernah
  memandang adat!"
  Agak terperangah kakek Amsar mendengarnya. "Jangan kau bilang, salah satu setan itu
  adalah kau sendiri!”
  "Kalau perlu. Kakek. Kalau yang kita hadapi.
  memang setan pula."
  aku dapat menangkap kiasanmu,"
  desah kakek Amsar seraya menerangi jal an di
  depan _mereka dengan nyala senter. Mereka telah
  semakin jauh meninggalkan kepadatan rumah
 
  http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
 
  rumah penduduk. Titi bambu di jalan pintas
  dekat ke tempat yang mereka tuju, sudah
  samarsamar di depan sana. “Andai kiasanmu
  justru menjadi kenyataan. Cucu. Sanggupkah kau
  menghadapinya? Senjata apa yang kau miliki?"
  Genggaman Januar semakin kuat di balik
  jaket. 'Keris ini !' sahutnya. mantap.
  Kakek Amsar geleng-geleng kepala. Berkomentar: "Kalau kau tanya aku, Cucu. Maka senjataku... bukanlah golok di tanganku ini. Senjataku
  jauh lebih ampuh. Tak ada tandingan di dunia ini.
  Yakni, pertolongan Allah."
  Januar terdiam.
  Sadar, orangtua yang mendampinginya mencoba mengingatkan agar ia tidak takabur. Sekedar
  meralat kesalahan omongannya. Januar bertanya
  sambil lalu: "Keris ini, Kakek. Benarkah ini penjelmaan dari seorang tabib yang sakti mandraguna? ”
  'Siapa bilang?"
  'Nenek yang cerita...
  "Dasar Perempuan. di mana pun. gampang
  termakan kabar burung. Guru mengaji Kakek itu,
  sayangnya tidak pernah pula membantah secara
  tegas. Pada kami ia hanya menerangkan, bahwa
  tabib itu memang mendadak raib dan di bekas
  tempat duduknya. tampak sebilah keris. Lalu guru
  mengajiku bilang. dapat saja keris itu sebelumnya
  memang sudah diduduki si` tabib, bukan? Keterangan guru kami itu. menyebabkan banyak
  orang yang mengenalnya lantas berpikir bahwa,
  guru menghendaki agar iman kami tidak goyah...!
  'Sebentar, Kakek !'
  "Ada apa. Cucu?" kakek Amsar tertegun. la
  pegang goloknya dengan sikap siaga.
  Januar mengawasi titi di depan mereka. Titi
  bambu itu tampak terayun-ayun. Lemah. Terdengar pula suara berderit, berkeriut. berderit,
  berkeriut lagi... dan titi itu mendadak diam. Bulk
  Januar tegang: "Jangan-jangan...!
  Setelah mengawasi titi, mengawasi pula semak belukar serta pepohonan di sekitar mereka
  kakek Amsar tertawa kecil. "Hanya godaan angin
  malam." katanya. 'Lihatlah ! lalu sebelum Januar
  sempat menahan. orangtua itu sudah maju ke titi
  _lalu berjalan tenang-tenang melewatinya. Ternyata
  ia selamat tiba di seberang. Dari sana. ia tertawa
  lagi. 'Kalau kau takut. Cucu," katanya setengah
  masem; 'Kau pulanglah. Biar aku yang menjaga
  mia. Ditantang begitu. Januar nekad menyeberangi
  Tak ada apa apa. Namun toh mata Januar
  membelalak. Jelalatan mengawasi kegelapan air
  sungai di bawahnya. berjaga-jaga kalau dari dalam
  air atau dari balik bebatuan sungai ada makhluk
  hidup yang mencurigakan. Setelah ternyata tidak
  ada, barulah ia menarik nafas lega dan mengikuti
  kakek Amsar yang berjalan lebih dulu di depannya.
  Mendadak jalan setapak yang sempit dan curam,
  melewati kebun-kebun ketela. jagung, barisan
  pepohonan cengkeh dan kopi, sementara kesunyian malam semakin menganga pula karena
  mulai dari titi, mereka tidak lagi melihat rumah
 
  http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
  rumah penduduk. Tinggal satu saja _rumah yang
  masih tersisa di ujung jalan itu. Di kaki bukit.
  Sungguh suatu tempat menyedihkan untuk di-diami keluarga lsmiaty....
  'Nenekmu yang nyinyir itu." nyeletuk kakek
  Amsar. Dengan sengaja. Supaya Januar tidak
  terlalu tegang. “Cerita apa lagi dia?”
  'Bidadari...' bisa juga Januar tersenyum.
  "Apa? Bidadari?" kakek Amsar tertawa ngakak. Bergema di sekitar. bergaung seram. Di
  belakangnya. diam-diam Januar merapat pada
  orangtua itu. "Bidadari, hah! Dia itu cuma gadis
  kudisan. Karena ingin kudis dibetis dan di pantatnya hilang, lantas ia berendam di sebuah lubuk
  terpencil. Lubuk yang airnya suam suam kuku
  serta mengandung belerang. Benar, akhirnya ia
  sembuh. Tetapi pertama kali ia kukenal. la bukanlah bidadari. Ia cuma seorang gadis kudisan...."
  "Kakek toh berlagak jadi Jaka Tarub. Diam-diam mencur i pakaian sang bidadari.. ."
  'Sang gadis kudisan!” ralat kakek Amsar.
  'Baiklah. Nenek dulunya semasa gadisnya
  cantik sekali, sehingga kakek nekad mencuri
  pakaiannya....'
  'Tanpa kucuri pun pakaiannya, dia sudah
  kumiliki. Orangtua Kakek telah melamarnya beberapa hari sebelum itu."
  "Dan, nenek mau?
  'Mau? Tolol. Sebagai seorang gadis, dia harus
  diam. Diam, menurut, patuh pada kemaua n orang-tua Dan kakek tak mau itu. Lalu Kakek curi pa kaiannya selagi ia mandi. Kakek baru mau
  mengembalikannya, kalau ia menjawab jujur pertanyaan Kakek...."
  'Apa yang Kakek tanyakan?"
  'la menerima lamaranku sebagai isteri. apakah
  karena terpaksa atau setulus hati?
  'Apa jawab nenek?"
  'Tentu saja dia bilang cepat cepat: ikhlas."
  "Karena takut pakaiannya tidak Kakek kembalikan."
  "Bukan, tolol !'
  "Lantas?°
  “Karena, ia kudisan !”
  Ketegangan Januar mengendur oleh tawa
  yang meledak-ledak dari mulutnya. Kakek Arnsar
  pun ikut pula tertawa. Dan kali ini. ia yang lebih
  dulu berhenti melangkah. dan berbisik tajam:
  “Sebentar Cucu!"
  Teringat peristiwa titl tadi, Januar ingin membagi angka sama. Maka. seenaknya ia bergeser
  ke samping. berusaha mendahului kakek Amsar
  sambil berkata penuh kemenangan: 'Cuma angin
  lalu. Kakek. Lihatlah...!
  Dan, Januar melihatnya.
  Melihat sesosok bayangan hitam menghadang di depan mereka. Tingginya sebatas paha.
  bertubuh kekar di atas empat kaki-kakinya yang
  kokoh. Sergapan sekilas cahaya senter yang
  bergoyang gugup di tangan kakek Amsar. menggambarkan sosok makhluk itu lebih jelas. Seekor
  anjing berbulu hitam dengan bintik-bintik putih.
  Hanya seekor jenis anjing kampung biasa Tetapi
 
  http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>