Cerita Misteri | Tangan Tangan Setan | by Abdullah Harahap | Tangan Tangan Setan | Cersil Sakti | Tangan Tangan Setan pdf
Siapa Ayahku ? - Azizah Attamimi The Wednesday Letters - Surat Cinta di Hari Rabu - Jason F. Wright The Chamber - Kamar Gas - John Grisham Trio Tifa - Tiga Sandera - Bung Smas Kisah Dua Kamar ~ bukanpujangga
Nuar...!"
Tanpa berpikir panjang lagi, Januar terjun ke
tengah telaga.
la berenang. Berenang dengan sia-sia. karena
tubuhnya mendadak terasa sangat berat, berat
luar biasa. Perlahan-lahan tubuhnya terseret kedasar telaga. Januar megap-megap kehabisan
tenaga. Natasnya tinggal satu-satu. dan,...
'Heeel, bangun! Bangun!” seru seseorang
seraya mengguncang-guncang tubuh Januar
yang seketika terlonjak bangun. Pemuda itu duduk
di tempat tidur dengan nafas tersengal-sengal,
serta wajah bersimbah peluh dingin.
"Mimpi apa kau, Cucu?" tanya orang itu ingin
tahu.
'Mimpi !' Januar menghela nafas panjang. Berulang-ulang, sampai pernafasannya perlahan-lahan normal kembali. 'Syukur Alhamdulillah. aku
cuma bermimpi kiranya...?
Kakek Amsar. yang malam ini bersikeras tidur
satu kamar dengan Januar, tertawa kecil. 'Kau
megap-megap barusan. Habis berenang. ya?”
"Aku melihat dia, Kakek!"
"Dia siapa?"
'Mia....'
'Oh. Lantas?" __
'Dia dikeroyok dua pasang lengan. Lengan
lengan aneh dan mengerikan. Yang sepasang.
lengan perempuan. Sepasang lagi, lengan laki
laki. Tetapi... kalau melihat wujudnya, kukira dua
pasang lengan itu pastilah jelmaan tangan-tangan
setan..."
“Lupakanlah, Cucu. Kau cuma..."
"ndak, Kakek. Aku tak bisa. Begitu jelas tergambar semuanya. Begitu nyata kudengar teriakan Mia minta tolong. la menyebut namaku. Memanggil-manggil aku. Memohon agar aku tidak
membiarkan ia dibunuh mereka..."
"Mereka siapa. Cucu?”
"Tangan-tangan setan itu?”
"Tangan lelaki. Tangan perempuan...” kakek
Amsar tercenung. 'Bagaimana kejadiannya,
Cucu? Coba kita simak. Siapa tahu. punya makna.
Bukan sekedar bunga-bunga tidur belaka...”
Selesai Januar menggambarkan jalan kejadian dalam mimpinya, kakek Amsar bergumam
resah: 'Mia minum dari telaga itu. Makan dari
pohon. Apakah itu maksudnya adalah..." kakek
Amsar terdiam. wajahnya semakin resah. Suaranya tegang waktu ia meneruskan: "Seorang anak
menyusu pada ibunya. Dan diberi makan oleh
ayahnya. Ya Allah? kakek Arnsar terkejut sendiri.
"Janganlah itu maknanya. Jangan, ya Allah!”
Januar ikut tegang. "Maksud Kakek...”
"Tidak. Aku tak percaya itu, Cucu. Lagipula,
rasanya amat musykil. Mereka begitu keras berjuang. Jungkir balik membela anak-anak mereka
selama ini. Sampai mereka habis-habisan! Tidak.
Mereka tidak mungkin berniat membunuh satu-satunya puteri mereka yang tersisa. Aku lebihsependapat, apabila,... Hee, Cucu. Mau ke mana
kau?"
Januar sudah meloncat turun dari' tempat
tidur. mengenakan sepatunya buru-buru. 'Aku
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
akan ke sana." jawabnya. gemetar.
'Kerumah
'Mia Aku harus melindungi dia dari kebuasan
tangan~tangan iahat yang mengerikan itu!” Januar
menyambar keris yang ia selipkan dl bawah bantalnya, dan disimpan di balik tali pinggang celana.
la sambar pula jaketnya yang tergantung di dinding. Sambil mengenakannya dengan bergegas,
la mendengus: 'Aku pergi, Kakek."
Dl luar rumah, Januar langsung disergap kegelapan malam berhawa dingin menggigit. Sesaat
matanya liar mengawasi suasana sunyi menyentak dl sekitar. Kuatir. kalau-kalau dari balik kegelapan itu muncul lagi makhluk-makhluk aneh yang
berusaha menyerangnya. Mengikutkan naluri, telapak tangan ia selipkan ke balik jaket. Gagang
keris ia genggam erat.
Januar baru saja akan melangkah, waktu
terdengar suara di belakangnya:
"Kita memerlukan lnl...."
Kakek Amsar sudah berdiri di sampingnya,
dengan sebuah lampu senter di tangan yang satu.
dan sebatang golok di tangan yang lain. Orangtua
itu tersenyum melihat nada protes dl mata Januar.
Katanya datar: "Tak usah repot-repot mengatakan
kau tak ingin menyusahkan aku. Kakek mana yang
rela membiarkan cucunya menghadapi bahaya
sendirian? Hayo. Jangan mematung saja. Kita
serbu musuh!"
'Musuh. Kakek?" desah Januar sambil berjalan menerobos kegelapan malam di bawah
naungan rembulan yang bersinar adem, temaram.
'Aku tidak berkata begitu."
' 'Lalu. Mengapa kau nekad juga?”
“Aku... aku cuma ingin melindungi Mia.”
'Dari apa. Cucu?
”Entahlah”
Orangtuanya?"
"Aku tidak ingin menuduh....'
:Tetapi dugaanmu ke sana, bukan?"
itu cuma mimpi, Kakek. Mimpi buruk...” Januar mengadu gelisah. la terlalu emoslonil menangga pi mimpinya tadi. Langsung saja bertindak.
tanpa lebih dulu dipikir panjang. 'Aku tak punya
maksud berprasangka jelek pada orangtua Mia.
Bagaimanapun... mereka calon mertuaku..."
"Eh- Sepertinya kau ini sudah melamar Mia!"
'Ah. aku...” Januar tergagap. Malu. Namun
setelah berpikir sejenak, ia bergumam setengah
menerawang: "Barangkali tak ada salahnya, oia
akan kulamar malam ini juga!"
UH...! itu melanggar adat. Di daerah ini..."
'Di daerah mana pun juga, Kakek," gumam
Januar lagi. tenang. setansetan tidak pernah
memandang adat!"
Agak terperangah kakek Amsar mendengarnya. "Jangan kau bilang, salah satu setan itu
adalah kau sendiri!”
"Kalau perlu. Kakek. Kalau yang kita hadapi.
memang setan pula."
aku dapat menangkap kiasanmu,"
desah kakek Amsar seraya menerangi jal an di
depan _mereka dengan nyala senter. Mereka telah
semakin jauh meninggalkan kepadatan rumah
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
rumah penduduk. Titi bambu di jalan pintas
dekat ke tempat yang mereka tuju, sudah
samarsamar di depan sana. “Andai kiasanmu
justru menjadi kenyataan. Cucu. Sanggupkah kau
menghadapinya? Senjata apa yang kau miliki?"
Genggaman Januar semakin kuat di balik
jaket. 'Keris ini !' sahutnya. mantap.
Kakek Amsar geleng-geleng kepala. Berkomentar: "Kalau kau tanya aku, Cucu. Maka senjataku... bukanlah golok di tanganku ini. Senjataku
jauh lebih ampuh. Tak ada tandingan di dunia ini.
Yakni, pertolongan Allah."
Januar terdiam.
Sadar, orangtua yang mendampinginya mencoba mengingatkan agar ia tidak takabur. Sekedar
meralat kesalahan omongannya. Januar bertanya
sambil lalu: "Keris ini, Kakek. Benarkah ini penjelmaan dari seorang tabib yang sakti mandraguna? ”
'Siapa bilang?"
'Nenek yang cerita...
"Dasar Perempuan. di mana pun. gampang
termakan kabar burung. Guru mengaji Kakek itu,
sayangnya tidak pernah pula membantah secara
tegas. Pada kami ia hanya menerangkan, bahwa
tabib itu memang mendadak raib dan di bekas
tempat duduknya. tampak sebilah keris. Lalu guru
mengajiku bilang. dapat saja keris itu sebelumnya
memang sudah diduduki si` tabib, bukan? Keterangan guru kami itu. menyebabkan banyak
orang yang mengenalnya lantas berpikir bahwa,
guru menghendaki agar iman kami tidak goyah...!
'Sebentar, Kakek !'
"Ada apa. Cucu?" kakek Amsar tertegun. la
pegang goloknya dengan sikap siaga.
Januar mengawasi titi di depan mereka. Titi
bambu itu tampak terayun-ayun. Lemah. Terdengar pula suara berderit, berkeriut. berderit,
berkeriut lagi... dan titi itu mendadak diam. Bulk
Januar tegang: "Jangan-jangan...!
Setelah mengawasi titi, mengawasi pula semak belukar serta pepohonan di sekitar mereka
kakek Amsar tertawa kecil. "Hanya godaan angin
malam." katanya. 'Lihatlah ! lalu sebelum Januar
sempat menahan. orangtua itu sudah maju ke titi
_lalu berjalan tenang-tenang melewatinya. Ternyata
ia selamat tiba di seberang. Dari sana. ia tertawa
lagi. 'Kalau kau takut. Cucu," katanya setengah
masem; 'Kau pulanglah. Biar aku yang menjaga
mia. Ditantang begitu. Januar nekad menyeberangi
Tak ada apa apa. Namun toh mata Januar
membelalak. Jelalatan mengawasi kegelapan air
sungai di bawahnya. berjaga-jaga kalau dari dalam
air atau dari balik bebatuan sungai ada makhluk
hidup yang mencurigakan. Setelah ternyata tidak
ada, barulah ia menarik nafas lega dan mengikuti
kakek Amsar yang berjalan lebih dulu di depannya.
Mendadak jalan setapak yang sempit dan curam,
melewati kebun-kebun ketela. jagung, barisan
pepohonan cengkeh dan kopi, sementara kesunyian malam semakin menganga pula karena
mulai dari titi, mereka tidak lagi melihat rumah
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
rumah penduduk. Tinggal satu saja _rumah yang
masih tersisa di ujung jalan itu. Di kaki bukit.
Sungguh suatu tempat menyedihkan untuk di-diami keluarga lsmiaty....
'Nenekmu yang nyinyir itu." nyeletuk kakek
Amsar. Dengan sengaja. Supaya Januar tidak
terlalu tegang. “Cerita apa lagi dia?”
'Bidadari...' bisa juga Januar tersenyum.
"Apa? Bidadari?" kakek Amsar tertawa ngakak. Bergema di sekitar. bergaung seram. Di
belakangnya. diam-diam Januar merapat pada
orangtua itu. "Bidadari, hah! Dia itu cuma gadis
kudisan. Karena ingin kudis dibetis dan di pantatnya hilang, lantas ia berendam di sebuah lubuk
terpencil. Lubuk yang airnya suam suam kuku
serta mengandung belerang. Benar, akhirnya ia
sembuh. Tetapi pertama kali ia kukenal. la bukanlah bidadari. Ia cuma seorang gadis kudisan...."
"Kakek toh berlagak jadi Jaka Tarub. Diam-diam mencur i pakaian sang bidadari.. ."
'Sang gadis kudisan!” ralat kakek Amsar.
'Baiklah. Nenek dulunya semasa gadisnya
cantik sekali, sehingga kakek nekad mencuri
pakaiannya....'
'Tanpa kucuri pun pakaiannya, dia sudah
kumiliki. Orangtua Kakek telah melamarnya beberapa hari sebelum itu."
"Dan, nenek mau?
'Mau? Tolol. Sebagai seorang gadis, dia harus
diam. Diam, menurut, patuh pada kemaua n orang-tua Dan kakek tak mau itu. Lalu Kakek curi pa kaiannya selagi ia mandi. Kakek baru mau
mengembalikannya, kalau ia menjawab jujur pertanyaan Kakek...."
'Apa yang Kakek tanyakan?"
'la menerima lamaranku sebagai isteri. apakah
karena terpaksa atau setulus hati?
'Apa jawab nenek?"
'Tentu saja dia bilang cepat cepat: ikhlas."
"Karena takut pakaiannya tidak Kakek kembalikan."
"Bukan, tolol !'
"Lantas?°
“Karena, ia kudisan !”
Ketegangan Januar mengendur oleh tawa
yang meledak-ledak dari mulutnya. Kakek Arnsar
pun ikut pula tertawa. Dan kali ini. ia yang lebih
dulu berhenti melangkah. dan berbisik tajam:
“Sebentar Cucu!"
Teringat peristiwa titl tadi, Januar ingin membagi angka sama. Maka. seenaknya ia bergeser
ke samping. berusaha mendahului kakek Amsar
sambil berkata penuh kemenangan: 'Cuma angin
lalu. Kakek. Lihatlah...!
Dan, Januar melihatnya.
Melihat sesosok bayangan hitam menghadang di depan mereka. Tingginya sebatas paha.
bertubuh kekar di atas empat kaki-kakinya yang
kokoh. Sergapan sekilas cahaya senter yang
bergoyang gugup di tangan kakek Amsar. menggambarkan sosok makhluk itu lebih jelas. Seekor
anjing berbulu hitam dengan bintik-bintik putih.
Hanya seekor jenis anjing kampung biasa Tetapi
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
Siapa Ayahku ? - Azizah Attamimi The Wednesday Letters - Surat Cinta di Hari Rabu - Jason F. Wright The Chamber - Kamar Gas - John Grisham Trio Tifa - Tiga Sandera - Bung Smas Kisah Dua Kamar ~ bukanpujangga
Nuar...!"
Tanpa berpikir panjang lagi, Januar terjun ke
tengah telaga.
la berenang. Berenang dengan sia-sia. karena
tubuhnya mendadak terasa sangat berat, berat
luar biasa. Perlahan-lahan tubuhnya terseret kedasar telaga. Januar megap-megap kehabisan
tenaga. Natasnya tinggal satu-satu. dan,...
'Heeel, bangun! Bangun!” seru seseorang
seraya mengguncang-guncang tubuh Januar
yang seketika terlonjak bangun. Pemuda itu duduk
di tempat tidur dengan nafas tersengal-sengal,
serta wajah bersimbah peluh dingin.
"Mimpi apa kau, Cucu?" tanya orang itu ingin
tahu.
'Mimpi !' Januar menghela nafas panjang. Berulang-ulang, sampai pernafasannya perlahan-lahan normal kembali. 'Syukur Alhamdulillah. aku
cuma bermimpi kiranya...?
Kakek Amsar. yang malam ini bersikeras tidur
satu kamar dengan Januar, tertawa kecil. 'Kau
megap-megap barusan. Habis berenang. ya?”
"Aku melihat dia, Kakek!"
"Dia siapa?"
'Mia....'
'Oh. Lantas?" __
'Dia dikeroyok dua pasang lengan. Lengan
lengan aneh dan mengerikan. Yang sepasang.
lengan perempuan. Sepasang lagi, lengan laki
laki. Tetapi... kalau melihat wujudnya, kukira dua
pasang lengan itu pastilah jelmaan tangan-tangan
setan..."
“Lupakanlah, Cucu. Kau cuma..."
"ndak, Kakek. Aku tak bisa. Begitu jelas tergambar semuanya. Begitu nyata kudengar teriakan Mia minta tolong. la menyebut namaku. Memanggil-manggil aku. Memohon agar aku tidak
membiarkan ia dibunuh mereka..."
"Mereka siapa. Cucu?”
"Tangan-tangan setan itu?”
"Tangan lelaki. Tangan perempuan...” kakek
Amsar tercenung. 'Bagaimana kejadiannya,
Cucu? Coba kita simak. Siapa tahu. punya makna.
Bukan sekedar bunga-bunga tidur belaka...”
Selesai Januar menggambarkan jalan kejadian dalam mimpinya, kakek Amsar bergumam
resah: 'Mia minum dari telaga itu. Makan dari
pohon. Apakah itu maksudnya adalah..." kakek
Amsar terdiam. wajahnya semakin resah. Suaranya tegang waktu ia meneruskan: "Seorang anak
menyusu pada ibunya. Dan diberi makan oleh
ayahnya. Ya Allah? kakek Arnsar terkejut sendiri.
"Janganlah itu maknanya. Jangan, ya Allah!”
Januar ikut tegang. "Maksud Kakek...”
"Tidak. Aku tak percaya itu, Cucu. Lagipula,
rasanya amat musykil. Mereka begitu keras berjuang. Jungkir balik membela anak-anak mereka
selama ini. Sampai mereka habis-habisan! Tidak.
Mereka tidak mungkin berniat membunuh satu-satunya puteri mereka yang tersisa. Aku lebihsependapat, apabila,... Hee, Cucu. Mau ke mana
kau?"
Januar sudah meloncat turun dari' tempat
tidur. mengenakan sepatunya buru-buru. 'Aku
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
akan ke sana." jawabnya. gemetar.
'Kerumah
'Mia Aku harus melindungi dia dari kebuasan
tangan~tangan iahat yang mengerikan itu!” Januar
menyambar keris yang ia selipkan dl bawah bantalnya, dan disimpan di balik tali pinggang celana.
la sambar pula jaketnya yang tergantung di dinding. Sambil mengenakannya dengan bergegas,
la mendengus: 'Aku pergi, Kakek."
Dl luar rumah, Januar langsung disergap kegelapan malam berhawa dingin menggigit. Sesaat
matanya liar mengawasi suasana sunyi menyentak dl sekitar. Kuatir. kalau-kalau dari balik kegelapan itu muncul lagi makhluk-makhluk aneh yang
berusaha menyerangnya. Mengikutkan naluri, telapak tangan ia selipkan ke balik jaket. Gagang
keris ia genggam erat.
Januar baru saja akan melangkah, waktu
terdengar suara di belakangnya:
"Kita memerlukan lnl...."
Kakek Amsar sudah berdiri di sampingnya,
dengan sebuah lampu senter di tangan yang satu.
dan sebatang golok di tangan yang lain. Orangtua
itu tersenyum melihat nada protes dl mata Januar.
Katanya datar: "Tak usah repot-repot mengatakan
kau tak ingin menyusahkan aku. Kakek mana yang
rela membiarkan cucunya menghadapi bahaya
sendirian? Hayo. Jangan mematung saja. Kita
serbu musuh!"
'Musuh. Kakek?" desah Januar sambil berjalan menerobos kegelapan malam di bawah
naungan rembulan yang bersinar adem, temaram.
'Aku tidak berkata begitu."
' 'Lalu. Mengapa kau nekad juga?”
“Aku... aku cuma ingin melindungi Mia.”
'Dari apa. Cucu?
”Entahlah”
Orangtuanya?"
"Aku tidak ingin menuduh....'
:Tetapi dugaanmu ke sana, bukan?"
itu cuma mimpi, Kakek. Mimpi buruk...” Januar mengadu gelisah. la terlalu emoslonil menangga pi mimpinya tadi. Langsung saja bertindak.
tanpa lebih dulu dipikir panjang. 'Aku tak punya
maksud berprasangka jelek pada orangtua Mia.
Bagaimanapun... mereka calon mertuaku..."
"Eh- Sepertinya kau ini sudah melamar Mia!"
'Ah. aku...” Januar tergagap. Malu. Namun
setelah berpikir sejenak, ia bergumam setengah
menerawang: "Barangkali tak ada salahnya, oia
akan kulamar malam ini juga!"
UH...! itu melanggar adat. Di daerah ini..."
'Di daerah mana pun juga, Kakek," gumam
Januar lagi. tenang. setansetan tidak pernah
memandang adat!"
Agak terperangah kakek Amsar mendengarnya. "Jangan kau bilang, salah satu setan itu
adalah kau sendiri!”
"Kalau perlu. Kakek. Kalau yang kita hadapi.
memang setan pula."
aku dapat menangkap kiasanmu,"
desah kakek Amsar seraya menerangi jal an di
depan _mereka dengan nyala senter. Mereka telah
semakin jauh meninggalkan kepadatan rumah
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
rumah penduduk. Titi bambu di jalan pintas
dekat ke tempat yang mereka tuju, sudah
samarsamar di depan sana. “Andai kiasanmu
justru menjadi kenyataan. Cucu. Sanggupkah kau
menghadapinya? Senjata apa yang kau miliki?"
Genggaman Januar semakin kuat di balik
jaket. 'Keris ini !' sahutnya. mantap.
Kakek Amsar geleng-geleng kepala. Berkomentar: "Kalau kau tanya aku, Cucu. Maka senjataku... bukanlah golok di tanganku ini. Senjataku
jauh lebih ampuh. Tak ada tandingan di dunia ini.
Yakni, pertolongan Allah."
Januar terdiam.
Sadar, orangtua yang mendampinginya mencoba mengingatkan agar ia tidak takabur. Sekedar
meralat kesalahan omongannya. Januar bertanya
sambil lalu: "Keris ini, Kakek. Benarkah ini penjelmaan dari seorang tabib yang sakti mandraguna? ”
'Siapa bilang?"
'Nenek yang cerita...
"Dasar Perempuan. di mana pun. gampang
termakan kabar burung. Guru mengaji Kakek itu,
sayangnya tidak pernah pula membantah secara
tegas. Pada kami ia hanya menerangkan, bahwa
tabib itu memang mendadak raib dan di bekas
tempat duduknya. tampak sebilah keris. Lalu guru
mengajiku bilang. dapat saja keris itu sebelumnya
memang sudah diduduki si` tabib, bukan? Keterangan guru kami itu. menyebabkan banyak
orang yang mengenalnya lantas berpikir bahwa,
guru menghendaki agar iman kami tidak goyah...!
'Sebentar, Kakek !'
"Ada apa. Cucu?" kakek Amsar tertegun. la
pegang goloknya dengan sikap siaga.
Januar mengawasi titi di depan mereka. Titi
bambu itu tampak terayun-ayun. Lemah. Terdengar pula suara berderit, berkeriut. berderit,
berkeriut lagi... dan titi itu mendadak diam. Bulk
Januar tegang: "Jangan-jangan...!
Setelah mengawasi titi, mengawasi pula semak belukar serta pepohonan di sekitar mereka
kakek Amsar tertawa kecil. "Hanya godaan angin
malam." katanya. 'Lihatlah ! lalu sebelum Januar
sempat menahan. orangtua itu sudah maju ke titi
_lalu berjalan tenang-tenang melewatinya. Ternyata
ia selamat tiba di seberang. Dari sana. ia tertawa
lagi. 'Kalau kau takut. Cucu," katanya setengah
masem; 'Kau pulanglah. Biar aku yang menjaga
mia. Ditantang begitu. Januar nekad menyeberangi
Tak ada apa apa. Namun toh mata Januar
membelalak. Jelalatan mengawasi kegelapan air
sungai di bawahnya. berjaga-jaga kalau dari dalam
air atau dari balik bebatuan sungai ada makhluk
hidup yang mencurigakan. Setelah ternyata tidak
ada, barulah ia menarik nafas lega dan mengikuti
kakek Amsar yang berjalan lebih dulu di depannya.
Mendadak jalan setapak yang sempit dan curam,
melewati kebun-kebun ketela. jagung, barisan
pepohonan cengkeh dan kopi, sementara kesunyian malam semakin menganga pula karena
mulai dari titi, mereka tidak lagi melihat rumah
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
rumah penduduk. Tinggal satu saja _rumah yang
masih tersisa di ujung jalan itu. Di kaki bukit.
Sungguh suatu tempat menyedihkan untuk di-diami keluarga lsmiaty....
'Nenekmu yang nyinyir itu." nyeletuk kakek
Amsar. Dengan sengaja. Supaya Januar tidak
terlalu tegang. “Cerita apa lagi dia?”
'Bidadari...' bisa juga Januar tersenyum.
"Apa? Bidadari?" kakek Amsar tertawa ngakak. Bergema di sekitar. bergaung seram. Di
belakangnya. diam-diam Januar merapat pada
orangtua itu. "Bidadari, hah! Dia itu cuma gadis
kudisan. Karena ingin kudis dibetis dan di pantatnya hilang, lantas ia berendam di sebuah lubuk
terpencil. Lubuk yang airnya suam suam kuku
serta mengandung belerang. Benar, akhirnya ia
sembuh. Tetapi pertama kali ia kukenal. la bukanlah bidadari. Ia cuma seorang gadis kudisan...."
"Kakek toh berlagak jadi Jaka Tarub. Diam-diam mencur i pakaian sang bidadari.. ."
'Sang gadis kudisan!” ralat kakek Amsar.
'Baiklah. Nenek dulunya semasa gadisnya
cantik sekali, sehingga kakek nekad mencuri
pakaiannya....'
'Tanpa kucuri pun pakaiannya, dia sudah
kumiliki. Orangtua Kakek telah melamarnya beberapa hari sebelum itu."
"Dan, nenek mau?
'Mau? Tolol. Sebagai seorang gadis, dia harus
diam. Diam, menurut, patuh pada kemaua n orang-tua Dan kakek tak mau itu. Lalu Kakek curi pa kaiannya selagi ia mandi. Kakek baru mau
mengembalikannya, kalau ia menjawab jujur pertanyaan Kakek...."
'Apa yang Kakek tanyakan?"
'la menerima lamaranku sebagai isteri. apakah
karena terpaksa atau setulus hati?
'Apa jawab nenek?"
'Tentu saja dia bilang cepat cepat: ikhlas."
"Karena takut pakaiannya tidak Kakek kembalikan."
"Bukan, tolol !'
"Lantas?°
“Karena, ia kudisan !”
Ketegangan Januar mengendur oleh tawa
yang meledak-ledak dari mulutnya. Kakek Arnsar
pun ikut pula tertawa. Dan kali ini. ia yang lebih
dulu berhenti melangkah. dan berbisik tajam:
“Sebentar Cucu!"
Teringat peristiwa titl tadi, Januar ingin membagi angka sama. Maka. seenaknya ia bergeser
ke samping. berusaha mendahului kakek Amsar
sambil berkata penuh kemenangan: 'Cuma angin
lalu. Kakek. Lihatlah...!
Dan, Januar melihatnya.
Melihat sesosok bayangan hitam menghadang di depan mereka. Tingginya sebatas paha.
bertubuh kekar di atas empat kaki-kakinya yang
kokoh. Sergapan sekilas cahaya senter yang
bergoyang gugup di tangan kakek Amsar. menggambarkan sosok makhluk itu lebih jelas. Seekor
anjing berbulu hitam dengan bintik-bintik putih.
Hanya seekor jenis anjing kampung biasa Tetapi
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN