Cerita Misteri | Tangan Tangan Setan | by Abdullah Harahap | Tangan Tangan Setan | Cersil Sakti | Tangan Tangan Setan pdf
Siapa Ayahku ? - Azizah Attamimi The Wednesday Letters - Surat Cinta di Hari Rabu - Jason F. Wright The Chamber - Kamar Gas - John Grisham Trio Tifa - Tiga Sandera - Bung Smas Kisah Dua Kamar ~ bukanpujangga
akan menentangnya. Biarpun apa yang terjadi?"
'Aku baik-baik saja. Kakek." bisik Januar.
tenang. "Aku tidak akan apa-apa...!
'Tidak, Cucu? Lupakah kau apa yang telah
dkatakan ajengan Zakaria, yang kau telah ceritakan padaku? Kejadian-kejadian yang kau alami di
kota, adalah sebuah peringatan agar kau tidak
melibatkan diri Kau memaksa terlibat. Dan apa
yang kau alami di rumahku ini? Peringatan lagi.
Lebih dekat. Lebih berbahaya. Karena bahaya itu
justru semakin kau dekati pula. ltulah soalnya'
Setelah terdiam sejenak, Januar memutuskan:
'Aku bisa mundur setiap saat, Kakek....'
'Mundur ?
'Ya. Aku harus memikirkan kuliahku. Juga
pekerjaanku. Bolos terlalu lama. bisa menyulitkan!"
“Kau... menyerah?" bisik kakek Amsar. terkejut.
"Apa boleh buat. Aku tak ingin Kakek dan
nenek ikut terlibat pula. Ikut menempuh bahaya...
yang aku tak tahu apa. Tetapi bahaya itu jelas
ada."
"Aku sendiri yang ingin melibatkan diri, Cucu!”
"Demi aku!" desah Januar. Luruh.
'Nah. Agaknya kau lupa ya? Ismiaty itu, bagaimana pun masih terhitung cucuku pula. Aku
berniat menolongnya. Dan kalau kau tidak bersedia membantu, yah... apa pula hakku memaksamu?
Ditantang begitu. Januar lantas terpojok.
"Demi Mia. apa pun akan kulakukan, Kakek!” ia
berujar landas, bersemangat.
'Kalau begitu." kakek Amsar tersenyum. 'Masing-masing kita punya kepentingan..."
'Jadi, kita harus joint," sambut Januar, sependapat.
"Apa?'
'Joint Kerjasama.”
'Ah. Makin terdidik bangsa kita. rupanya makin senang mempergunakan bahasa asing. Bahasa ibunya. diabaikan..!
Bersemu merah wajah Januar mendengarnya.
la ingin membela diri. Tetapi bukan sekarang
'waktunya. Maka ia kembali ke pokok persoalan:
'Mengenai orangtua yang malang itu, Kakek.
Orangtua yang berkorban begitu banyak untuk
ibunya Mia. Bagaimana kejadiannya?
"Agak berbelit. Cucu. Tetapi baiklah kucoba
menceritakannya secara sederhana.
Katanya, ia telah berkeliling seharian untuk
mendapatkan keterangan yang lebih pasti dan
nyata, dari beberapa orang kerabat dekat. la tidak
mau berpegang hanya pada kabar burung belaka.
Lalu la mengulang sejarah lama mengenai keluarga Saniah. Bermula dari penyakit lumpuh yang
tiba~tiba menyerang diri Saniah. Penyakit itu 'dikirim' oleh seorang dukun jahat, atas permintaan
seorang lelaki yang pernah dikecewakan Sanlah.
Hanya si lelaki sendiri yang dapat menarik kembali
penyakit jahat kirimannya. Sayang ia sudah mati
sebelum ilmu jahatnya sempat ditarik, sementara
dukun yang bekerjasama dengannya tidak pula
mampu berbuat apa-apa.
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
'... maka, suatu hari. suami Saniah yakni
Dumadi. menghilang dari kampung ini. Hampir
sepuluh hari lamanya. Sementara isterinya yang
sakit, berusaha ditolong oleh dua tiga orang dukun
ternama, namun tak satu pun berhasil. Penyakit
Saniah justru semakin berat. karena suaminya
belum pulang-pulang juga...” kakek Amsar tercenung membayangkan peristiwa masa silam itu.
"Kala itu. ia tengah mengandung bayi pertamanya.-
Yang kemudian kau kenal, yakni lsmlaty...!
Penyakit yang semakin menyiksa ditambah
suami pergi pula tanpa kabar berita, membuat
Saniah semakin parah keadaannya. la baru agak
terhibur waktu kakeknya berkata: 'Bersabarlah.
lyah. suamimu pergi demi kau. Untuk kesembuhanmu. Terus terang, akulah yang menyuruhnya pergi ke suatu tempat di balik gunung. Kesuatu padang ilalang, di tengah rimba raya. la
harus mengerjakan sesuatu di sana....' Ketika
Saniah mendesak mengapa suaminya begitu lama
belum pulang juga. sang kakek menjelaskan:
'Sebenarnya, kalau waktu itu ia memang berangkat siang-siang dari sini. Maka ia akan tiba di
tempat tujuannya pada sore hari. Ia diharuskan
tinggal sepanjang malam. Lalu paginya, ia mestinya sudah dapat pulang ke rumah. Tetapi. iyah.
Mungkin karena panik memikirkan keadaan dirimu, ia melupakan satu dua petunjuk yang kuberikan untuk dapat mencapai tempat itu dengan
cepat dan mudah. Jadi. agaknya ia tersesat. Itu
saja. Namun percayalah, Cucuku. suamimu akan
segera kembali. Aku kenal suamimu, dan aku tahu
ia akan berhasil. Dan kau, Cucuku. pasti sembuh.
Sehat seperti sediakala...!
Ucapan kakek Saniah kemudian terbukti.
Suatu malam, Saniah bangkit sendiri dari
tempat tidurnya. la meloncat turun dengan muka
terheran-heran. Lalu berlari-lari membangunkan
semua orang di rumahnya. Berteriak-teriak suka-cita mengatakan ia sudah sehat kembali. la sampai
melonjak-lonjak. Menari-nari riang gembira. Baru
ia menahan diri setelah ada yang mengingatkan
bahwa ia harus hati-hati. demi jabang bayi yang
dikandungnya.
Kakaknya cepat diberitahu. Malam itu juga
sang kakek datang ke rumah cucu kesayangannya. la datang tergopoh-gopoh. la peluk dan ciumi
Saniah dengan perasaan bahagia. Kemudian ia
menangis. ia meminta semua anggota keluarga
yang kebetulan hadir, berkumpul saat itu juga.
Wajahnya berubah serius. Suaranya pun tegang
ketika ia berkata: 'Ajalku sudah dekat !'
Tentu saja. semua yang hadir dibuatnya terkejut alang kepalang. Bahkan kegembiraan Saniah. sampai ikut hilang. la dan keluarga yang
lainnya. memandangi orangtua itu dengan pandangan tak percaya. Si kakek, biar sudah berusia
lanjut. masih tetap segar dan kuat. la pun sehat
walafiat saja. Semua keluarganya tahu, bahwa
orangtua itu memiliki ilmu kebal senjata tajam,
selain itu kebal pula terhadap segala macam
penyakit. Memahami pandangan bertanya-tanya
di sekelilingnya,” la lalu menjelaskan:
"ilmuku sudah punah!”
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
Bertambah bingung para pendengarnya. Setelah menimbang-nimbang sejenak, ia melanjutkan penjelasannya. Sedemikian rupa ia menyusun
kata demi kata, sehingga tidak sampai melukai
hati Saniah. Tidak pula ada yang teringat mengaitkan penjelasannya dengan diri cucu kesayangannya itu. Katanya: "Setelah Saniah sembuh, maka
aku tahu bahwa Dumadi telah berhasil menemui
tempat yang dicari. Berhasil memperoleh keinginannya. Ia seorang suami yang baik. Seorang
calon ayah yang bertanggungjawab. Dan aku...
apalah aku ini. Aku harus menerima karmaku. Aku
harus rela menerima ajal..
Ributlah yang hadir memprotes. Bertanya kacau baiau. sehingga kakek Saniiah terpaksa menyuruh mereka semua diam. 'Janganlah kalian
membuatku bertambah pusing!" senggaknya. Setelah semua diam. ia berbicara lebih lembut:
"Kalian mestinya bersyukur. Karena ada pun maksudku menyuruh kalian berkumpul sekarang ini.
adalah untuk menerangkan pembagian harta kekayaanku !”
Bagian terbesar dari harta kekayaannya, jatuh
pada cucunya Saniah. Yang lain maklum. Lagipula, mereka masih kebagian harta warisan yang
bukan sedikit jumlahnya. Lalu sebagaimana ia
katakan. besoknya Dumadi pulang ke rumah.
Keadaannya yang compang-camping. kurus
pucat... segera dilupakan orang setelah terjadi
bencana. Kakek Saniah jatuh dari pohon, tubuhnya menimpa pagar besi sampai hampir terpotong
dua..."
'Mengerikanl' bisik Januar. bergidik. Seram.
"Kau cuma mendengar." sahut kakek Amsar.
"Apalagi aku. Waktu kejadian itu, aku sedang
bertamu di rumahnya. Jadi aku melihat dengan
mata kepala sendiri. bagaimana darahnya...” kakek Amsar menggelengkan kepala dengan gelisah. "Sudahlah Kejadian itu sudah lama berlalu.
Tak baik diingat-ingat..."
Setelah berdiam diri beberapa waktu lamanya.
kakek Amsar melinting lagi sebatang sigaret, sementara isterinya muncul mengantarkan minuman
panas dan sepiring ketela rebus yang diberi bumbu serutan kelapa muda dan gula merah. Meskipun sangat menarik selera, mana udara malam
terasa sangat dingin dl dalam rumah. tidak ada
yang berniat mencicipi hidangan yang telah dibuat
dengan susah payah oleh perempuan tua itu.
'Kakek?“ tanya Januar. Pelan saja. namun
terdengar mengejutkan dalam keadaan sunyi
mencekam itu. "Apa kaitannya dengan keadaan
yang kita hadapi sekarang ini?"
Kakek Amsar batuk-batuk kecil.
Jawabnya: 'Hari ini aku memperoleh gambaran lebih jelas mengenai kabar burung itu. Bahwa
memang Dumadi pemah menghilang. Bertapa di
gunung. Memuja semedi. Bersekutu dengan
setan!"
Januar terhenyak.
Calon mertuanya. bersekutu dengan setan.
Astaga!
'Tidak jelas tempat macam apa dan setan apa
yang dipuja Dumadi," lanjut kakek Amsar, tenang.
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
'Kata orang. banyaklah keinginan yang dia katakan
pada pujaannya itu. Namun satu hal saja yang
pasti. Yakni. agar isterinya sembuh..
"Lalu tukas nenek Amsar yang rupanya tak
sabar. 'Benar pulakah kabar yang kudengar mengenai apa sebabnya anak mereka mati seorang
demi seorang, hartanya pun ludes sedikit demi
sedikit?"
Suaminya mengangguk mengiyakan. 'Kebenaran yang pasti. hanya ada di tangan Tuhan.
Tetapi dari' berbagai kenyataan yang berlangsung,
serta melihat pula kemungkinan kemungkinan
yang terjadi bila seseorang sesat lalu mengingkari
Tuhan..., Bukan mustahil bahwa Dumadi termakan
kutuk. Konon karena dua sebab la menempuh
ilmunya setengah-setengah. Atau, ia telah melanggar pantangan?”
Januar berusaha mencerna cerita itu sebisa-bisanya Kemudian bertanya tak mengerti: 'Apa
pula kaitannya dengan peristiwa yang k ita alami
tadi pagi? Mengapa justru Saniah... eh. ibunya Mia
yang terkena pengaruh hawa panas dari keris?
Mestinya kan suaminya"
"Nah ltulah yang gagal kudapatkan hari ini.
Cucu. Setiap orang yang kutanyai, sama menyatakan heran. Lalu seseorang kemudian mem-
beri petunjuk agar kita bertanya pada alamat yang
tepat. Aku kemudian pergi ,ke alamat tersebut.
Tetapi orang yang kutemui 'kebetulan sedang
pergi. Orang rumahnya bilang, baru pulang sekitar
tengah malam ini. Jadi. kuputuskan pulang saja,
dan menemui dia lagi besok pagi-pagi benar."
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
'Siapa orang itu, Kakek?"
"Namanya Santika. Penduduk Cikuda. Sebenarnya. dia ltu orangnya baik budi. Banyak menolong orang yang membutuhkan bantuannya.
Apakah itu untuk menyembuhkan penyakit, untuK
mendapatkan jodoh. Tak kurang pula yang hanya
"Hanya apa. Kakek?”
'Aku agak enggan meminta bantuannya."
"Lho !"
“Nanti dulu, Kakek!" potong Januar. Bernafsu.
"Apa salahnya kita minta bantuannya? Bukankah
Hadist Rasulullah juga mengatakan: "Tuntutlah
ilmu, walau ke negeri Cina sekalipun!"
'Tetapi !'
"Kita berhadapan dengan kekuatan gaib dan
jahat, Kakek. Kita punya keris, benar. Tapi Kakek
sendiri yang bilang, keris ini cuma sebuah benda
mati belaka. Pada akhirnya, kita hanya dapat
memohon pertolongan dari Tuhan. Mudah-mudahan aku ini termasuk golongan yang beriman
dan dikasihi Tuhan. Namun bagaimanapun, aku
tetaplah seorang manusia biasa. Dengan segala
kelemahannya. Jadi, terus-terang saja Menurut
apa yang kualami akhir-akhir ini, ditambah cerita
Kakek barusan... aku belum yakin apakah aku
cukup kuat menghadapi marabahaya dl depanku.
Aku yakin akan kebesaran Tuhan. Kakek. Tetapi
adalah tidak mudah untuk benar-benar merasa
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
Siapa Ayahku ? - Azizah Attamimi The Wednesday Letters - Surat Cinta di Hari Rabu - Jason F. Wright The Chamber - Kamar Gas - John Grisham Trio Tifa - Tiga Sandera - Bung Smas Kisah Dua Kamar ~ bukanpujangga
akan menentangnya. Biarpun apa yang terjadi?"
'Aku baik-baik saja. Kakek." bisik Januar.
tenang. "Aku tidak akan apa-apa...!
'Tidak, Cucu? Lupakah kau apa yang telah
dkatakan ajengan Zakaria, yang kau telah ceritakan padaku? Kejadian-kejadian yang kau alami di
kota, adalah sebuah peringatan agar kau tidak
melibatkan diri Kau memaksa terlibat. Dan apa
yang kau alami di rumahku ini? Peringatan lagi.
Lebih dekat. Lebih berbahaya. Karena bahaya itu
justru semakin kau dekati pula. ltulah soalnya'
Setelah terdiam sejenak, Januar memutuskan:
'Aku bisa mundur setiap saat, Kakek....'
'Mundur ?
'Ya. Aku harus memikirkan kuliahku. Juga
pekerjaanku. Bolos terlalu lama. bisa menyulitkan!"
“Kau... menyerah?" bisik kakek Amsar. terkejut.
"Apa boleh buat. Aku tak ingin Kakek dan
nenek ikut terlibat pula. Ikut menempuh bahaya...
yang aku tak tahu apa. Tetapi bahaya itu jelas
ada."
"Aku sendiri yang ingin melibatkan diri, Cucu!”
"Demi aku!" desah Januar. Luruh.
'Nah. Agaknya kau lupa ya? Ismiaty itu, bagaimana pun masih terhitung cucuku pula. Aku
berniat menolongnya. Dan kalau kau tidak bersedia membantu, yah... apa pula hakku memaksamu?
Ditantang begitu. Januar lantas terpojok.
"Demi Mia. apa pun akan kulakukan, Kakek!” ia
berujar landas, bersemangat.
'Kalau begitu." kakek Amsar tersenyum. 'Masing-masing kita punya kepentingan..."
'Jadi, kita harus joint," sambut Januar, sependapat.
"Apa?'
'Joint Kerjasama.”
'Ah. Makin terdidik bangsa kita. rupanya makin senang mempergunakan bahasa asing. Bahasa ibunya. diabaikan..!
Bersemu merah wajah Januar mendengarnya.
la ingin membela diri. Tetapi bukan sekarang
'waktunya. Maka ia kembali ke pokok persoalan:
'Mengenai orangtua yang malang itu, Kakek.
Orangtua yang berkorban begitu banyak untuk
ibunya Mia. Bagaimana kejadiannya?
"Agak berbelit. Cucu. Tetapi baiklah kucoba
menceritakannya secara sederhana.
Katanya, ia telah berkeliling seharian untuk
mendapatkan keterangan yang lebih pasti dan
nyata, dari beberapa orang kerabat dekat. la tidak
mau berpegang hanya pada kabar burung belaka.
Lalu la mengulang sejarah lama mengenai keluarga Saniah. Bermula dari penyakit lumpuh yang
tiba~tiba menyerang diri Saniah. Penyakit itu 'dikirim' oleh seorang dukun jahat, atas permintaan
seorang lelaki yang pernah dikecewakan Sanlah.
Hanya si lelaki sendiri yang dapat menarik kembali
penyakit jahat kirimannya. Sayang ia sudah mati
sebelum ilmu jahatnya sempat ditarik, sementara
dukun yang bekerjasama dengannya tidak pula
mampu berbuat apa-apa.
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
'... maka, suatu hari. suami Saniah yakni
Dumadi. menghilang dari kampung ini. Hampir
sepuluh hari lamanya. Sementara isterinya yang
sakit, berusaha ditolong oleh dua tiga orang dukun
ternama, namun tak satu pun berhasil. Penyakit
Saniah justru semakin berat. karena suaminya
belum pulang-pulang juga...” kakek Amsar tercenung membayangkan peristiwa masa silam itu.
"Kala itu. ia tengah mengandung bayi pertamanya.-
Yang kemudian kau kenal, yakni lsmlaty...!
Penyakit yang semakin menyiksa ditambah
suami pergi pula tanpa kabar berita, membuat
Saniah semakin parah keadaannya. la baru agak
terhibur waktu kakeknya berkata: 'Bersabarlah.
lyah. suamimu pergi demi kau. Untuk kesembuhanmu. Terus terang, akulah yang menyuruhnya pergi ke suatu tempat di balik gunung. Kesuatu padang ilalang, di tengah rimba raya. la
harus mengerjakan sesuatu di sana....' Ketika
Saniah mendesak mengapa suaminya begitu lama
belum pulang juga. sang kakek menjelaskan:
'Sebenarnya, kalau waktu itu ia memang berangkat siang-siang dari sini. Maka ia akan tiba di
tempat tujuannya pada sore hari. Ia diharuskan
tinggal sepanjang malam. Lalu paginya, ia mestinya sudah dapat pulang ke rumah. Tetapi. iyah.
Mungkin karena panik memikirkan keadaan dirimu, ia melupakan satu dua petunjuk yang kuberikan untuk dapat mencapai tempat itu dengan
cepat dan mudah. Jadi. agaknya ia tersesat. Itu
saja. Namun percayalah, Cucuku. suamimu akan
segera kembali. Aku kenal suamimu, dan aku tahu
ia akan berhasil. Dan kau, Cucuku. pasti sembuh.
Sehat seperti sediakala...!
Ucapan kakek Saniah kemudian terbukti.
Suatu malam, Saniah bangkit sendiri dari
tempat tidurnya. la meloncat turun dengan muka
terheran-heran. Lalu berlari-lari membangunkan
semua orang di rumahnya. Berteriak-teriak suka-cita mengatakan ia sudah sehat kembali. la sampai
melonjak-lonjak. Menari-nari riang gembira. Baru
ia menahan diri setelah ada yang mengingatkan
bahwa ia harus hati-hati. demi jabang bayi yang
dikandungnya.
Kakaknya cepat diberitahu. Malam itu juga
sang kakek datang ke rumah cucu kesayangannya. la datang tergopoh-gopoh. la peluk dan ciumi
Saniah dengan perasaan bahagia. Kemudian ia
menangis. ia meminta semua anggota keluarga
yang kebetulan hadir, berkumpul saat itu juga.
Wajahnya berubah serius. Suaranya pun tegang
ketika ia berkata: 'Ajalku sudah dekat !'
Tentu saja. semua yang hadir dibuatnya terkejut alang kepalang. Bahkan kegembiraan Saniah. sampai ikut hilang. la dan keluarga yang
lainnya. memandangi orangtua itu dengan pandangan tak percaya. Si kakek, biar sudah berusia
lanjut. masih tetap segar dan kuat. la pun sehat
walafiat saja. Semua keluarganya tahu, bahwa
orangtua itu memiliki ilmu kebal senjata tajam,
selain itu kebal pula terhadap segala macam
penyakit. Memahami pandangan bertanya-tanya
di sekelilingnya,” la lalu menjelaskan:
"ilmuku sudah punah!”
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
Bertambah bingung para pendengarnya. Setelah menimbang-nimbang sejenak, ia melanjutkan penjelasannya. Sedemikian rupa ia menyusun
kata demi kata, sehingga tidak sampai melukai
hati Saniah. Tidak pula ada yang teringat mengaitkan penjelasannya dengan diri cucu kesayangannya itu. Katanya: "Setelah Saniah sembuh, maka
aku tahu bahwa Dumadi telah berhasil menemui
tempat yang dicari. Berhasil memperoleh keinginannya. Ia seorang suami yang baik. Seorang
calon ayah yang bertanggungjawab. Dan aku...
apalah aku ini. Aku harus menerima karmaku. Aku
harus rela menerima ajal..
Ributlah yang hadir memprotes. Bertanya kacau baiau. sehingga kakek Saniiah terpaksa menyuruh mereka semua diam. 'Janganlah kalian
membuatku bertambah pusing!" senggaknya. Setelah semua diam. ia berbicara lebih lembut:
"Kalian mestinya bersyukur. Karena ada pun maksudku menyuruh kalian berkumpul sekarang ini.
adalah untuk menerangkan pembagian harta kekayaanku !”
Bagian terbesar dari harta kekayaannya, jatuh
pada cucunya Saniah. Yang lain maklum. Lagipula, mereka masih kebagian harta warisan yang
bukan sedikit jumlahnya. Lalu sebagaimana ia
katakan. besoknya Dumadi pulang ke rumah.
Keadaannya yang compang-camping. kurus
pucat... segera dilupakan orang setelah terjadi
bencana. Kakek Saniah jatuh dari pohon, tubuhnya menimpa pagar besi sampai hampir terpotong
dua..."
'Mengerikanl' bisik Januar. bergidik. Seram.
"Kau cuma mendengar." sahut kakek Amsar.
"Apalagi aku. Waktu kejadian itu, aku sedang
bertamu di rumahnya. Jadi aku melihat dengan
mata kepala sendiri. bagaimana darahnya...” kakek Amsar menggelengkan kepala dengan gelisah. "Sudahlah Kejadian itu sudah lama berlalu.
Tak baik diingat-ingat..."
Setelah berdiam diri beberapa waktu lamanya.
kakek Amsar melinting lagi sebatang sigaret, sementara isterinya muncul mengantarkan minuman
panas dan sepiring ketela rebus yang diberi bumbu serutan kelapa muda dan gula merah. Meskipun sangat menarik selera, mana udara malam
terasa sangat dingin dl dalam rumah. tidak ada
yang berniat mencicipi hidangan yang telah dibuat
dengan susah payah oleh perempuan tua itu.
'Kakek?“ tanya Januar. Pelan saja. namun
terdengar mengejutkan dalam keadaan sunyi
mencekam itu. "Apa kaitannya dengan keadaan
yang kita hadapi sekarang ini?"
Kakek Amsar batuk-batuk kecil.
Jawabnya: 'Hari ini aku memperoleh gambaran lebih jelas mengenai kabar burung itu. Bahwa
memang Dumadi pemah menghilang. Bertapa di
gunung. Memuja semedi. Bersekutu dengan
setan!"
Januar terhenyak.
Calon mertuanya. bersekutu dengan setan.
Astaga!
'Tidak jelas tempat macam apa dan setan apa
yang dipuja Dumadi," lanjut kakek Amsar, tenang.
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
'Kata orang. banyaklah keinginan yang dia katakan
pada pujaannya itu. Namun satu hal saja yang
pasti. Yakni. agar isterinya sembuh..
"Lalu tukas nenek Amsar yang rupanya tak
sabar. 'Benar pulakah kabar yang kudengar mengenai apa sebabnya anak mereka mati seorang
demi seorang, hartanya pun ludes sedikit demi
sedikit?"
Suaminya mengangguk mengiyakan. 'Kebenaran yang pasti. hanya ada di tangan Tuhan.
Tetapi dari' berbagai kenyataan yang berlangsung,
serta melihat pula kemungkinan kemungkinan
yang terjadi bila seseorang sesat lalu mengingkari
Tuhan..., Bukan mustahil bahwa Dumadi termakan
kutuk. Konon karena dua sebab la menempuh
ilmunya setengah-setengah. Atau, ia telah melanggar pantangan?”
Januar berusaha mencerna cerita itu sebisa-bisanya Kemudian bertanya tak mengerti: 'Apa
pula kaitannya dengan peristiwa yang k ita alami
tadi pagi? Mengapa justru Saniah... eh. ibunya Mia
yang terkena pengaruh hawa panas dari keris?
Mestinya kan suaminya"
"Nah ltulah yang gagal kudapatkan hari ini.
Cucu. Setiap orang yang kutanyai, sama menyatakan heran. Lalu seseorang kemudian mem-
beri petunjuk agar kita bertanya pada alamat yang
tepat. Aku kemudian pergi ,ke alamat tersebut.
Tetapi orang yang kutemui 'kebetulan sedang
pergi. Orang rumahnya bilang, baru pulang sekitar
tengah malam ini. Jadi. kuputuskan pulang saja,
dan menemui dia lagi besok pagi-pagi benar."
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN
'Siapa orang itu, Kakek?"
"Namanya Santika. Penduduk Cikuda. Sebenarnya. dia ltu orangnya baik budi. Banyak menolong orang yang membutuhkan bantuannya.
Apakah itu untuk menyembuhkan penyakit, untuK
mendapatkan jodoh. Tak kurang pula yang hanya
"Hanya apa. Kakek?”
'Aku agak enggan meminta bantuannya."
"Lho !"
“Nanti dulu, Kakek!" potong Januar. Bernafsu.
"Apa salahnya kita minta bantuannya? Bukankah
Hadist Rasulullah juga mengatakan: "Tuntutlah
ilmu, walau ke negeri Cina sekalipun!"
'Tetapi !'
"Kita berhadapan dengan kekuatan gaib dan
jahat, Kakek. Kita punya keris, benar. Tapi Kakek
sendiri yang bilang, keris ini cuma sebuah benda
mati belaka. Pada akhirnya, kita hanya dapat
memohon pertolongan dari Tuhan. Mudah-mudahan aku ini termasuk golongan yang beriman
dan dikasihi Tuhan. Namun bagaimanapun, aku
tetaplah seorang manusia biasa. Dengan segala
kelemahannya. Jadi, terus-terang saja Menurut
apa yang kualami akhir-akhir ini, ditambah cerita
Kakek barusan... aku belum yakin apakah aku
cukup kuat menghadapi marabahaya dl depanku.
Aku yakin akan kebesaran Tuhan. Kakek. Tetapi
adalah tidak mudah untuk benar-benar merasa
http://cerita-silat.mywapblog.com TANGAN TANGAN SETAN