Cerita Misteri | Suara Dari Alam Gaib | by Abdullah Harahap | Suara Dari Alam Gaib | Cersil Sakti | Suara Dari Alam Gaib pdf
Iblis Dunia Persilatan - Bung Aone Penunggu Jenazah - Abdullah Harahap Seducing Cinderella - Gina L. Maxwell Tangan Tangan Setan - Abdullah Harahap Sepasang Mata Iblis - Abdullah Harahap
menghentikan setiap denyut jantung
Lalu, dengan gerakan lumpuh: tampak bibi
Nuning ke luar dari dalam kamar tidur Perempuan
itu ke luar dengan gerakan mundur, Satu tangan
menutup mulut, satu menekan dada. Tiba di luar
pintu, ia membalikkan tubuh, menatap semua
orang dengan wajah pucat seputih kertas, _mata
terbeliak seakan mau meloncat ke luar. Lalu
sekonyong-konyong, perempuan yang bertingkah
laku aneh itu menjerlt lengking. Kemudian jatuh
ke lantai. Pingsan.
Hampir semua tamu berhamburan ke pintu
kamar tidur.
' Tinggal Anton, yang tegak mematung dengan
jantung membeku dingin. Di sebelahnya, Margono
terlonjak kaget kemudian berlari menyusul tamu
.yang lain. Tamu satu-satunya yang sama sekali
tidak beranjak dari tempatnya, harya Mira seorang.
Mira berdiri tidak jauh dari meja utama.
Mira memandang ke arah Anton dengan wajah
polos tak berdosa, Tetapi tatapan matanya, tajam
menusuk. Dan seringai di bibirnya. membuat
seluruh bulu roma Anton tegak kaku.
"Ya Allah, Anton. Kamarilah", seseorang
berteriak.
Barulah Anton tersadar. la berlari ka kamar
tidur, menyeruak kumpulan tamu-tamu yang hiruk
pikuk dengan pekik dan jeritan-jeritan kacau balau,
76
http://cerita-silat.mywapblog.com
dan kemudian melihatnya.
Nuning masih berbaring daiam posisi semula
sebelum ia tinggalkan.
Matanya terbuka lebar, tanpa sinar. Mulut
menganga, tanpa suara. Ke dua lengan setengah
terangkat ke atas, seolah mau menahan sesuatu.
tetapi sesuatu itu datang begitu tiba-tiba, sehingga
tidak lagi terelakkan. Sesuatu berupa lampu hias
antik, kuat dan berat. Lampu itu tidak lagi terpaku kuat dengan skrup ke palang baja dibalik
iangit-iangit. Lampu itu telah berpindah tempat.
Jatuh ke tubuh Nuning.
Ujung bawahnya yang lancip, menghunjam
langsung ka jantung. Jantung Nuning, dan jantung
bayi yang ia kandung. '
Anton berpaling pucat. Ngeri.
Nalurinya memaksa ia untuk memperhatikan
'seorang tamu. dekat meja utama. Hanya satu dua
detik ia berlari ke pintu kamar tidur, satu detik
untuk mamperhatikan keadaan Nuning yang
mengalikan, satu detik untuk membalikkan tubuh;
Tetapi dekat 'meja utama, tak seorangpun
tampak.. _
Gadis asing itu telah lenyap.
Jendela dan pintu semua masih terkancing
rapat. Tak ada yang berpindah. tak ada vang
berubah. Yang ada, hanya udara ruangan yang
tadinya dingin membeku, pelan-pelan berubah
menjadi hangat. ,..
77
http://cerita-silat.mywapblog.com
MALAM KE EMPAT PULUH
DENGAN didorong beribu harap, kubuka
kedua kelopak mataku. samar-samar, kupandang jendela kaca kamarku. tirainya
lupa kututupkan sehabis magrib tadi, dan kini
sinar bulan yang lembut menerobos masuk kedalam kamar dan jatuh di ujung kakiku yang baru
saja kuinjakkan di lantai. Kupandangi lagi jendela kaca itu. Tertutup. Dan kunci selotnya, rapat
Tapi angin dingin itu terus memberisik di kamar.
Aku bukan bermimpi. Aku tahu sekali. Karena
malam-malam seperti ini telah kulalui beberapa
kali. Dan semakin lama, semakin hebat hasratku
yang menggelonjak untuk dapat lagi menemui
malam malam yang serupa. Dan kini, kini aku
78
http://cerita-silat.mywapblog.com
duduk 'di sisi ranjang dengan bulu kuduk meremang. Hangat. Ya, hembusan angin itu hangat
kini. Dekat dipundakku.
" Susy?" tanyaku dengan mulut bergetar.
Bulu kudukku digeseri oleh semacam lapisan
barang tipis, tapi lembut dan hangat. Aku tak berani
menoleh. Tak berani. Aku tidak terlalu takut
menghadapi kedatangannya. Tapi aku takut
melihat kepergiannya. Untuk itu. keinginanku
harus kupendam. Kupendam dalam-dalam . Dan
aku tetap diam.
"Kau datang lagi, sayang? Kau datang?”
Hembusan itu kini menyapu wajahku.
Lambat lambat, Tuhanlah yng bisa untuk
membenarkan; sesosok tubuh membayang disebelah
kiriku, dekat kepala ranjang. Bayangan itu makin
jelas, dan akhirnya aku menarik nafas panjang.
Susy tersenyum dalam keremangan cahaya
bulan yang menerobos lewat jendela kita. -
Jemariku lamba-lambat bergerak mencapai
tepi meja. ~
" .... janganl"
Perintah itu begitu halus terdengar.
"Kau begitu kabur, Susy. Begitu kabur!" kataku. "Aku ingin melihatmu sejelas-jelasnya, Sejelas-jelasnya. seperti dulu aku menatapmu dan engkaupun bisa memandangiku dengan kedua bola matamu yang bundar dengan sinar-sinar kehijauan
79
http://cerita-silat.mywapblog.com
itu ....l"
"Tepi jangan pijit tombol merah. itu. sayang.
Kalau kau pijit, maka bersamaan dengan datangnya cahaya terang, aku akan menghilang. Menghilang keduniaku yang gelap. Kau Ingat itu?"
Susy setiap menemuiku mengatakan hal yang
sama. Dan aku percaya. Aku tak. tahu kenapa mesti
begitu. Tapl aku dipaksa untuk percaya.
"Kenapa kau lebih menyenangi sinar bulan,
Susy?"
la lebih merapat ke sisiku. Dan ketika jemari
tangannya yang halus memegangi pergelanganku,
barulah otot-ototku mengendur. Aku membalas
perlakuaannya, meremas tangannya, menjaiari pinggangnya dan akhirnya aku menenggelamkan tubuhnya dalam-dalam ketubuhku. Aku seperti mendekap angin. dan angin itu merasuk jauh ke dalam
dadaku. Hangat, lembut dan mempesona.
"Bukankah telah kukatakan padamu berapa
kali, Doli? Slnar bulan itu karunia alam yang
paling abadi. la bisa kita percayai untuk menyimpan rahasia kita. Sinar bulan tidak pernah mau
berkhianat. Dan untukku, Doli, untukku sendiri,
ia adalah sahabat. Aku datang bersamanya, diantar
olehnya "
Itu juga sudah beberapa kali kudengar semenjak la menemuiku beberapa malam terakhir ini.
Aku tak pernah bosan mendengamya. Karena se-
80
http://cerita-silat.mywapblog.com
tiap kali ia mengatakannya, aku tidak memperhatikan apa yang ia katakan. aku cuma memperhatikan dan meresapi satu saja. Suaranya. Dan tiada
yang lebih kurindukan di dunia ini selain suara
Susylawaty.
"Dali ....|"
Kupererat dekapanku.
Heem ?
"Aku mau dengar lagu itu
"Yang mana?”
'Terakhir. Sebelum aku pergi l"
Kujangkau "Siera"ku yang selamanya kuletakkan di atas buffet kecil di sisi kanan ranjang. Jarumnya kuputar sampai batas off, dan tombol
on-nya kuhidupkan. Hening sebentar. Dan nafas-nafas Susy yang panas itu, menghembus lambat
dekat telingaku.
"Kau selalu memutar lagu itu, sayang? Selain
memutarkannya untukku?”
"Yal" kataku. Dan dengn lambat, aku manyambung : "Bahkan seperti isi suratmu yang terakhir, aku penuhi, Susy. Setiap mendengar lagu-lagu
kesayangan kita, setiap kali kubiarkan air mataku
menitik"
"Kau kan lelaki, sayang?"
"Lelaki juga punya hak untuk menangis, Susy.
Apalagi untuk menangisi gadis seperti engkau,
mengenangkan kepergian seorang perawan seperti
81
http://cerita-silat.mywapblog.com
Iblis Dunia Persilatan - Bung Aone Penunggu Jenazah - Abdullah Harahap Seducing Cinderella - Gina L. Maxwell Tangan Tangan Setan - Abdullah Harahap Sepasang Mata Iblis - Abdullah Harahap
menghentikan setiap denyut jantung
Lalu, dengan gerakan lumpuh: tampak bibi
Nuning ke luar dari dalam kamar tidur Perempuan
itu ke luar dengan gerakan mundur, Satu tangan
menutup mulut, satu menekan dada. Tiba di luar
pintu, ia membalikkan tubuh, menatap semua
orang dengan wajah pucat seputih kertas, _mata
terbeliak seakan mau meloncat ke luar. Lalu
sekonyong-konyong, perempuan yang bertingkah
laku aneh itu menjerlt lengking. Kemudian jatuh
ke lantai. Pingsan.
Hampir semua tamu berhamburan ke pintu
kamar tidur.
' Tinggal Anton, yang tegak mematung dengan
jantung membeku dingin. Di sebelahnya, Margono
terlonjak kaget kemudian berlari menyusul tamu
.yang lain. Tamu satu-satunya yang sama sekali
tidak beranjak dari tempatnya, harya Mira seorang.
Mira berdiri tidak jauh dari meja utama.
Mira memandang ke arah Anton dengan wajah
polos tak berdosa, Tetapi tatapan matanya, tajam
menusuk. Dan seringai di bibirnya. membuat
seluruh bulu roma Anton tegak kaku.
"Ya Allah, Anton. Kamarilah", seseorang
berteriak.
Barulah Anton tersadar. la berlari ka kamar
tidur, menyeruak kumpulan tamu-tamu yang hiruk
pikuk dengan pekik dan jeritan-jeritan kacau balau,
76
http://cerita-silat.mywapblog.com
Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap
dan kemudian melihatnya.
Nuning masih berbaring daiam posisi semula
sebelum ia tinggalkan.
Matanya terbuka lebar, tanpa sinar. Mulut
menganga, tanpa suara. Ke dua lengan setengah
terangkat ke atas, seolah mau menahan sesuatu.
tetapi sesuatu itu datang begitu tiba-tiba, sehingga
tidak lagi terelakkan. Sesuatu berupa lampu hias
antik, kuat dan berat. Lampu itu tidak lagi terpaku kuat dengan skrup ke palang baja dibalik
iangit-iangit. Lampu itu telah berpindah tempat.
Jatuh ke tubuh Nuning.
Ujung bawahnya yang lancip, menghunjam
langsung ka jantung. Jantung Nuning, dan jantung
bayi yang ia kandung. '
Anton berpaling pucat. Ngeri.
Nalurinya memaksa ia untuk memperhatikan
'seorang tamu. dekat meja utama. Hanya satu dua
detik ia berlari ke pintu kamar tidur, satu detik
untuk mamperhatikan keadaan Nuning yang
mengalikan, satu detik untuk membalikkan tubuh;
Tetapi dekat 'meja utama, tak seorangpun
tampak.. _
Gadis asing itu telah lenyap.
Jendela dan pintu semua masih terkancing
rapat. Tak ada yang berpindah. tak ada vang
berubah. Yang ada, hanya udara ruangan yang
tadinya dingin membeku, pelan-pelan berubah
menjadi hangat. ,..
77
http://cerita-silat.mywapblog.com
Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap
MALAM KE EMPAT PULUH
DENGAN didorong beribu harap, kubuka
kedua kelopak mataku. samar-samar, kupandang jendela kaca kamarku. tirainya
lupa kututupkan sehabis magrib tadi, dan kini
sinar bulan yang lembut menerobos masuk kedalam kamar dan jatuh di ujung kakiku yang baru
saja kuinjakkan di lantai. Kupandangi lagi jendela kaca itu. Tertutup. Dan kunci selotnya, rapat
Tapi angin dingin itu terus memberisik di kamar.
Aku bukan bermimpi. Aku tahu sekali. Karena
malam-malam seperti ini telah kulalui beberapa
kali. Dan semakin lama, semakin hebat hasratku
yang menggelonjak untuk dapat lagi menemui
malam malam yang serupa. Dan kini, kini aku
78
http://cerita-silat.mywapblog.com
Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap
duduk 'di sisi ranjang dengan bulu kuduk meremang. Hangat. Ya, hembusan angin itu hangat
kini. Dekat dipundakku.
" Susy?" tanyaku dengan mulut bergetar.
Bulu kudukku digeseri oleh semacam lapisan
barang tipis, tapi lembut dan hangat. Aku tak berani
menoleh. Tak berani. Aku tidak terlalu takut
menghadapi kedatangannya. Tapi aku takut
melihat kepergiannya. Untuk itu. keinginanku
harus kupendam. Kupendam dalam-dalam . Dan
aku tetap diam.
"Kau datang lagi, sayang? Kau datang?”
Hembusan itu kini menyapu wajahku.
Lambat lambat, Tuhanlah yng bisa untuk
membenarkan; sesosok tubuh membayang disebelah
kiriku, dekat kepala ranjang. Bayangan itu makin
jelas, dan akhirnya aku menarik nafas panjang.
Susy tersenyum dalam keremangan cahaya
bulan yang menerobos lewat jendela kita. -
Jemariku lamba-lambat bergerak mencapai
tepi meja. ~
" .... janganl"
Perintah itu begitu halus terdengar.
"Kau begitu kabur, Susy. Begitu kabur!" kataku. "Aku ingin melihatmu sejelas-jelasnya, Sejelas-jelasnya. seperti dulu aku menatapmu dan engkaupun bisa memandangiku dengan kedua bola matamu yang bundar dengan sinar-sinar kehijauan
79
http://cerita-silat.mywapblog.com
Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap
itu ....l"
"Tepi jangan pijit tombol merah. itu. sayang.
Kalau kau pijit, maka bersamaan dengan datangnya cahaya terang, aku akan menghilang. Menghilang keduniaku yang gelap. Kau Ingat itu?"
Susy setiap menemuiku mengatakan hal yang
sama. Dan aku percaya. Aku tak. tahu kenapa mesti
begitu. Tapl aku dipaksa untuk percaya.
"Kenapa kau lebih menyenangi sinar bulan,
Susy?"
la lebih merapat ke sisiku. Dan ketika jemari
tangannya yang halus memegangi pergelanganku,
barulah otot-ototku mengendur. Aku membalas
perlakuaannya, meremas tangannya, menjaiari pinggangnya dan akhirnya aku menenggelamkan tubuhnya dalam-dalam ketubuhku. Aku seperti mendekap angin. dan angin itu merasuk jauh ke dalam
dadaku. Hangat, lembut dan mempesona.
"Bukankah telah kukatakan padamu berapa
kali, Doli? Slnar bulan itu karunia alam yang
paling abadi. la bisa kita percayai untuk menyimpan rahasia kita. Sinar bulan tidak pernah mau
berkhianat. Dan untukku, Doli, untukku sendiri,
ia adalah sahabat. Aku datang bersamanya, diantar
olehnya "
Itu juga sudah beberapa kali kudengar semenjak la menemuiku beberapa malam terakhir ini.
Aku tak pernah bosan mendengamya. Karena se-
80
http://cerita-silat.mywapblog.com
Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap
tiap kali ia mengatakannya, aku tidak memperhatikan apa yang ia katakan. aku cuma memperhatikan dan meresapi satu saja. Suaranya. Dan tiada
yang lebih kurindukan di dunia ini selain suara
Susylawaty.
"Dali ....|"
Kupererat dekapanku.
Heem ?
"Aku mau dengar lagu itu
"Yang mana?”
'Terakhir. Sebelum aku pergi l"
Kujangkau "Siera"ku yang selamanya kuletakkan di atas buffet kecil di sisi kanan ranjang. Jarumnya kuputar sampai batas off, dan tombol
on-nya kuhidupkan. Hening sebentar. Dan nafas-nafas Susy yang panas itu, menghembus lambat
dekat telingaku.
"Kau selalu memutar lagu itu, sayang? Selain
memutarkannya untukku?”
"Yal" kataku. Dan dengn lambat, aku manyambung : "Bahkan seperti isi suratmu yang terakhir, aku penuhi, Susy. Setiap mendengar lagu-lagu
kesayangan kita, setiap kali kubiarkan air mataku
menitik"
"Kau kan lelaki, sayang?"
"Lelaki juga punya hak untuk menangis, Susy.
Apalagi untuk menangisi gadis seperti engkau,
mengenangkan kepergian seorang perawan seperti
81
http://cerita-silat.mywapblog.com
Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap