Cerita The Broker | Sang Broker | by John Grisham | Sang Broker | Cersil Sakti | Sang Broker pdf
Iblis Dunia Persilatan - Bung Aone Penunggu Jenazah - Abdullah Harahap Seducing Cinderella - Gina L. Maxwell Tangan Tangan Setan - Abdullah Harahap Sepasang Mata Iblis - Abdullah Harahap
ali, padahal Marco pada akhirnya akan
membuatnya terbunuh.
Ketika waktu mendadak berhenti, ia memikirkan pengampunan hukuman
tersebut. Dengan abolisi : itu, ia benar-benar membuka halaman baru,
Pemerintah AS tidak bisa memaksa Swiss membeku- 1 kan rekeningnya. Swiss
tidak pernah membekukan 1 rekening! Swiss imun dari segala paksaan! Itu
sebab- 1 nya bank-bank mereka penuh dengan jarahan dari 1 segala penjuru
dunia.
Ini Swiss!
Elke memanggil dan meminta Joel mengikutinya ke lantai bawah. Di hari-hari lain, ia mau saja mengikuti Elke ke mana pun, tapi sekarang hanya ke
lantai bawah.
Ia pernah masuk ke lemari besi pada kunjungan sebelumnya. Letaknya di
bawah tanah, turun beberapa tingkat, walaupun para klien tak pernah tahu
sedalam apa mereka turun ke bawah tanah Swiss. Semua pintu sekitar tiga
puluh sentimeter tebalnya, semua dinding tampak terbuat dari timah, semua
langit-langit penuh dengan kamera pengintai. Elke menyerahkan Joel kepada
Van Thiessen lagi.
Kedua ibu jarinya di-scan untuk mencocokkan sidik tari. Pemindai optis
memotret wajahnya. "Nomor tujuh," ujar Van Thiessen sambil menunjuk. "Saya
akan menunggu di sana," katanya, lalu keluar dari ptmu,
loel menyusuri lorong pendek, melewati enam
P1MU g ^jendela, sampai tiba di pintu ke
tujuh. Ia menekan tombol, segala sesuatu bergerak dan mengeluarkan bunyi
ceklikan di dalam, lalu pintu pun terbuka. Ia masuk, dan Van Thiessen sudah
menunggunya.
Ruangan tersebut tak sampai dua meter persegi luasnya, dengan tiga
dinding berisi lemari-lemari besi pribadi, kebanyakan tak lebih besar daripada
kotak sepatu. "Nomor lemari besi Anda?" tanya Van Thiessen. "L2270." "Benar."
Van Thiessen melangkah ke sebelah kan an, sedikit metunduk di depan
L2270. Di keypad lemari besi itu ia memencet beberapa nomor, lalu
menegakkan tubuh dan berkata, "Silakan."
Di bawah pengamatan tajam Van Thiessen, Joel maju mendekati lemari
besinya dan memasukkan nomor kode. Sembari melakukannya, ia membisikkan
angka-angka yang selamanya terpatri dalam ingatan, "Delapan puluh satu, lima
puluh lima, sembilan puluh empat, sembilan puluh tiga, dua puluh tiga" Lampu
hijau kecil berkedip-kedip di keypad. Van Thiessen tersenyum dan berujar,
"Saya akan menunggu di depan. Bunyikan bel bila Anda sudah selesai."
Saat akhirnya sendiri, Joel mengambil kotak baja dati lemari besinya dan
membuka tutupnya. Diambilnya amplop berlapis tebal dan dibukanya.
Di dalamnya terdapat empat disk Jaz berkapasitas dua gigabyte yang dulu
pernah bernilai satu miliar dolar.
Ia mengambil waktu sejenak, tapi tak lebih dari enam puluh detik. Toh ia
aman saat ini, dan kalau ingin merenung, apa ruginya?
Ia memikirkan Safi Mirza, Fazal Sharif, dan Farooq Khan, pemuda-pemuda brilian yang menemukan Neptunus, yang kemudian menyusun
rangkaian besar perangkat lunak untuk memanipulasi sistem tersebut. Mereka
semua sudah mati sekarang, terbunuh oleh keserakahan yang naif dan
kesalahan memilih ahli hukum. Ia memikirkan Jacy Hubbard, bajingan kasar
yang karismatik dan banyak bicara, yang telah mengelabui para pemilik hak
suara sepanjang kariernya dan akhirnya menjadi terlalu serakah. Ia memikirkan
Carl Pratt, Kim Boling, dan belasan rekanan yang direngkuhnya ke dalam biro
mereka yang makmur, dan hidup mereka yang diluluhlantakkan benda yang
sekarang berada di tangannya. Ia memikirkan Neal dan aib yang disebabkan
ayahnya ketika skandal itu menyebar ke seluruh penjuru Washington dan
penjara tak sekadar kepastian, tapi bahkan menjadi tempat perlindungan.
Dan ia memikirkan dirinya sendiri, bukan dalam arti egois, bukan untuk
mengasihani diri, bukan untuk mengalihkan beban kesalahan ke
pundak orang lain. Betapa berantakan hidup yang dijalaninya, sejauh ini,
paling tidak Meskipun ia ingin sekali kembali dan melakukannya dengan cara
berbeda, ia tidak punya waktu untuk memanjakan diri dengan pikiran-pikiran
itu. Hidupmu tinggal beberapa tahun lagi, Joel, atau Marco, atau Giovanni,
atau, persetan, siapa pun namamu. Untuk pertama kalinya dalam hidupmu
yang busuk ini, bagaimana kalau kau melakukan apa yang benar, bukan apa
yang menguntungkan?
Dimasukkannya disk-dis
http://cerita-silat.mywapblog.com
k itu ke dalam amplop, lalu amplop itu masuk ke
koper, dan dikembalikannya kotak baja itu ke lemari besi. Ia memencet bel
memanggil Van Thiessen.
Kembali di kantornya, yang hebat, Van Thiessen memberikan map dengan
selembar kertas di dalamnya. "Ini ringkasan laporan rekening Anda," ia
memberitahu. "Sangat sederhana. Seperti Anda ketahui, tidak ada aktivitas
selama ini."
"Kalian hanya memberikan bunga satu persen," kata Joel.
"Anda mengetahui tingkat bunga kami ketika membuka rekening ini, Mr.
Backman." "Ya, aku tahu."
"Kami melindungi uang Anda dengan cara-cara ain.
"Tentu saja." Joel menutup map itu dan mengembalikannya. "Aku tidak ingin
menyimpannya. Kau sudah mengambil uangnya?" " "Ya, sedang dibawa ke atas."
"Bagus. Aku memerlukan beberapa hal lagi." Van Thiessen mengambil notes dan
siap sedia dengan penanya. "Ya," ucapnya.
"Aku ingin mengirim seratus ribu ke bank di Washington D. C. Kau bisa
merekomendasikan salah satu bank?"
"Tentu. Kami bekerja sama dengan Maryland Trust."
"Bagus, kirim uangnya ke sana, dan dengan perintah kawat bukalah rekening
tabungan biasa. Aku ridak akan menulis cek, hanya mengambil dana."
"Atas nama siapa?"
"Joel Backman dan Neal Backman." Ia mulai terbiasa dengan namanya lagi,
tidak merunduk berlindung ketika mengucapkannya. Tidak menciut ketakutan,
menunggu bunyi tembakan. Ia menyukai perasaan itu.
"Baik," kata Van Thiessen. Tidak ada yang mustahil.
"Aku minta bantuan untuk kembali ke Amerika. Dapatkah asistenmu
mencarikan jadwal penerbangan ke Philadelphia dan New York?"
"Tentu saja. Kapan, dan dari mana?"
"Hari ini, secepat mungkin. Aku ingin menghin-dari bandara di sini. Kalau naik mobil, berapa jauh Munich dari sini?"
"Dengan mobil, tiga atau empat jam."
"Dapatkah kau menyediakan mobil?"
"Saya yakin kami bisa mengaturnya."
"Aku lebih suka keluar dari ruang bawah tanah gedung ini, dengan mobil
yang dikemudikan seseorang yang tidak berpakaian seperti sopir. Jangan pakai
mobil hitam, pokoknya yang tidak menarik perhatian."
Van Thiessen berhenti menulis dan melontarkan pandangan bingung.
"Apakah Anda dalam bahaya, Mr. Backma n?"
"Mungkin. Aku tidak yakin, dan aku tidak mau ambil risiko."
Van Thiessen merenungkannya sesaat, lalu berkata, "Anda ingin kami
memesan tempat dalam penerbangan itu?"
"Ya."
"Kalau begitu, saya perlu melihar paspor Anda."
Joel mengeluarkan paspor pinjaman Giovanni Van Thiessen meneutinya
untuk waktu lama, wajah kalem ala bankirnya tidak bisa menyembunyikan
ekspresi sebenarnya. Ia bingung dan khawatir. Akhirnya ia berkata, "Mr.
Backman, Anda akan bepergian menggunakan paspor orang lain."
"Benar."
"Masih."
"Saya menganggap Anda tidak punya paspor." "Mereka dulu mengambilnya."
"Bank ini tidak ingin mengambil bagian dalam tindakan kriminal. Kalau paspor
ini dicuri-" "Aku menjamin paspor ini tidak dicuri." "Lalu bagaimana Anda-"
"Katakan saja itu pinjaman, oke?" . "Tapi menggunakan paspor orang lain adalah
pelanggaran hukum."
"Tak perlulah kita memusingkan diri dengan kebijakan keimigrasian Amerika
Serikat, Mr. Van Thiessen. Ambilkan saja jadwal penerbangan itu. Aku yang
akan memilin waktunya. Asisten Anda bisa melakukan pemesanan atas nama
bank Potong saja dari rekeningku. Carikan mobil dan sopir untukku. Potong dari
rekeningku juga, kalau itu maumu. Semua sederhana saja."
Ini toh cuma paspor. Masa bodoh, klien-klien lain bahka n memiliki tiga atau
empat paspor. Van Thiessen mengembalikan paspor itu pada Joel dan berkata,
"Baiklah. Ada yang lain?"
"Aku perlu akses Internet, Aku yakin komputer-komputermu aman." "Tentu
saja."
inilah isi e-mailnya pada Neal:
Grinch-Dengan sedikit keberuntungan, aku akan tiba di AS malam ini. Beli
ponsel baru hari ini juga. Jangan biarkan hilang dari pandanganmu. Besok pagi,
teleponlah Hilton, Marriott, dan Sheraton, di pusat kota Washington. Minta
bicara dengan Giovanni Ferro. Itu aku. Telepon Carl Pratt pagi ini juga, dengan
telepon baru. Desaklah agar Senator Clayburn datang ke D.C. Kita akan
membayar pengeluarannya. Katakan ini sangat mendesak. Sebagai bantuan
untuk kawan lama. Jangan sampai ia bilang tidak. Jangan ada e-mail lagi
sampai
http://cerita-silat.mywapblog.com
Iblis Dunia Persilatan - Bung Aone Penunggu Jenazah - Abdullah Harahap Seducing Cinderella - Gina L. Maxwell Tangan Tangan Setan - Abdullah Harahap Sepasang Mata Iblis - Abdullah Harahap
ali, padahal Marco pada akhirnya akan
membuatnya terbunuh.
Ketika waktu mendadak berhenti, ia memikirkan pengampunan hukuman
tersebut. Dengan abolisi : itu, ia benar-benar membuka halaman baru,
Pemerintah AS tidak bisa memaksa Swiss membeku- 1 kan rekeningnya. Swiss
tidak pernah membekukan 1 rekening! Swiss imun dari segala paksaan! Itu
sebab- 1 nya bank-bank mereka penuh dengan jarahan dari 1 segala penjuru
dunia.
Ini Swiss!
Elke memanggil dan meminta Joel mengikutinya ke lantai bawah. Di hari-hari lain, ia mau saja mengikuti Elke ke mana pun, tapi sekarang hanya ke
lantai bawah.
Ia pernah masuk ke lemari besi pada kunjungan sebelumnya. Letaknya di
bawah tanah, turun beberapa tingkat, walaupun para klien tak pernah tahu
sedalam apa mereka turun ke bawah tanah Swiss. Semua pintu sekitar tiga
puluh sentimeter tebalnya, semua dinding tampak terbuat dari timah, semua
langit-langit penuh dengan kamera pengintai. Elke menyerahkan Joel kepada
Van Thiessen lagi.
Kedua ibu jarinya di-scan untuk mencocokkan sidik tari. Pemindai optis
memotret wajahnya. "Nomor tujuh," ujar Van Thiessen sambil menunjuk. "Saya
akan menunggu di sana," katanya, lalu keluar dari ptmu,
loel menyusuri lorong pendek, melewati enam
P1MU g ^jendela, sampai tiba di pintu ke
tujuh. Ia menekan tombol, segala sesuatu bergerak dan mengeluarkan bunyi
ceklikan di dalam, lalu pintu pun terbuka. Ia masuk, dan Van Thiessen sudah
menunggunya.
Ruangan tersebut tak sampai dua meter persegi luasnya, dengan tiga
dinding berisi lemari-lemari besi pribadi, kebanyakan tak lebih besar daripada
kotak sepatu. "Nomor lemari besi Anda?" tanya Van Thiessen. "L2270." "Benar."
Van Thiessen melangkah ke sebelah kan an, sedikit metunduk di depan
L2270. Di keypad lemari besi itu ia memencet beberapa nomor, lalu
menegakkan tubuh dan berkata, "Silakan."
Di bawah pengamatan tajam Van Thiessen, Joel maju mendekati lemari
besinya dan memasukkan nomor kode. Sembari melakukannya, ia membisikkan
angka-angka yang selamanya terpatri dalam ingatan, "Delapan puluh satu, lima
puluh lima, sembilan puluh empat, sembilan puluh tiga, dua puluh tiga" Lampu
hijau kecil berkedip-kedip di keypad. Van Thiessen tersenyum dan berujar,
"Saya akan menunggu di depan. Bunyikan bel bila Anda sudah selesai."
Saat akhirnya sendiri, Joel mengambil kotak baja dati lemari besinya dan
membuka tutupnya. Diambilnya amplop berlapis tebal dan dibukanya.
Di dalamnya terdapat empat disk Jaz berkapasitas dua gigabyte yang dulu
pernah bernilai satu miliar dolar.
Ia mengambil waktu sejenak, tapi tak lebih dari enam puluh detik. Toh ia
aman saat ini, dan kalau ingin merenung, apa ruginya?
Ia memikirkan Safi Mirza, Fazal Sharif, dan Farooq Khan, pemuda-pemuda brilian yang menemukan Neptunus, yang kemudian menyusun
rangkaian besar perangkat lunak untuk memanipulasi sistem tersebut. Mereka
semua sudah mati sekarang, terbunuh oleh keserakahan yang naif dan
kesalahan memilih ahli hukum. Ia memikirkan Jacy Hubbard, bajingan kasar
yang karismatik dan banyak bicara, yang telah mengelabui para pemilik hak
suara sepanjang kariernya dan akhirnya menjadi terlalu serakah. Ia memikirkan
Carl Pratt, Kim Boling, dan belasan rekanan yang direngkuhnya ke dalam biro
mereka yang makmur, dan hidup mereka yang diluluhlantakkan benda yang
sekarang berada di tangannya. Ia memikirkan Neal dan aib yang disebabkan
ayahnya ketika skandal itu menyebar ke seluruh penjuru Washington dan
penjara tak sekadar kepastian, tapi bahkan menjadi tempat perlindungan.
Dan ia memikirkan dirinya sendiri, bukan dalam arti egois, bukan untuk
mengasihani diri, bukan untuk mengalihkan beban kesalahan ke
pundak orang lain. Betapa berantakan hidup yang dijalaninya, sejauh ini,
paling tidak Meskipun ia ingin sekali kembali dan melakukannya dengan cara
berbeda, ia tidak punya waktu untuk memanjakan diri dengan pikiran-pikiran
itu. Hidupmu tinggal beberapa tahun lagi, Joel, atau Marco, atau Giovanni,
atau, persetan, siapa pun namamu. Untuk pertama kalinya dalam hidupmu
yang busuk ini, bagaimana kalau kau melakukan apa yang benar, bukan apa
yang menguntungkan?
Dimasukkannya disk-dis
http://cerita-silat.mywapblog.com
Sang Broker - John Grisham
k itu ke dalam amplop, lalu amplop itu masuk ke
koper, dan dikembalikannya kotak baja itu ke lemari besi. Ia memencet bel
memanggil Van Thiessen.
Kembali di kantornya, yang hebat, Van Thiessen memberikan map dengan
selembar kertas di dalamnya. "Ini ringkasan laporan rekening Anda," ia
memberitahu. "Sangat sederhana. Seperti Anda ketahui, tidak ada aktivitas
selama ini."
"Kalian hanya memberikan bunga satu persen," kata Joel.
"Anda mengetahui tingkat bunga kami ketika membuka rekening ini, Mr.
Backman." "Ya, aku tahu."
"Kami melindungi uang Anda dengan cara-cara ain.
"Tentu saja." Joel menutup map itu dan mengembalikannya. "Aku tidak ingin
menyimpannya. Kau sudah mengambil uangnya?" " "Ya, sedang dibawa ke atas."
"Bagus. Aku memerlukan beberapa hal lagi." Van Thiessen mengambil notes dan
siap sedia dengan penanya. "Ya," ucapnya.
"Aku ingin mengirim seratus ribu ke bank di Washington D. C. Kau bisa
merekomendasikan salah satu bank?"
"Tentu. Kami bekerja sama dengan Maryland Trust."
"Bagus, kirim uangnya ke sana, dan dengan perintah kawat bukalah rekening
tabungan biasa. Aku ridak akan menulis cek, hanya mengambil dana."
"Atas nama siapa?"
"Joel Backman dan Neal Backman." Ia mulai terbiasa dengan namanya lagi,
tidak merunduk berlindung ketika mengucapkannya. Tidak menciut ketakutan,
menunggu bunyi tembakan. Ia menyukai perasaan itu.
"Baik," kata Van Thiessen. Tidak ada yang mustahil.
"Aku minta bantuan untuk kembali ke Amerika. Dapatkah asistenmu
mencarikan jadwal penerbangan ke Philadelphia dan New York?"
"Tentu saja. Kapan, dan dari mana?"
"Hari ini, secepat mungkin. Aku ingin menghin-dari bandara di sini. Kalau naik mobil, berapa jauh Munich dari sini?"
"Dengan mobil, tiga atau empat jam."
"Dapatkah kau menyediakan mobil?"
"Saya yakin kami bisa mengaturnya."
"Aku lebih suka keluar dari ruang bawah tanah gedung ini, dengan mobil
yang dikemudikan seseorang yang tidak berpakaian seperti sopir. Jangan pakai
mobil hitam, pokoknya yang tidak menarik perhatian."
Van Thiessen berhenti menulis dan melontarkan pandangan bingung.
"Apakah Anda dalam bahaya, Mr. Backma n?"
"Mungkin. Aku tidak yakin, dan aku tidak mau ambil risiko."
Van Thiessen merenungkannya sesaat, lalu berkata, "Anda ingin kami
memesan tempat dalam penerbangan itu?"
"Ya."
"Kalau begitu, saya perlu melihar paspor Anda."
Joel mengeluarkan paspor pinjaman Giovanni Van Thiessen meneutinya
untuk waktu lama, wajah kalem ala bankirnya tidak bisa menyembunyikan
ekspresi sebenarnya. Ia bingung dan khawatir. Akhirnya ia berkata, "Mr.
Backman, Anda akan bepergian menggunakan paspor orang lain."
"Benar."
"Masih."
"Saya menganggap Anda tidak punya paspor." "Mereka dulu mengambilnya."
"Bank ini tidak ingin mengambil bagian dalam tindakan kriminal. Kalau paspor
ini dicuri-" "Aku menjamin paspor ini tidak dicuri." "Lalu bagaimana Anda-"
"Katakan saja itu pinjaman, oke?" . "Tapi menggunakan paspor orang lain adalah
pelanggaran hukum."
"Tak perlulah kita memusingkan diri dengan kebijakan keimigrasian Amerika
Serikat, Mr. Van Thiessen. Ambilkan saja jadwal penerbangan itu. Aku yang
akan memilin waktunya. Asisten Anda bisa melakukan pemesanan atas nama
bank Potong saja dari rekeningku. Carikan mobil dan sopir untukku. Potong dari
rekeningku juga, kalau itu maumu. Semua sederhana saja."
Ini toh cuma paspor. Masa bodoh, klien-klien lain bahka n memiliki tiga atau
empat paspor. Van Thiessen mengembalikan paspor itu pada Joel dan berkata,
"Baiklah. Ada yang lain?"
"Aku perlu akses Internet, Aku yakin komputer-komputermu aman." "Tentu
saja."
inilah isi e-mailnya pada Neal:
Grinch-Dengan sedikit keberuntungan, aku akan tiba di AS malam ini. Beli
ponsel baru hari ini juga. Jangan biarkan hilang dari pandanganmu. Besok pagi,
teleponlah Hilton, Marriott, dan Sheraton, di pusat kota Washington. Minta
bicara dengan Giovanni Ferro. Itu aku. Telepon Carl Pratt pagi ini juga, dengan
telepon baru. Desaklah agar Senator Clayburn datang ke D.C. Kita akan
membayar pengeluarannya. Katakan ini sangat mendesak. Sebagai bantuan
untuk kawan lama. Jangan sampai ia bilang tidak. Jangan ada e-mail lagi
sampai
http://cerita-silat.mywapblog.com
Sang Broker - John Grisham