Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - 3

$
0
0
Cerita Silat | Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat | by Hong San Khek | Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat | Cersil Sakti | Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat pdf

Serial Dewi Ular - 32. Hantu Kesepian Sunshine Becomes You - Ilana Tan Aisyah Putri - Asma Nadia Dendam Berkarat Dalam Kubur - Abdullah Harahap Goosebumps 40. Boneka Hidup Beraksi III

„Tetapi kesabaran itu ada batasnya,” kata Chun San
  pula. „Maka setelah melihat bahwa perbuatanku yang
  mengalah itu jadi berbalik dianggap pengecut, aku
  jadi sengit. Aku mulai menyerang dengan ilmu-ilmu
  pukulan yang ringan, tetapi semakin lama semakin
  berat, sehingga akhirnya aku telah keluarkan ilmu-
  ilmu pukulan sangat lihay seperti apa yang kupernah
  ajarkan kepadamu.” (Sambil menggerakkan kaki
  tangannya, Chun San menoleh pada Lie Poan Thian).
  „Paling belakang, pada sebelum ia keburu berteriak
  meminta ampun, jari tanganku yang menyamber
  seperti kilat cepatnya telah tiba di bagian geger
  kirinya. Ia berteriak dan jatuh pingsan dengan tiga
  buah tulang iganya patah!” (Chun San tertawa).
  Lie Poan Thian kelihatan bernapas lega, hingga sambil
  berbangkit dari tempat duduknya ia menyoja pada An
  Chun San dan berkata: „Itulah justeru ada bagian
  paling setimpal yang ia harus dapatkan! Aku harus
  mengucap „Kiong-hie” atas kemenangan guruku.”
  Chun San yang dipuji-puji jadi semakin mangkak.
  „Sebetulnya masih untung ia dirobohkan dalam cara
  begitu dan dengan disodok iganya,” ia berkata sambil
  pelembungi dada. „Kalau ia kena kutendang, ia akan
  putus jiwanya di seketika itu juga!”
  Mendengar penuturan itu, Poan Thian dan ayahnya
  jadi sangat kagum atas kepandaian sang guru yang
  maha dahsyat itu.
  „Banyak jagoan-jagoan di kalangan Kang-ouw yang
  mendengar betapa lihaynya ilmu tendanganku,” Chun
  San melanjutkan ceritanya dengan penuh semangat,
  „telah sengaja mengunjungi kepadaku, dengan
  maksud buat minta diajarkan ilmu tendangan itu,
  tetapi aku menyatakan berkeberatan, berhubung
  kuatir nanti dipergunakan dengan sembar angan oleh
  mereka itu, hingga akhirnya aku sendirilah yang akan
  tanggung dosanya.”
  Poan Thian jadi heran dan berbalik tanya kepada sang
  guru itu: „Suhu,” katanya, „aku sungguh tidak mengerti
  dengan maksud omonganmu tadi. Cara
  bagaimanakah perbuatan orang lain bisa ditanggung
  olehmu, sedangkan kau sendiri ada kemungkinan
  tidak tahu-menahu tentang perbuatan sesuatu orang
  itu?”
  „Ya, itu memang kelihatannya tidak menjadi soal
  penting,” kata An Chun San, „tetapi sudah terang
  bahwa setiap orang yang menerima pelajaran ilmu
  menendang dari aku, dengan sendirinya berarti suatu
  kedosaan bagi diriku, apabila besok atau lusa ia
  menendang orang sehingga mati, karena ilmu
  tendangan itu adalah aku sendiri yang
  menciptakannya, bukan boleh meniru dari orang lain.”
  Lie Poan Thian mengangguk-anggukkan kepalanya
  selaku orang yang berpikir, tetapi ia tak coba
  berdeging lebih jauh, meskipun di dalam hatinya ia
  merasa kurang puas dengan jawaban gurunya itu.
  Sementara An Chun San yang melihat Poan Thian
  berdiam sejurus, ia kuatir kalau murid itu minta
  diajarkan ilmu tendangan yang dikatakan olehnya
  tadi, maka buat mencegah kejadian-kejadian lain
  yang akan menunjuk „tembaga” kepandaiannya, lalu
  buru-buru ia tersenyum sambil mengatakan: „Ilmu
  tendangan ini akan kuturunkan kepadamu nanti
  diakhir tahun pelajaran kedua.”
  Oleh karena Lie Poan Thian justeru hendak minta
  diajarkan ilmu tendangan itu, maka terpaksa ia tutup
  mulut dan mesti menunggu sampai lain tahun, dan
  itulah ada jalan pertama yang telah mendorong dia
  akan menciptakan ilmu tendangan baru, dengan
  mana dikemudian hari dia menjagoi di daerah lima
  propinsi utara.
  Lie Poan Thian yang berotak sangat terang, disamping
  meyakinkan ilmu silat yang diajarkan oleh An Chun
  San, juga dengan diam-diam ia telah coba
  menyempurnakan sendiri ilmu-ilmu silat yang
  dirasanya masih terdapat bagian yang lemah dan
  mudah diserang oleh ilmu silat lain.
  Pada suatu hari ketika Poan Thian minta diajarkan
  ilmu tendangan yang begitu diagulkan oleh An Chun
  San, dengan perasaan kurang enak sang guru itu
  telah berkata: „Belum boleh, belum boleh, karena
  ilmu-ilmu pukulan yang sekarang kau belum dapat
  yakinkan sehingga paham betul, cara bagaimana bisa
  dicampur aduk dengan pelajaran-pelajaran lain yang
  sifatnya jauh lebih sukar daripada itu?”
  Poan
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek

  Thian dilahir tidak coba membantah omongan
  gurunya, tetapi di dalam hati ia merasa sangat kurang
  puas, oleh sebab itu, selanjutnya ia belajar dengan
  terlebih giat, sehingga lama kelamaan Chun San jadi
  kuatir sekali, akan ilmu kepandaiannya sendiri
  akhirnya kena terdesak oleh sang murid. Buat
  mengaku yang ia sudah hampir kehabisan „kunci”
  untuk mengajarkan pada sang murid, sudah tentu
  saja tak mau ia berbuat begitu. Karena jikalau ia
  berhenti mengajar ilmu silat kepada Lie Poan Thian, ia
  kuatir tak akan mendapat pekerjaan lain yang
  terlebih menyenangkan. Tetapi, apa akal sekarang?
  Pikir punya pikir, akhirnya didapatilah suatu akal
  untuk memperpanjang tempo bekerjanya dengan
  jalan memberikan pelajaran lebih sedikit kepada
  muridnya. Oleh karena itu, dapatlah Chun San
  berdiam enam bulan pula lamanya di rumah keluarga
  Lie itu.
  Pada suatu hari di musim dingin, selagi orang enak
  berminum arak yang hangat di muka perapian, adalah
  Lie Poan Thian sedang asyiknya melatih ilmu silat
  ciptaannya di tengah pelataran halaman rumahnya.
  Dalam pada itu An Chun San yang menyaksikan
  perbuatan muridnya dari kejauhan, diam-diam merasa
  heran dan menduga-duga, ilmu silat apa itu yang
  sedang diyakinkan oleh Lie Poan Thian.
  Ia ingat pernah mengajarkan beberapa banyak
  macam ilmu pukulan pada sang murid itu, tetapi ini
  satu agak berlainan dengan apa yang ia telah pernah
  ajarkan. Betul di beberapa bagian dari ilmu silat yang
  sedang diyakinkannya itu mirip dengan ilmu pukulan
  Song-cong-koan, tetapi perubahan selanjutnya agak
  asing bagi pengetahuannya di kalangan itu. „Apakah
  gerangan nama aslinya ilmu pukulan ini?” An Chun
  San bertanya pada diri sendiri. Tetapi biarpun ia
  berpikir bolak-balik, tidak juga ia ketahui apa
  namanya ilmu pukulan yang sedang diyakinkan oleh
  sang murid itu.
  Ia sama sekali tidak menyangka bahwa semua itu
  adalah hasil daripada ciptaan Lie Poan Thian, yang
  telah didapat dengan berdasarkan pelajaran-pelajaran
  yang telah diberikan olehnya sendiri.
  Lebih jauh ia telah menyaksikan bagai mana kerasnya
  di waktu Poan Thian menendang, hingga angin
  tendangan itu bersuara dan terdengar olehnya yang
  terpisah dari tempat berlatih kira-kira duaratus tindak
  jauhnya.
  Chun San jadi sangat memuji di dalam hatinya. Tetapi
  berbareng dengan itu, ia jadi kuatir juga akan mesti
  lekas berlalu dari rumah itu, jikalau nanti Poan Thian
  telah paham benar dalam pelajaran-pelajaran
  silatnya.
  Sekarang ia telah menyaksikan dengan mata
  kepalanya sendiri, alangkah pesatnya Poan Thian
  telah peroleh kemajuan dalam pelajarannya.
  Chun San menghela napas dengan berat, apabila ia
  memikirkan itu semua, tetapi tidak urung akhirnya ia
  memanggil-manggil juga kepada Poan Thian yang
  sedang bersilat itu.
  Poan Thian lalu berhenti bersilat dan lekas menoleh ke
  belakang. Ketika menampak gurunya berdiri dari
  kejauhan, buru-buru ia mengunjukkan hormatnya dan
  tersenyum sambil berkata: „Oh, pada sangkaku siapa,
  tidak tahunya guruku sendiri. Belum tahu barusan
  Suhu memanggil aku ada petunjuk apakah yang
  hendak disampaikan kepadaku?”
  „Ilmu silat Song-cong-koan yang telah kau
  pertunjukkan tadi,” kata Chun San, „ternyata kurang
  benar dan banyak bagian yang masih perlu diperbaiki.
  Dalam waktu orang mempertunjukkan ilmu pukulan
  ini, bukan saja tenaga yang dikeluarkan harus cukup
  kuat, tetapi juga segala gerakannya pun tidak boleh
  dilakukan menyimpang daripada ketentuan-ketentuan
  yang memangnya sudah ada sedari dahulu. Maka dari
  sebab itu juga, kau harus ketahui dan perhatikan
  dengan sebaik-baiknya, bahwa titik kepentingannya
  ilmu ini ialah untuk dipakai memukul saluran darah
  Kie-hun-hiat. Musuh yang kena terpukul dengan ilmu
  pukulan Song-cong-koan ini, walaupun tidak mati
  seketika itu juga, akan tetapi sudah pasti dia akan
  menderita luka berat. Maka jikalau pemukulan itu
  dilakukan kurang tepat dan tidak cukup kuat, selain
  pihak musuh tidak sampai mengalami kesukaran apa-
  apa, malah diri kita sendiri bisa berbalik di
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek

 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>