Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - 4

$
0
0
Cerita Silat | Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat | by Hong San Khek | Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat | Cersil Sakti | Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat pdf

Petualangan Tom Sawyer - Mark Twain Pendekar Rajawali Sakti - 122. Sepasang Pendekar Bertopeng Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap Sang Broker - John Grisham Sumpah Berdarah - Abdullah Harahap

celakai
  olehnya. Kita pasti tak akan keburu menggunakan
  ilmu pukulan lain buat menjaga diri kita. Itulah
  bahayanya yang bisa diterbitkan oleh karena akibat
  kekeliruan-kekeliruan seperti apa yang telah
  ditunjukkan olehmu tadi.”
  Lie Poan Thian jadi melengak ketika mendengar
  keterangan begitu. Karena menurut keterangan-
  keterangan Chun San tadi, seolah-olah ia hendak
  mengatakan bahwa gerak-geriknya musuh harus
  mengimbangi jalannya ilmu pukulan Song-cong-koan
  itu, tetapi bukanlah ilmu pukulan itu yang harus
  disesuaikan jalannya untuk dapat merobohkan
  musuh.
  Musuh itu bukan boneka, dan ia pasti tidak tinggal
  diam apabila pihak musuh mendadak mengganti
  taktik dengan mengajukan lain macam ilmu pukulan.
  Tetapi dimanakah ada ilmu pukulan yang bisa
  dijalankan terus-menerus dari awal sehi ngga diakhir
  di dalam suatu pertempuran?
  Keterangan itu memang agak bo-ceng-lie dan bisa
  menerbitkan buah tertawaan orang, tetapi Poan Thian
  tidak berani berbantahan dan segera mengulangi pula
  ilmu Song-cong-koan tadi menuruti petunjuk-petunjuk
  Chun San yang sudah-sudah. Dan setelah selesai
  menjalankan ilmu pukulan tersebut, barulah ia
  menanyakan pendapat gurunya tentang ilmu pukulan
  itu.
  Tetapi Chun San lalu menggelengkan kepalanya
  sambil berkata: „Belum sempurna, walaupun itu boleh
  dikatakan lebih baik daripada tadi.”
  Lebih jauh buat membenarkan kekeliruan-kekeliruan
  yang telah diperbuat Poan Thian itu, maka Chun San
  lalu memberikan segala petunjuk yang, perlu dengan
  lisan dan praktek. Kemudian dengan menggunakan
  ilmu Song-cong-koan itu ia memukul sebuah pohon liu
  yang besar garis tengahnya sepelukan orang, hingga
  badan pohon yang bergoncang-goncang karena
  menerima pukulan Chun San yang begitu keras, telah
  menyebabkan juga banyak daunnya yang sudah tua
  jatuh terserak ke muka bumi.
  „Nah, kau lihat itu,” kata guru silat itu dengan
  perasaan bangga atas kekuatan tenaganya sendiri.
  „Dengan menyaksikan pada kejadian ini, tentulah kau
  bisa pikir sendiri berapa besarnya tenagaku. Maka
  biarpun musuh berotot besi atau bertulang tembaga
  juga, niscaya tak akan tahan dia menerima pukulan-
  pukulan semacam itu!”
  An Chun San tertawa bergelak-gelak sesudah berkata
  begitu.
  Sementara Lie Poan Thian yang menyaksikan
  kekuatannya sang guru, juga kelihatan kagum dan
  memuji tidak sudahnya. „Tetapi, Suhu,” kata sang
  murid, „cara bagaimanakah kita harus
  menghindarkannya, apabila pihak musuh kita yang
  menggunakannya ilmu Song-cong-koan itu?”
  An Chun San lalu menjawab dengan sembarangan,
  karena ilmu kepandaiannya memang masih sangat
  terbatas. „Oleh karena ilmu pukulan demikian pasti
  akan dilakukan dengan tenaga sepenuh-penuhnya,”
  kata sang guru. “maka tidak boleh kita tangkis
  dengan sembarangan. Kita bisa celaka sendiri apabila
  kita berlaku kurang sebat untuk menghindarkannya,
  maka buat dapat meloloskan diri daripada pukulan itu,
  aku pujikan supaya kau pergunakan ilmu pukulan
  „Gan-lok-peng-see” (burung meliwis jatuh di pasir
  rata). Ini harus kau perhatikan betul-betul. Bukankah
  ilmu, „Gan-lok-peng-see” ini sudah pernah kuajarkan
  kepadamu?” Chun San melanjutkan bicaranya.
  Poan Thian mengangguk. „Ya,” sahutnya.
  „Apakah engkau masih ingat cara bagaimana
  mempergunakannya?”
  „Masih ingat, masih ingat,” sahut sang murid.
  Selanjutnya karena merasa senang pasang omong
  tentang ilmu silat, maka Poan Thian lalu mengajukan
  pertanyaan-pertanyaan lain kepada sang guru.
  „Suhu, bagaimana kita harus memecahkan ilmu
  pukulan „Sian-jin-ciauw-ciang”?” tanyanya kemudian.
  (Sian-jin-ciauw-ciang artinya Sang dewa
  membentangkan telapak tangan).
 
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek

  1.02. Kesombongan Guru Yang Pahit
  „Pergunakanlah tipu „Hun-kim-siu” (Muslihat membagi
  emas),” sahut yang ditanya dengan tidak ragu-ragu
  lagi. „Sebab tipu silat yang kau katakan barusan itu,
  pada umumnya dipergunakan untuk menyerang
  dengan berturut-turut di waktu bertempur dengan
  musuh. Maka apabila orang menggunakan ilmu
  pukulan Hun-kim-siu buat menimpalinya, niscaya
  pihak musuh akan mengalami lebih bany ak celaka
  daripada selamat!”
  „Tetapi Tee-cu sendiri telah mendapat suatu jalan lain
  yang agak berbedaan dengan pendapat Suhu tadi,”
  katanya, „dan cara inipun dapat dipergunakan, untuk
  memecahkan tipu Sian-jin-ciauw-ciang itu.”
  An Chun San yang mendengar omongan sang murid,
  mendadak tampaknya jadi kurang senang.
  „Kurang ajar benar anak ini,” demikianlah pikirnya.
  „hingga baru saja belajar ilmu silat setahun lebih, ia
  sudah mengunjuk tingkah laku yang begitu sombong!
  Ia seolah-olah mau lebih menang daripadaku yang
  menjadi gurunya. Maka apabila aku tidak ajar sedikit
  adat, tentulah selanjutnya ia bisa khoa-bo
  (memandang enteng) kepadaku.” Oleh sebab itu ia
  berkata: „Apakah yang kau katakan barusan itu
  benar-benar?”
  Poan Thian menetapkan perkataannya dengan
  mengatakan: „Ya, benar.”
  An Chun San jadi semakin mendongkol mendengar
  jawaban itu, karena itu baginya boleh dianggap
  sebagai suatu tantangan.
  „Kalau begitu, baiklah!” katanya. „Aku hendak melihat
  cara hagaimana engkau akan menghindarkan dirimu,
  apabila aku menyerang kepadamu dengan tipu Sian-
  jin-ciauw-ciang!”
  Lalu ia maju mendekati kepada sang murid. Hampir
  dalam saat itu juga Chun San lalu mengayunkan
  tangan kirinya ke depan muka Lie Poan Thian, yang
  maksudnya untuk membikin terkesiap hati orang,
  sedang tangan kanannya yang menyusul dengan
  cepat, dimaksudkan untuk memukul jalan darah Thay-
  yang-hiat pada bagian pilingan murid itu. Serangan itu
  telah dilakukan oleh An Chun San dengan gerakan
  yang luar biasa cepatnya!
  Dalam pada itu Chun San percaya, bahwa Poan Thian
  tidak akan mampu memecahkan seran gan-serangan
  itu, jikalau bukan menggunakan ilmu Hun-kim-siu
  yang pernah diajarkannya.
  Tetapi dugaan itu ternyata meleset.
  Poan Thian bukan saja tidak menggunakan tipu Hun-
  kim-siu barang sedikit, malah gerakannya untuk
  menghindarkan diripun jauh berbeda daripada apa
  yang pernah diimpikan oleh An Chun San sendiri.
  Sang murid ini ternyata tidak melakukan penangkisan
  menurut cara yang pernah diajarkannya itu!
  Hal mana, sudah tentu saja, telah bikin Chun San jadi
  semakin mendongkol!
  Buat menghindarkan pukulan itu, Poan Thian bukan
  berkelit atau mengegos, hanyalah segera membuang
  diri ke belakang, tetapi berbareng dengan itu, kedua
  kakinya lalu dikasih bekerja untuk menyapu ke arah
  kakinya An Chun San.
  Sang guru jadi terkejut, ia tidak tahu dari mana Poan
  Thian dapat pelajarkan ilmu tendangan yang baginya
  masih agak asing ini.
  Buru-buru ia berlompat buat mengasih lewat sebelah
  kakinya Poan Thian yang menyamber kepadanya itu.
  Tetapi sebegitu lekas kakinya menginjak tanah, kaki
  Poan Thian yang menyamber balik telah bikin Chun
  San jadi gelagapan!
  „Celaka!” ia berteriak di dalam hati.
  Ia sama sekali tak menduga, bahwa muridnya dapat
  melakukan ilmu tendangan selihay itu!
  Akan menghindarkan diri dari tendangan musuh
  dengan jalan melompat ke atas, itulah bukan
  pekerjaan yang terlalu sukar; tetapi buat
  menghindarkan tendangan musuh yang menyamber
  di waktu kita akan menginjak tanah, itulah
  sesungguhnya ada saat yang paling berbahaya bagi
  kita. Dan itulah justeru ada di bagian ini yang Poan
  Thian telah mengambil ketika untuk menjajal
  kesebatan gurunya.
  Maka sebegitu lekas saat yang tegang itu telah
  sampai, sekonyong-konyong An Chun San terdengar
  berteriak: „Ayaah!” yang kemudian disusul dengan
  suara-suara „plak!” .,sret!” „gedebuk!”
  An Chun San yang telah terkena tendangan sang
  murid, tidak berbeda dengan daun-daun kering yang
  tertiup angin, ia terlempar jauh sekali d
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek

 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>