Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - 46

$
0
0
Cerita Silat | Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat | by Hong San Khek | Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat | Cersil Sakti | Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat pdf

Petualangan Tom Sawyer - Mark Twain Pendekar Rajawali Sakti - 122. Sepasang Pendekar Bertopeng Suara Dari Alam Gaib - Abdullah Harahap Sang Broker - John Grisham Sumpah Berdarah - Abdullah Harahap

Cu Ceng jadi kemekmek sehingga buat beberapa
  saat lamanya ia berdiri tegak bagaikan sebuah
  patung. Tetapi sebegitu lekas perasaan kagetnya telah
  menjadi kurangan, akhirnya timbullah rasa kepingin
  tahu di dalam hatinya kemana selanjutnya makhluk
  gaib itu telah berlalu. Jikalau Cu Ceng segera berlalu
  dari tempat itu, ada kemungkinan dia tak akan
  mengalami kecelakaan atau kejadian-kejadian tidak
  enak bagi dirinya sendiri. Tetapi justru karena ini,
  maka selanjutnya banyak orang yang jerih akan
  mengunjungi pula kelenteng kuno itu.
  Diceritakan tatkala Cu Ceng melihat makhluk itu
  melayang ke atas wuwungan kelenteng, buru-buru
  iapun masuk ke dalam buat coba memperhatikan
  kemana dia itu pergi. Tidak kira selagi bercelingukan
  kian kemari, mendadak ia telah dihujani sambitan
  batu dan pecahan genteng yang telah memaksa ia
  melarikan diri dari dalam kelenteng tersebut dengan
  mendapat luka-luka di badan dan dengan kepala
  separuh bonyok!
  Cu Ceng lari terbirit-birit dengan tidak memperdulikan
  lagi pada pakaiannya, yang dalam tempo sekejapan
  saja telah menjadi compang-camping karena
  tersangkut pohon-pohon berduri yang banyak
  terdapat di antara jalanan gunung yang sunyi senyap
  itu. Setibanya di rumahnya sendiri, ia telah jatuh
  ping¬san karena, letih berlari-lari tidak henti-hentinya.
  Demikianlah, pada hari esoknya, mulailah Cu Ceng
  menuturkan pengalamannya yang seram itu kepada
  teman-teman dan handai-taulannya.
  Maka setelah kabar itu bersambung-sambung dari
  satu ke lain mulut, orang lantas berpendapat bahwa
  kelenteng yang telah lama tidak diurus itu, tidak baik
  akan dikunjungi orang. Bukan saja di waktu malam
  hari, bahkan di waktu siang hari juga, selanjutnya tak
  ada pula orang yang sudi datang ke situ. Sekarang
  ditambah pula dengan munculnya makhluk gaib yang
  bersarang di situ, maka ada siapakah pula yang
  begitu edan buat berurusan dengan segala setan
  pejajaran itu?”
  Si baju kuning yang mendengar penuturan itu tampak
  mengangguk-anggukkan kepalanya sambil sebentar-
  sebentar minum arak yang dituangkan oleh
  kawannya itu.
  „Ceritaku ini belum habis sampai di situ saja,” kata si
  baju biru setelah membasahkan pula
  tenggorokkannya dengan arak.
  Sambil bermakan minum dengan perlahan, Poan Thian
  dan Kong Houw memperhatikan ceritanya si baju biru
  itu.
  „Cerita tentang adanya setan atau makhluk gaib di
  kelenteng Leng-coan-sie ini memang telah tersiar ke
  sana-sini dan diketahui oleh setiap penduduk kota
  Hang-ciu,” si baju biru memulai pula ceritanya.
  „Tatkala itu di Hang-ciu kebetulan ada serombongan
  piauw-su yang baru saja datang habis
  menghantarkan uang kiriman dari Gie Hin Piauw-kiok
  di Kwi-say. Salah seorang di antaranya yang menjadi
  pemimpin dan bernama Chio Hoat Coan, adalah
  seorang ahli silat jempolan yang sangat terkenal
  tentang keberaniannya.
  Ketika Chio Piauw-su mendengar kabar yang agak
  menggemparkan ini, ia jadi penasaran dan
  menyatakan tidak percaya dengan kabar yang bukan-
  bukan itu. Apalagi ketika mengunjungi kelenteng itu
  dan tidak dapat ketemukan apa-apa, ia jadi
  mendongkol dan lalu pergi menegur pada Siauw Cu
  Ceng, yang dikatakannya telah menyiarkan kabar
  justa untuk membikin para penduduk kota Hang-ciu
  jadi gelisah.
  Tetapi sudah tentu saja Cu Ceng pun tidak mau
  terima begitu saja tuduhan itu, hingga selain ia telah
  menetapkan itu dengan suara persumpahan, iapun
  menyatakan kesediaannya buat menghantarkan si
  piauw-su itu buat pergi mengunjungi kelenteng itu di
  waktu malam hari.
  Hoat Coan terima baik tawaran itu.
  Begitulah dengan hanya berduaan saja dan secara
  diam-diam, Cu Ceng dan si piauw-su itu lalu
  mengunjungi kelenteng tersebut.
  „Dimanakah biasanya setan itu terlihat?” bertanya
  Hoat Coan dengan perasaan tidak percaya.
  „Di sana, di ruangan besar,” sahut Cu Ceng sambil
  menunjuk ke dalam kelenteng itu.
  „Kalau begitu,” kata si piauw-su itu pula, „biarlah aku
  nanti pergi sendiri buat coba buktikan omonganmu
  itu.”
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek

  Cu Ceng menjawab: „Baik,” kemudian ia menantikan
  di luar untuk menyaksikan hal apa yang akan terjadi
  selanjutnya.
  Diceritakan ketika Hoat Coan masuk ke dalam
  kelenteng yang gelap itu, ternyata buat beberapa saat
  lamanya ia tidak melihat ada apa-apa yang
  menandakan bahwa di situ benar-benar pernah ada
  setan yang bersarang. Tetapi buat memastikan betul
  atau tidaknya kata orang di luaran, ia tidak lekas
  berlalu pada sebelum mendapat lihat apa-apa yang
  dirasanya baik untuk dijadikan bahan laporan dari
  penyelidikannya nanti.
  Tidak kira selagi ia menoleh ke sana-sini di dalam
  kegelapan yang membungkus keadaan di sekitarnya
  kelenteng itu, mendadak ia berpapasan dengan benda
  putih yang ia tidak lihat dari mana datangnya! Hoat
  Coan biarpun hatinya terkenal tabah, tidak urung
  pada waktu itu telah jadi gentar juga dan lalu
  berlompat mundur tanpa ia merasa lagi.
  Itulah ternyata suatu makhluk gaib yang telah
  dikatakan oleh Cu Ceng tadi!
  Maka setelah menetapkan hatinya, Hoat Coan lalu
  bertindak maju buat mencekal makhluk gaib itu,
  tetapi makhluk tersebut lalu tendangkan kakinya ke
  atas jubin dan terus menghilang di antara wuwungan
  kelenteng yang bersusun bagaikan mercu.
  Hoat Coan jadi semakin penasaran dan lalu susul
  makhluk itu dengan jalan mengikuti melayang ke
  atas wuwungan tersebut. Tetapi, tidak kira, pada
  sebelum bisa menginjak wuwungan itu, mendadak ia
  telah dihujani batu dan pecahan genteng yang telah
  membikin ia terpaksa lompat turun pula ke ruangan
  besar, dengan badan mendapat luka-luka dan kepala
  setengah bonjok seperti apa yang pernah dialami oleh
  Cu Ceng pada beberapa waktu yang lampau itu.
  Tetapi Hoat Coan ini ternyata berkepala lebih keras
  dan berlaku lebih nekat buat melakukan penyelidikan
  lebih jauh.
  „Jikalau aku belum ketahui apakah kau sesungguhnya
  setan atau manusia yang menyamar jadi setan,” kata
  si piauw-su itu, „belumlah puas aku melakukan
  penyelidikan ini!”
  Begitulah buat kedua kalinya ia telah mencoba buat
  naik ke atas wuwungan kelenteng itu, tetapi
  „sambutan” pada kali inipun ternyata tidak kalah
  „hangatnya” daripada apa yang telah dialaminya tadi.
  Karena selain batu-batu yang dipergunakannya untuk
  menyambit jauh lebih besar daripada tadi, bahkan
  genteng-genteng yang melayangpun bukan lagi
  dalam rupa pecahan yang kecil-kecil saja, hanyalah
  genteng-genteng utuh, yang sebuah antaranya telah
  mengenai dengan tepat sekali pada belakang kepala
  Chio Hoat Coan, hingga ini telah membikin mata Hoat
  Coan berkunang-kunang, kemudian tak ampun lagi
  jatuh roboh dalam keadaan pingsan.
  Tatkala akhirnya ia tersadar, ia dapatkan dirinya telah
  berada di luar kelenteng di atas dukungannya Siauw
  Cu Ceng
  Oleh sebab itu, ia sekarang baru mau percaya, bahwa
  apa yang telah dikatakan orang she Siauw itu,
  sesungguhnyalah berbukti dan bukan omong kosong
  belaka!
  Maka dengan terjadinya peristiwa yang tersebut
  paling akhir itu, boleh dikatakan sudah tidak ada
  barang satu manusia lagi yang sudi mengunjungi
  kelenteng kuno itu.”
  Demikianlah si baju biru telah mengakhiri
  penuturannya yang luar biasa itu.
  Lebih jauh oleh karena si baju kuning pun
  mengetahui, bahwa Siauw Cu Ceng dan Chio Hoat
  Coan itu adalah orang-orang yang namanya cukup
  terkenal di kota Hang-ciu, maka ia kelihatan mau
  percaya juga penuturan sahabatnya itu. Dari itu, ia
  terpaksa membatalkan maksudnya buat mengunjungi
  kelenteng tua Leng-coan-sie yang terletak di
  pegunungan Houw-kiu-san itu.
  Kemudian sesudah mereka puas bermakan minum
  dan membayar harganya makanan dan minuman,
  kedua orang itu lalu meninggalkan kedai arak itu,
  untuk melanjutkan perjalanan mereka akan pesiar di
  sekitar telaga yang terkenal itu.
  Sementara Poan Thian yang memasang telinga
  mendengari penuturan si baju biru tadi, lalu menoleh
  pada Cin Kong Houw dengan roman yang
  menandakan tidak percaya dengan segala obrolan
  yang dianggapnya kosong itu.
  „Apakah engkau percaya apa kata orang itu tadi?” ia
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek

 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>