Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - 70

$
0
0
Cerita Silat | Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat | by Hong San Khek | Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat | Cersil Sakti | Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat pdf

Serial Dewi Ular - 32. Hantu Kesepian Sunshine Becomes You - Ilana Tan Aisyah Putri - Asma Nadia Dendam Berkarat Dalam Kubur - Abdullah Harahap Goosebumps 40. Boneka Hidup Beraksi III

3.20. Bantuan Murid Bagi Mantan Guru
  Tatkala Chun San menanyakan, Poan Thian
  sebenarnya hendak pergi kemana, pemuda kita lalu
  tuturkan perutusannya, yang ia telah terima dari Beng
  Sim Suthay dari kelenteng Giok-hun-am. „Aku
  diperintah akan membantu In Cong Sian-su buat
  menaklukkan atau menangkap muridnya yang
  berkhianat dan bernama Wie Hui itu,” ia akhiri
  bicaranya.
  „Nama itu sudah lama aku dapat dengar,” kata Chun
  San, „tetapi sayang bukan di dalam golongan orang-
  orang yang terhormat. Menurut ceritera beberapa
  orang kawanku di kalangan Kang-ouw putih, Wie Hui
  itu adalah seorang ahli ilmu Pek-houw-kang yang
  paling muda di masa ini, jikalau tidak mau dikatakan
  paling baik dan paling pandai dari antara yang lain-
  lainnya.”
  „Ya, itupun aku telah ketahui sedikit dari mulut orang-
  orang yang aku ketemukan dalam perjuanganku,”
  sahut Lie Poan Thian.
  Sehabisnya bermakan minum dan Poan Thian
  membayar semua rekening meski Chun San
  mencegah dan hendak membayar sendiri, Chun San
  lalu ajak Poan Thian mampir ke tempat kediamannya
  dan menganjurkan, agar supaya pemuda itu suka
  berdiam beberapa hari lamanya sebagai tanda
  memperbaharui serta mempererat perhubungan
  mereka yang dahulu telah terputus itu.
  Poan Thian menurut untuk memenuhi pengharapan
  bekas gurunya itu.
  Dua malam telah lewat dengan tiada terjadi hal apa-
  apa yang penting untuk dituturkan di sini. Tetapi pada
  malam ketiga selagi Chun San menjamu Poan Thian
  duduk makan minum di halaman belakang tempat
  kediamannya, mendadak mereka telah dibikin kaget
  oleh sepasang bayangan manusia yang berkelebatan
  masuk ke halaman itu.
  Oleh karena An Chun San dan Poan Thian baru saja
  beberapa hari mengalami pertempuran, karuan saja
  mereka lantas menyangka, kalau-kalau kedatangan
  kedua orang itu tentu lah tidak bermaksud baik.
  Tidak kira ketika melihat tuan rumah dan tetamunya
  pada berbangkit dari tempat duduk masing-masing
  kedua orang tadi lalu maju menghampiri sambil
  berkata: ,,Selamat malam, tuan-tuan! Kedatangan
  kami ini bukanlah bermaksud jahat, sebagai¬mana
  kamu berdua tentu mengira. Kami berdua adalah
  kakak dan adik yang bernama Lauw Thay dan Lauw
  An, berdua saudara yang bekerja di bawah perintah
  Liu Tay Hong dan Hok Cit, yang tempo hari telah
  mengaku bernama Hok Cie Tee di hadapan tuan An.
  Oleh karena mengingat atas budi kebaikan tuan An
  yang telah berlaku dermawan memberikan bantuan
  yang berupa obat-obatan, pemeriksaan dengan cuma-
  cuma dan uang untuk menghidupkan seluruh rumah
  tangga kami, maka kami berdua walaupun bekerja di
  bawah perintah mereka, tetapi masih mempunyai
  liang-sim dan tidak bersedia akan mentaati tugas
  busuk yang kami sekarang telah diperintah untuk
  melakukannya.”
  Tatkala Chun San menanyakan, tugas apakah itu
  yang mereka telah diperintah buat lakukan pada
  malam itu, Lauw Thay lalu bentangkan telapak
  tangannya dan unjukkan itu pada si tuan rumah dan
  Lie Poan Thian di bawah penerangan api lampu.
  „Api!” kata mereka dengan suara yang hampir
  berbareng.
  „Kalau dugaanku tidak keliru,” kata An Chun San
  kemudian, „kamu berdua telah diperintah akan
  membakar rumah tanggaku ini. Apakah bukan begitu,
  maksud yang benar dari perkataan „Api” yang
  dituliskan dimana telapak tanganmu itu?”
  „Ya, benar,” sahut Lauw Thay. „Tetapi disamping itu,
  masih ada pula lain macam perintah yang bagi orang
  lain berarti amat hebat, tetapi bagi tuan An boleh
  dianggap sepi saja. Yaitu..... ini.”
  Sambil berkata begitu, Lauw Thay lalu
  membentangkan telapak tangan yang lainnya SOE
  (mati). Demikianlah tulisan yang tampak pada telapak
  tangan itu!
  „Tetapi ini boleh dikatakan tidak ada artinya bagi tuan
  An yang berilmu kepandaian jauh lebih tinggi
  daripada kami berdua,” kata Lauw Thay pula, „karena
  buat membunuh tuan An, aku percaya Hok Cit
  sendiripun belum tentu mampu, apalagi kami berdua
  yang bodoh dan tidak pernah berguru pada orang-
  orang pandai. Dimanalah kami bisa lakukan pekerjaan
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek

  yang seberat itu?”
  An Chun San dan Lie Poan Thian berdua jadi „kesima”
  waktu mendengar omongan itu. „Setelah sekarang
  kamu menyampaikan kabar yang tidak baik itu
  kepadaku,” kata Chun San akhir-akhirnya, „ada hal
  apakah lagi yang kamu hendak katakan selanjutnya?”
  „Kami berdua sebetulnya tidak akan kembali pula
  kepada mereka,” kata kedua orang itu. „Tetapi oleh
  karena kami kuatir akan hidup berkeliaran di luaran
  apabila komplotan Liu Tay Hong dan Hok Cit belum
  dapat dibasmi, maka kami bermohon, atas
  kebijaksanaan dan kedermawanan tuan An di sini,
  untuk memberikan kami berdua tempat bersembunyi
  untuk beberapa waktu lamanya. Apabila komplotan
  manusia-manusia busuk itu telah dibasmi oleh pihak
  yang berwajib, sudah tentu saja kami lantas berlalu
  dengan tidak menyusahkan apa-apa lagi bagi tuan
  An. Hanya belum tahu apakah tuan An sudi
  meluluskan atas permintaan kami ini?”.
  An Chun San mula-mula kelihatan ragu-ragu, karena
  biarpun mereka telah mengatakan bahwa mereka
  pernah menerima budi kebaikannya, tetapi ia sama
  sekali tidak pernah kenal, mereka asal dari mana dan
  dimana rumah tangga mereka yang dikatakannya itu.
  Air yang dalam bisa diukur, tetapi hati manusia cara
  bagaimanakah bisa diukurnya?
  „Kalau begitu aku punya suatu jalan yang paling baik
  bagi kamu berdua dan bagi aku juga yang berada di
  sini,” kata An Chun San setelah berpikir sejurus
  lamanya.
  Ketika mereka mendahului menanyakan, cara
  bagaimana yang Chun San akan atur buat menolong
  diri mereka, si tuan rumah lantas menjawab: „Begini.
  Sekarang aku berikan kamu ongkos duaratus tail
  perak untuk menyingkir sementara waktu lamanya
  ke tempat lain yang kamu kira cukup selamat untuk
  kamu berlindung. Dan di sana, apabila kamu
  mendengar kabar bahwa komplotan manusia-
  manusia busuk itu telah dibasmi oleh pihak yang
  berwajib, barulah kamu kembali lagi ke sini, agar
  supaya dengan begitu, akupun bisa atur cara lain
  guna menjamin penghidupanmu berdua. Tetapi belum
  tahu apakah kamu setuju dengan caraku ini?”
  Lauw Thay kelihatan menghela napas ketika
  mendengar omongan itu.
  „Cara itu rasanya boleh juga diturut,” kata Lauw An.
  “Karena disamping kita bisa menyelamati diri kita,
  tuan An di sinipun tidak usah kuatir jadi kerembet
  dengan urusan kita. Maka setelah kita tidak
  melupakan atas budi kebaikan tuan An terhadap
  seluruh keluarga kita, kitapun sebaliknya harus bantu
  berdaya guna keselamatan tuan An serumah tangga
  yang berdiam di desa Sam-li-tun ini.”
  „Ya, ya, itulah ada suatu jalan paling baik yang kukira
  bisa disetujui oleh kedua pihak,” kata Lie Poan Thian
  yang turut campur berbicara.
  Maka setelah mereka menyatakan mufakat, An Chun
  San lalu pergi mengambil sejumlah uang yang lalu
  diberikan pada mereka berdua sambil memesan
  seperti berikut:
  „Uang ini kamu boleh gunakan dengan sehemat-
  hematnya. Apabila nanti ternyata tidak cukup, kamu
  boleh suruhan orang datang membawa surat ke sini
  buat minta ditambahkan. Aku di sini selalu terbuka
  buat menolong sesuatu orang yang patut ditolong,
  apalagi terhadap pada orang-orang yang memangnya
  kupernah berhutang budi. Kalau nanti kamu sudah
  berada di tempat lain, jangan lupa akan
  memberitahukan alamatmu, agar jikalau nanti
  keadaan sudah tidak berbahaya lagi bagi mu berdua,
  akupun boleh segera panggil kamu kembali ke Sam-li-
  tun, buat membantu pekerjaanku atau mengatur cara
  lain yang bisa mendatangkan kebaikan bagi kita
  kedua pihak.”
  „Benar, benar,” menyetujui Lauw An. „Cara lain yang
  bisa digunakan dalam keadaan kesusu seperti
  sekarang, mungkin juga tidak ada lagi yang sebaik
  itu.”
  Sementara Lie Poan Thian yang lebih banyak
  mendengari pembicaraan orang daripada turut campur
  berbicara, akhir-akhirnya mendapat suatu pikiran yang
  segera diajukannya pada An Chun San seperti berikut:
  „Menurut pendapatku yang cupat, kiranya ada
  baiknya juga jikalau kedua saudara ini diperbantukan
  dalam sebuah piauw-kiok. Karena selain pekerjaan itu
  menyocokkan betul bagi baka
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek

 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>