Cerita Cinta | Ketika Barongsai Menari | by V. Lestari | Ketika Barongsai Menari | Cersil Sakti | Ketika Barongsai Menari pdf
Seindah Mata Kristalnya - Mayoko Aiko Pelangi di Sengigi - Mayoko Aiko Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek The Heroes of Olympus 3: The Mark of Athena (Tanda Athena) The Heroes of Olympus 2: The Son of Neptune (Putra Neptunus) bag I
kalau dibilang Bapak nyopet atau nyolong."
"Lantas mereka bilang apa?"
297
"Katanya, mungkin itu salah paham saja. Maklum temperamen orang sekarang. Sedikit-sedikit main keroyok. Murah sekali nyawa orang sekarang."
"Oh ya, apakah polisi menemukan uang pada diri Bapak ketika itu?"
"Dompetnya sih ada. Berikut KTP-nya. Tapi tak ada uangnya. Maklum sajalah."
"Apakah Pak Anwar berniat untuk memperpanjang kasus ini?" Adam perlu tahu.
"Maksudnya?"
"Minta polisi menyelidiki lebih lanjut, apakah peristiwa itu ada hubungannya dengan barang jarahan itu?"
Anwar mengerutkan keningnya. Sedikit pun ia tidak berpikir ke sana. "Buat apa, Pak? Itu cuma menyusahkan diri sendiri. Urusan barang jarahan itu kan haram. Bapak juga salah. Kenapa mau berurusan dengan penjarah? Apalagi sampai pemiliknya dimintai lima juta. Itu kan keterlaluan. Mestinya dikembalikan saja. Si penjarah tidak berhak minta imbalan."
"Ya. Saya juga nggak enak. Pikir-pikir, akan saya kembalikan saja uang yang diberi Bapak itu kepada si pemilik barang," kata Adam dengan serius. Ia memang bersungguh-sungguh. Apa artinya uang satu juta rupiah dibanding wibawa yang bisa diperolehnya?
"Benar sekali," Anwar mengagumi kejujuran Adam.
Ketika pamitan, Adam merasakan kelegaan yang tak terhingga.
Begitu tiba di rumah, Adam segera menceritakan pembicaraannya dengan Anwar kepada Kristin. Ia
298
pun menyodorkan uang satu juta rupiah yang sudah diganti amplopnya. "Berikanlah kepada Tante Maria, Kris. Minta tolong padanya untuk mengembalikan kepada Oom Bun atau istrinya. Sampaikan saja kisahnya."
Kristin senang sekali. Di samping bersyukur karena kejujuran Adam, ia juga bersemangat untuk ikut berperan dalam kasus itu.
Maria dan Henry tercengang mendengar cerita Kristin. Tiba-tiba mereka merasa harus mengubah penilaian terhadap Adam. Dengan spontan Henry mera ih telepon untuk menyampaikan berita terbaru itu. Kristi n ikut mendengarkan.
"Mereka sangat berterima kasih kepada Adam. Nanti malam Tom akan datang ke sini. Kalau boleh katanya ia ingin berbicara sendiri dengan Adam."
"Ya. Nanti saya sampaikan kepada Adam."
"Kaupikir ia akan keberatan menerima Tom, Kris?" Maria ingin tahu.
"Mudah-mudahan tidak."
"Sekarang Adam jadi baik lagi kepada kami. Apakah itu karena Jason sudah mau menerimanya, Kris?" tanya Maria. Belakangan ini dia dan Henry tak pernah lagi mendengar jerit tangis Jason bila Adam ada di rumah.
Kristin menggelengkan kepala. Wajahnya agak muram. "Dia belum mencoba, Tante. Sampai saat ini ia tak pernah masuk kamar bayi atau mendekati Jason. Ia masih takut rupanya."
"Ia harus bersabar. Siap mental dulu," kata Henry.
"Apa kau sudah mencoba membujuk Jason?" tanya Maria.
299
"Oh, tentu saja sudah, Tante. Setiap saya mengurusnya, saya selalu mengoceh kepadanya. Baik-baik sama Papa, ya? Dia kan sayang sama kamu? Sayang dia tak bisa memberi reaksi."
"Siapa tahu dia bisa memahami. Teruskan saja, Kris."
Tom menyampaikan terima kasih orangtua dan juga dirinya sendiri kepada Adam. Kristin menyertai pembicaraan keduanya. Tapi ia lebih banyak mendengarkan. Sesekali ia menjenguk Jason yang berada di kereta bayinya di sudut ruang yang sama. Ia sengaja meletakkan Jason di situ supaya berada berdekatan dengannya, tapi tidak terlalu dekat dengan Adam. Tapi sesungguhnya ada juga maksud lain. Ia ingin memberi kesempatan pada Tom untuk melihat Jason, Setelah mengetahui riwayat hidup Tom dari Maria, ia merasakan simpati yang mendalam kepada lelaki itu. Pastilah ketertarikan Tom kepada Jason disebabkan karena pengalaman pahitnya itu. Pada suatu saat ia pernah mendambakan anak lalu menunggu-nunggu kelahirannya dengan tak sabar. Mungkin ia berangan-angan muluk perihal si anak kelak. Sama seperti Adam. Tetapi setelah si anak lahir, semuanya berantakan oleh kejutan yang sangat menyakitkan. Di satu sisi dia senasib dengan Adam.
Karena itu Kristin ingin memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada Tom untuk "menikmati" Jason. Waktu dan kesempatan bagi Tom memang tidak banyak. Tetapi ia juga harus berhati-hati menjaga perasaan Adam.
Tom dan Adam tidak lagi memperbincangkan
300
kasus Harun. Memang tak ada la
http://cerita-silat.mywapblog.com
gi hal baru yang bisa diketahui Tom. Mereka hanya menceritakan pekerjaan masing-masing secara sekilas. Sekadar sebagai bahan perbincangan. Lalu Tom pamitan untuk selanjutnya pergi ke rumah Maria. Ia tak lupa menjenguk Jason di keretanya. Tapi ia berusaha untuk tidak bersikap berlebihan. Ia sadar, Adam mengawasi: Sebenarnya Kristin ingin sekali ikut dengan Tom ke rumah Maria sambil membawa Jason. Di sana pasti akan berlangsung diskusi yang seru perihal, kasus itu. Tetapi ia menyadari bahwa Adam pasti tidak akan senang. Rasanya memang kurang pantas. Apalagi ia sudah punya komitmen dengan Adam untuk menjaga perasaan masing-masing.
Karena itu Kristin kaget ketika Adam menanyakan apakah ia tidak mau ikut dengan Tom, sekalian mengajak Jason berjalan-jalan. Tom juga kaget mendengar pertanyaan Adam itu. Apakah itu suatu basa-basi, penjajakan, atau semacam tes?
Kristin mengamati wajah Adam, ingin tahu apa sesungguhnya yang ada di balik itu. Jangan-jangan Adam cuma ingin mencoba sampai di mana kesungguhan komitmennya. Tapi Adam tersenyum lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Kristin, ia berbisik, "Kau bisa menceritakan padaku nanti apa saja yang mereka bicarakan. Kalau aku yang ikut kan malu."
Kristin merasa lega. Jadi Adam memang tulus. Tentu saja keinginan Adam itu bisa dipahami. Wajar saja.
"Jadi Adam benar-benar tidak keberatan?" tanya Tom saat berjalan di sisi Kristin yang mendorong kereta
301
bayi. Ia masih menyimpan kekhawatiran. Bagaimana kalau pulang nanti Kristin disambut dengan kemarahan?
Kristin tidak keberatan menyampaikan apa yang dibisikkan Adam kepadanya tadi.
Tom merasa lega. "Kan tidak apa-apa kalau dia ikut. Kenapa tidak kauajak saja?"
"Dia pasti tidak mau, Tom. Dia baru saja memperbaiki hubungan dengan Tante dan Oom. Jadi malunya masih tebal."
Maria dan Henry menyambut keduanya dengan terheran-heran. "Apakah Adam tidak keberatan?" tanya mereka. Kristin perlu mengulangi pen jelasannya. Adam sudah berubah menjadi lebih baik.
Maria menyerahkan uang satu juta rupiah yang dititipkan kepadanya itu pada Tom.
"Kasihan Pak Harun," kata Tom. "Gara-gara mengembalikan guci itu, ia kehilangan nyawa."
"Tapi aku tidak mengerti," kata Maria. "Seandainya dia memang sengaja dibunuh, apa sebabnya? Bukankah ia sudah berjasa mendapatkan imbalan bagi si penjarah? Kalau si penjarah tidak percaya pada Pak Harun sejak semula, kenapa diserahkannya barang itu? Jual saja pada orang lain."
"Itu memang mengherankan. Kenapa si penjarah perlu menunggu lama sebelum melepaskan barang itu?" kata Tom.
"Katanya, barang itu nggak laku dijual," Kristin ikut bicara. Ia mendengar ceritanya dari Adam.
"Masa barang sebagus itu nggak laku?!" Henry tidak percaya. "Apalagi kalau dijual murah. Kukira si penjarah sayang melepasnya."
302
"Katanya, barang itu membawa sial pada yang menyimpan," kata Kristin.
"Nah, apalagi ada soal itu. Kenapa dia tidak melepasnya saja? Ah, bohong kali." Henry tidak percaya.
"Susah juga mengetahui penyebabnya. Pak Harun sudah tak bisa ditanyai."
"Adam juga tidak tahu lebih banyak. Tapi untung saja ia tidak menyertai Harun ke sana. Bisa-bisa ia ikut jadi korban," kata Kristin.
"Kalau begitu memang Harun punya motivasi kurang baik. Bila Adam sampai ikut, kan ketahuan seberapa banyak dia mencatut. Itulah akibat keserakahannya," Maria menyimpulkan.
"Apakah Adam diberitahu oleh Harun, siapa sebenarnya orang yang menyerahkan guci itu kepadanya?" tanya Tom.
Kristin menggeleng. "Kata Harun ia sendiri tidak tahu. Seorang pemuda yang dikenalnya berperan sebagai perantara. Padahal Adam juga ingin tahu."
"Jadi semuanya gelap," Tom menyimpulkan.
"Ya. Dibawa oleh Pak Harun," keluh Maria.
"Sudahlah. Mungkin sudah jalannya nasib," kata Henry. "Bagaimana reaksi orangtuamu, Tom?"
"Mereka juga pasrah. Jangan sampai ada korban lagi, kata Mama. Dan Papa sudah cukup senang karena gucinya sudah kembali."
Kristin tak mau menghabiskan waktu terlalu banyak. Ia pamitan. Tom juga. Bersama-sama mereka keluar. Tom yang mendorong kereta bayi.
Maria dan Henry melepas keduanya sambil mengamati dari depan pintu pagar. "Cukup drastis perubahan si Adam ya, Pa?" kata
http://cerita-silat.mywapblog.com
Seindah Mata Kristalnya - Mayoko Aiko Pelangi di Sengigi - Mayoko Aiko Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek The Heroes of Olympus 3: The Mark of Athena (Tanda Athena) The Heroes of Olympus 2: The Son of Neptune (Putra Neptunus) bag I
kalau dibilang Bapak nyopet atau nyolong."
"Lantas mereka bilang apa?"
297
"Katanya, mungkin itu salah paham saja. Maklum temperamen orang sekarang. Sedikit-sedikit main keroyok. Murah sekali nyawa orang sekarang."
"Oh ya, apakah polisi menemukan uang pada diri Bapak ketika itu?"
"Dompetnya sih ada. Berikut KTP-nya. Tapi tak ada uangnya. Maklum sajalah."
"Apakah Pak Anwar berniat untuk memperpanjang kasus ini?" Adam perlu tahu.
"Maksudnya?"
"Minta polisi menyelidiki lebih lanjut, apakah peristiwa itu ada hubungannya dengan barang jarahan itu?"
Anwar mengerutkan keningnya. Sedikit pun ia tidak berpikir ke sana. "Buat apa, Pak? Itu cuma menyusahkan diri sendiri. Urusan barang jarahan itu kan haram. Bapak juga salah. Kenapa mau berurusan dengan penjarah? Apalagi sampai pemiliknya dimintai lima juta. Itu kan keterlaluan. Mestinya dikembalikan saja. Si penjarah tidak berhak minta imbalan."
"Ya. Saya juga nggak enak. Pikir-pikir, akan saya kembalikan saja uang yang diberi Bapak itu kepada si pemilik barang," kata Adam dengan serius. Ia memang bersungguh-sungguh. Apa artinya uang satu juta rupiah dibanding wibawa yang bisa diperolehnya?
"Benar sekali," Anwar mengagumi kejujuran Adam.
Ketika pamitan, Adam merasakan kelegaan yang tak terhingga.
Begitu tiba di rumah, Adam segera menceritakan pembicaraannya dengan Anwar kepada Kristin. Ia
298
pun menyodorkan uang satu juta rupiah yang sudah diganti amplopnya. "Berikanlah kepada Tante Maria, Kris. Minta tolong padanya untuk mengembalikan kepada Oom Bun atau istrinya. Sampaikan saja kisahnya."
Kristin senang sekali. Di samping bersyukur karena kejujuran Adam, ia juga bersemangat untuk ikut berperan dalam kasus itu.
Maria dan Henry tercengang mendengar cerita Kristin. Tiba-tiba mereka merasa harus mengubah penilaian terhadap Adam. Dengan spontan Henry mera ih telepon untuk menyampaikan berita terbaru itu. Kristi n ikut mendengarkan.
"Mereka sangat berterima kasih kepada Adam. Nanti malam Tom akan datang ke sini. Kalau boleh katanya ia ingin berbicara sendiri dengan Adam."
"Ya. Nanti saya sampaikan kepada Adam."
"Kaupikir ia akan keberatan menerima Tom, Kris?" Maria ingin tahu.
"Mudah-mudahan tidak."
"Sekarang Adam jadi baik lagi kepada kami. Apakah itu karena Jason sudah mau menerimanya, Kris?" tanya Maria. Belakangan ini dia dan Henry tak pernah lagi mendengar jerit tangis Jason bila Adam ada di rumah.
Kristin menggelengkan kepala. Wajahnya agak muram. "Dia belum mencoba, Tante. Sampai saat ini ia tak pernah masuk kamar bayi atau mendekati Jason. Ia masih takut rupanya."
"Ia harus bersabar. Siap mental dulu," kata Henry.
"Apa kau sudah mencoba membujuk Jason?" tanya Maria.
299
"Oh, tentu saja sudah, Tante. Setiap saya mengurusnya, saya selalu mengoceh kepadanya. Baik-baik sama Papa, ya? Dia kan sayang sama kamu? Sayang dia tak bisa memberi reaksi."
"Siapa tahu dia bisa memahami. Teruskan saja, Kris."
Tom menyampaikan terima kasih orangtua dan juga dirinya sendiri kepada Adam. Kristin menyertai pembicaraan keduanya. Tapi ia lebih banyak mendengarkan. Sesekali ia menjenguk Jason yang berada di kereta bayinya di sudut ruang yang sama. Ia sengaja meletakkan Jason di situ supaya berada berdekatan dengannya, tapi tidak terlalu dekat dengan Adam. Tapi sesungguhnya ada juga maksud lain. Ia ingin memberi kesempatan pada Tom untuk melihat Jason, Setelah mengetahui riwayat hidup Tom dari Maria, ia merasakan simpati yang mendalam kepada lelaki itu. Pastilah ketertarikan Tom kepada Jason disebabkan karena pengalaman pahitnya itu. Pada suatu saat ia pernah mendambakan anak lalu menunggu-nunggu kelahirannya dengan tak sabar. Mungkin ia berangan-angan muluk perihal si anak kelak. Sama seperti Adam. Tetapi setelah si anak lahir, semuanya berantakan oleh kejutan yang sangat menyakitkan. Di satu sisi dia senasib dengan Adam.
Karena itu Kristin ingin memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada Tom untuk "menikmati" Jason. Waktu dan kesempatan bagi Tom memang tidak banyak. Tetapi ia juga harus berhati-hati menjaga perasaan Adam.
Tom dan Adam tidak lagi memperbincangkan
300
kasus Harun. Memang tak ada la
http://cerita-silat.mywapblog.com
Ketika Barongsai Menari - V. Lestari
gi hal baru yang bisa diketahui Tom. Mereka hanya menceritakan pekerjaan masing-masing secara sekilas. Sekadar sebagai bahan perbincangan. Lalu Tom pamitan untuk selanjutnya pergi ke rumah Maria. Ia tak lupa menjenguk Jason di keretanya. Tapi ia berusaha untuk tidak bersikap berlebihan. Ia sadar, Adam mengawasi: Sebenarnya Kristin ingin sekali ikut dengan Tom ke rumah Maria sambil membawa Jason. Di sana pasti akan berlangsung diskusi yang seru perihal, kasus itu. Tetapi ia menyadari bahwa Adam pasti tidak akan senang. Rasanya memang kurang pantas. Apalagi ia sudah punya komitmen dengan Adam untuk menjaga perasaan masing-masing.
Karena itu Kristin kaget ketika Adam menanyakan apakah ia tidak mau ikut dengan Tom, sekalian mengajak Jason berjalan-jalan. Tom juga kaget mendengar pertanyaan Adam itu. Apakah itu suatu basa-basi, penjajakan, atau semacam tes?
Kristin mengamati wajah Adam, ingin tahu apa sesungguhnya yang ada di balik itu. Jangan-jangan Adam cuma ingin mencoba sampai di mana kesungguhan komitmennya. Tapi Adam tersenyum lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Kristin, ia berbisik, "Kau bisa menceritakan padaku nanti apa saja yang mereka bicarakan. Kalau aku yang ikut kan malu."
Kristin merasa lega. Jadi Adam memang tulus. Tentu saja keinginan Adam itu bisa dipahami. Wajar saja.
"Jadi Adam benar-benar tidak keberatan?" tanya Tom saat berjalan di sisi Kristin yang mendorong kereta
301
bayi. Ia masih menyimpan kekhawatiran. Bagaimana kalau pulang nanti Kristin disambut dengan kemarahan?
Kristin tidak keberatan menyampaikan apa yang dibisikkan Adam kepadanya tadi.
Tom merasa lega. "Kan tidak apa-apa kalau dia ikut. Kenapa tidak kauajak saja?"
"Dia pasti tidak mau, Tom. Dia baru saja memperbaiki hubungan dengan Tante dan Oom. Jadi malunya masih tebal."
Maria dan Henry menyambut keduanya dengan terheran-heran. "Apakah Adam tidak keberatan?" tanya mereka. Kristin perlu mengulangi pen jelasannya. Adam sudah berubah menjadi lebih baik.
Maria menyerahkan uang satu juta rupiah yang dititipkan kepadanya itu pada Tom.
"Kasihan Pak Harun," kata Tom. "Gara-gara mengembalikan guci itu, ia kehilangan nyawa."
"Tapi aku tidak mengerti," kata Maria. "Seandainya dia memang sengaja dibunuh, apa sebabnya? Bukankah ia sudah berjasa mendapatkan imbalan bagi si penjarah? Kalau si penjarah tidak percaya pada Pak Harun sejak semula, kenapa diserahkannya barang itu? Jual saja pada orang lain."
"Itu memang mengherankan. Kenapa si penjarah perlu menunggu lama sebelum melepaskan barang itu?" kata Tom.
"Katanya, barang itu nggak laku dijual," Kristin ikut bicara. Ia mendengar ceritanya dari Adam.
"Masa barang sebagus itu nggak laku?!" Henry tidak percaya. "Apalagi kalau dijual murah. Kukira si penjarah sayang melepasnya."
302
"Katanya, barang itu membawa sial pada yang menyimpan," kata Kristin.
"Nah, apalagi ada soal itu. Kenapa dia tidak melepasnya saja? Ah, bohong kali." Henry tidak percaya.
"Susah juga mengetahui penyebabnya. Pak Harun sudah tak bisa ditanyai."
"Adam juga tidak tahu lebih banyak. Tapi untung saja ia tidak menyertai Harun ke sana. Bisa-bisa ia ikut jadi korban," kata Kristin.
"Kalau begitu memang Harun punya motivasi kurang baik. Bila Adam sampai ikut, kan ketahuan seberapa banyak dia mencatut. Itulah akibat keserakahannya," Maria menyimpulkan.
"Apakah Adam diberitahu oleh Harun, siapa sebenarnya orang yang menyerahkan guci itu kepadanya?" tanya Tom.
Kristin menggeleng. "Kata Harun ia sendiri tidak tahu. Seorang pemuda yang dikenalnya berperan sebagai perantara. Padahal Adam juga ingin tahu."
"Jadi semuanya gelap," Tom menyimpulkan.
"Ya. Dibawa oleh Pak Harun," keluh Maria.
"Sudahlah. Mungkin sudah jalannya nasib," kata Henry. "Bagaimana reaksi orangtuamu, Tom?"
"Mereka juga pasrah. Jangan sampai ada korban lagi, kata Mama. Dan Papa sudah cukup senang karena gucinya sudah kembali."
Kristin tak mau menghabiskan waktu terlalu banyak. Ia pamitan. Tom juga. Bersama-sama mereka keluar. Tom yang mendorong kereta bayi.
Maria dan Henry melepas keduanya sambil mengamati dari depan pintu pagar. "Cukup drastis perubahan si Adam ya, Pa?" kata
http://cerita-silat.mywapblog.com
Ketika Barongsai Menari - V. Lestari