Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak - 74

$
0
0
Cerita Silat | Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak | by Rajakelana | Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak | Kong Ciak Bi-Siucai | Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak pdf

Seindah Mata Kristalnya - Mayoko Aiko Pelangi di Sengigi - Mayoko Aiko Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Silat - Hong San Khek The Heroes of Olympus 3: The Mark of Athena (Tanda Athena) The Heroes of Olympus 2: The Son of Neptune (Putra Neptunus) bag I

“silahkan duduk kongcu!” ujar pelayan tua
  “terimakasih lopek! tolong segera hidangkan makanan
  terbaik kalian, dan satu kati arak!”
  “baik koncu! segera akan disiapkan!” sahut pelayan
  tua dan kemudian ia membalik badan, lelaki itu
  memperhatikan sekelilingnya, sorot matanya
  demikian bening dibawa alisnya yang hitam
  melengkung laksana golok kembar, dan saat ia
  melihat Han-sian-hui yang sedang makan, matanya
  terhenti karena terpana oleh kecantikan yang
  terpampang dihadapannya, Han-sian-hui tidak
  memperhatikannya, sehingga lelaki itu lebih leluasa
  mengagumi wajahnya, namun lelaki itu malu sendiri
  dan merasa tidak pantas, lalu ia mengalihkan
  pandangan keluar likoan dan didepan dua oarng tamu
  laki-laki dan perempuan paruh baya masuk kedalam
  likoan dan segera disambut seorang pelayan,
  Pesanan lelaki itu tiba dan dihidangkan didepannya,
  lalu ia pun bersantap dengan lahap, kelihatan benar
  bahwa lelaki itu memang sangat lapar, Han-sian-hui
  telah menyelesaikan makannya, dan mejanya telah
  dibersihkan kembali oleh seorang pelayan, ketika
  Han-sian-hui berdiri dari kursinya, dua orang lelaki
  kekar memasuki likoan, pemilik likoan segera keluar
  dari balik mejanya untuk menyambut kedua tamu
  berwajah garang itu
  “silahkan duduk dulu tuan, dan tuan-tuan hendak
  minum apa?” tanya pemilik likoan, karena pemilik
  likoan sedang menyambut tamu, Han-sian-hui yang
  tadi berdiri lalu duduk kembali dan memperhatikan
  kedua tamu itu.
  “minum arak saja Cia-loya!” sahut salah seorang dari
  keduanya yakni lelaki kekar bercambang lebat, Cia-
  loya segera dengan kebelakang dan mengambil dua
  guci kecil arak, lalu ia menghidangkan sendiri di atas
  meja kedua orang tersebut.
  “siapakah kedua orang ini?” pertanyaan itu
  menggelayut dibenak Han-sian-hui melihat
  kejanggalan dan perlakuan istimewa dari pemilik
  likoan, Han-sian-hui mengetahui betul bahwa air
  muka pemilik likoan itu terkesan takut pada dua
  orang tamunya ini. Hal-hal seperti ini menurut Han-
  sian-hui patut untuk diperhatikan sehubungan
  tugasnya menyelidiki tirani yang melanda wilayah
  timur. dan hal ini boleh jadi akan menghantarkannya
  pada keberadaan “toat-beng-kiam-ong”.
  Setelah kedua orang itu menghabiskan araknya, Cia-
  loya segera kemeja kasir, dan mengambil dua pundi
  uang, dengan sikap patuh yang dibuat-buat dan
  senyum yang dipaksakan, Cia-loya memeberikan dua
  kantong pundi itu.
  “bagus! kalau beginikan enak, kita tidak capek-capek!
  Hahaha..hahaha…” ujar orang yang bercambang
  sambil tertawa.
  “sepertinya telah terjadi pemerasan didepan mataku,
  tidak bisa aku berpeluk tangan menyaksikan ketidak
  adilan ini!” ujar lelaki berambut kuncir kuda dengan
  seulas senyum lucu dan memandang kedua orang itu
  dengan sorot mata tajam.
  “sialan! hendak berlagak didepan tuanmu yah!”
  bentak sicambang mambalas melototkan matanya
  “sudahlah kongcu! kongcu jangan membuat kami
  makin merasa sulit!” pinta Cia-loya tidak pada lelaki
  pengelana itu
  “hehehe…loya! yang begini ini tidak boleh dibiarkan.”
  sahut pemuda itu masih sempat tertawa.
  “baggsat! maksud bagaimana!?” bentak kawan
  sicambang, lelaki berjenggot kasar
  “heh! maksudku jelas, akan menghajar orang-orang
  aniaya seperti kalian ini!” sahut lelaki kelana itu
  tenang, wajah dua orang merah karena marah, lalu
  sijenggot kasar melayangkan tanggan hendak
  memukul wajah lelaki kelana
  “buk…auh…brak…” sijenggot kasar menjerit dan
  tubuhnya terhuyung melabrak meja, si jenggot kasar
  bangkit dengan hati jengkel dan marah, ia tidak
  menyangka bahwa tidak hanya pukulannya yang
  luput malah wajahnya kena bogem dan tersungkur.
  Sicambang dengan dengan marah menedang meja
  dihadapan lelaki kelana itu, namun ia kecelik ketika
  meja itu terangkat dan melayang menghantam
  dadanya
  “iigh…brak…. “ sipemuda kelana tersenyum-senyum
  dan melangkah mendekati dua orang itu, dan dengan
  bersamaan kedua orang itu menyerang, namun
  dengan gerakan gesit silelaki kelana mamapaki dua
  serangan itu
  “plak-b
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak - Rajakelana (Kong Ciak Bi-Siucai)

  uk…buk…des…” kedua orang itu mengaduh
  memagangi perut yang terasa mual karena jadi
  sasaran tendangan dari sipemuda kelana.
  “cepat kembalikan uang yang kalian peras dari loya
  ini!” bentak lelaki kelana itu, kedua orang itu berusaha
  bangkit dan sicambang meletakkan dua kantong
  pundi uang di atas meja
  “tunggulah disini! urusan ini belum selesai! ancam
  sijenggot kasar, lalu keduanya pergi sambil menahan
  nyeri.
  “celaka..celaka….celaka kalau sudah begini.” Keluh Cia-
  loya dengan wajah pucat
  “loya tenang saja, aku akan bertanggung jawab akan
  akibat dari kejadian ini.” ujar lelaki kelana dengan
  tenang.
  “kamu..kamu tidak tahu berhadapan dengan siapa
  kongcu! kalau hal ini sampai kepada tuan timur,
  binasalah saya, hancurlah semua uuuu…uuu…..uu…..”
  keluh Cia-loya lalu menagisi dirinya, mel ihat
  kelakuakn pemilik likoan si pemuda kelana jadi serba
  salah dan bingung.
  “loya tidak usah cemas! kami “goat-kiam-
  siang” (sepasang pedang bulan) akan ikut membantu
  mengatasi keadaan ini.” sela lelaki paruh baya.
  “benar loya!” tambah teman wanitanya, Cia-loya
  menatap pasangan pendekar itu, namun hatinya
  masih kecut dan tidak yakin, tapi ia menghentikan
  tangisnya dan berdiri, lalu pergi kebelakan g
  “terimakasih siang-taihap telah sudi bahu membahu
  melawan ketidak adilan.” Ujar silelaki kelana sambil
  merangkap tangan sambil menjura
  “sama-sama taihap! dan kalau boleh tahu siapa dan
  darimanakah taihap?” tanya lelaki itu.
  “saya adalah kam-ci-kun dari qingdao.” jawab silelaki
  kelana
  “saya adalah Lu-seng dan ini istri saya bao-bian, kami
  dari lembah bulan didaerah kanglam.” sahut Lu-seng
  memperkenalkan diri dan istrinya
  Han-sian-hui berdiri dan melangkah hendak kemeja
  kasir
  “maaf nona!” seru Kam-ci-kun, mendengar seruan itu
  Han-sian-hui berbalik
  “ada apakah taihap? kenapa minta maaf?” tanya Han-
  sian-hui
  “meminta maaf karena mungkin dirasa lancang
  menyeru nona! dan saya yakin nona adalah orang
  persilatan yang tidak sudi melihat kezaliman!?”
  “lalu maksud taihap bagaimana, jika benar? lalu
  bagaimana jika tidak?” Han-sian-hui balik bertanya
  “hehehe…nona membuat bingung saya saja, karena
  sayang jika nona tidak memiliki pendirian tentang
  zalim dan adil.”
  “lalu bagaimanakah sikap taihap menghadapi orang
  seperti itu?”
  “saya hanya menyayangkan sikapnya!”
  “sudahlah Kam-sicu, adat orang didunia persilatan
  memang aneh-aneh, jadi kenapa diperde batkan?” sela
  Lu-seng, Han-sian-hui tersenyum
  “terimakasih taihap atas kebijaksanaannya, dan saya
  juga ingin melihat bagaimana akhir dari tindakan
  taihap ini! ujar Han-sian-hui sambil menatap Kam-ci-
  kun dengan senyum tulus, Kam-ci-kun balas
  tersenyum, Han-sian-hui pergi kemeja kasir dan
  memesan kamar, sementara Kam-ci-kun kembali
  duduk dan melanjutkan pembicaraan dengan siang-
  taihap.
  Menjelang sore harinya tujuh orang mendatangi
  likoan, diantaranya orang bercambang yang
  dipecundangi Kam-ci-kun
  “pemuda jelek itu twako yang meremehkan kita!”
  ujar sicambang
  “keluarlah kamu anak muda! sebelum saya seret dari
  sana!” bentak lelaki paruh baya yang memegang
  tongkat, Kam-ci-kun dengan langkah tenang keluar
  “hehehe…aku sudah disini! apa yang hendak kalian
  lakukan!?” tantang Kam-ci-kun dengan tenang, melihat
  ketenangan pemuda itu membuat enam orang itu
  merasa diremehkan, dan dengan jengkel lelaki
  bertongkat itu menyerang dengan cepat, Kam-ci-kun
  dengan sigap dan gesit berkelit dan memberikan
  serangan balasan yang tidak kalah bahayanya
  “pantas kamu berani unjuk gigi, ternyata ada isi
  rupanya!” ujar lelaki bertongkat, kali ini ia memutar
  tongkatnya dan dengan cepat telah mela ncarkan
  serangan yang bertubi-tubi ke tempat berbahaya
  pada bagian tubuh Kam-ci-kun.
  Kam-ci-kun masih dengan tangan kosong meladeni
  lawannya, tidak sedikitpun ia terdesak walaupun
  pertarungan itu tidak seimbang, dan luar biasanya
  setelah berjalan tujuh puluh jurus, lelaki bertongkat
  mulai kelabakan, sodok
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak - Rajakelana (Kong Ciak Bi-Siucai)

 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>