Cerita Misteri | Mockingjay | Serial The Hunger Games | Mockingjay | Suzanne Collins | Mockingjay pdf
The Heroes of Olympus 2: The Son of Neptune (Putra Neptunus) bag II The Heroes of Olympus 4: The House of Hades The Heroes of Olympus 5: The Blood of Olympus (Darah Olympus) Ketika Barongsai Menari - V. Lestari Pasangan Sempurna Yang Di Takdirkan Bag III
ah letaknya yang ada di bawah tanah, pakaian yang seragam, dan makanan yang nyaris tanpa rasa, tapi bagi pengungsi dari Distrik 12 hal ini cuma masalah-masalah sepele. Mereka selamat. Mereka diurusi dengan baik. Mereka hidup dan diterima dengan tangan terbuka.
Antusiasme ini dianggap sebagai kebaikan. Tapi seorang pria bernama Dalton, pengungsi dari Distrik 10 yang berhasil tiba di Distrik 13 dengan berjalan kaki beberapa tahun lalu membocorkan motif mereka yang sesungguhnya padaku. “Mereka butuh kalian. Butuh aku. Mereka membutuhkan kita semua. Dulu, ada semacam wabah cacar yang menewaskan banyak dari mereka dan menyisakan yang selamat dalam kondisi mandul. Mereka memandang kita sebagai stok pembiakan baru.” Di Distrik 10, Dalton bekerja di salah satu peternakan sapi, tugasnya adalah mempertahankan keanekaragaman genetik kawanan sapi dengan penanaman embrio sapi yang sudah lama dibekukan. Kemungkinan besar dia benar tentang 13, karena di sana sepertinya nyaris tidak ada anak-anak berkeliaran. Lalu memangnya kenapa? Kami tidak dikurung di kandang, kami dilatih untuk bekerja, anak-anak dididik di sekolah. Mereka yang berusia di atas empat belas tahun jadi tamtama di militer dan disapa dengan hormat dengan panggilan, “Prajurit.” Semua pengungsi otomatis menjadi warga Distrik 13.
Namun, tetap saja aku membenci mereka. Tapi belakangan ini aku membenci hampir semua orang. Terutama membenci diriku sendiri.
Permukaan tanah yang kupijak terasa makin keras, dan di bawah lapisan tebal abu, aku merasakan jalanan batu di alun-alun. Di sekelilingku ada onggokan puing-puing yang dulu tempat toko-toko berada. Reruntuhan gedung yang hangus menggantikan tempat yang dulunya Gedung Pengadilan. Aku berjalan menuju tempat yang kukira-kira sebagai toko roti milik keluarga Peeta. Nyaris tak ada yang tersisa kecuali bongkahan oven yang meleleh. Orangtua Peeta, kedua kakak lelakinya—tak ada yang berhasil lolos ke Distrik 13. Hanya kurang dari dua belas orang yang tinggal di wilayah permukiman bagus di Distrik 12 yang berhasil lolos dari kobaran api. Peeta tak punya tujuan lagi untuk pulang. Kecuali aku…
Aku menjauh dari toko roti dan menabrak sesuatu, kehilangan keseimbanganku, lalu jatuh terduduk di atas logam yang panas karena sinar matahari. Sejenak aku bingung melihat benda apa ini, lalu aku teringat perubahan terbaru yang dibawa Thread untuk menghias alun-alun. Tempat hukuman, tiang cambuk, dan ini, sisa-sisa tiang gantungan. Tidak bagus. Ini sama sekali tidak bagus. Benakku langsung dibanjiri kilasan-kilasan yang menyiksaku saat aku bangun maupun tidur. Peeta yang disiksa—ditenggelamkan, dibakar, disayat, disetrum, dipenggal, dipukul—ketika Capitol berusaha mengorek informasi tentang pemberontakan yang tak diketahuinya. Kupejamkan mataku rapat-rapat dan berusaha menjangkau Peeta melintasi ratusan kilometer, mengirimkan pikiran-pikiranku ke benaknya, agar dia tahu bahwa dia tidak sendirian. Tapi kenyataannya Peeta sendirian. Dan aku tidak bisa membantunya.
Aku berlari. Menjauh dari alun-alun dan menuju satu-satunya tempat yang tidak dihancurkan api. Aku melewati reruntuhan rumah wali kota, tempat sahabatku Madge tinggal. Tidak ada kabar tentang dia dan keluarganya. Apakah mereka dievakuasi ke Capitol karena kedudukan ayahnya, atau tewas dilalap api? Abu beterbangan di sekelilingku, dan aku mengangkat ujung kemejaku menutupi mulutku. Aku tidak perlu bertanya-tanya abu apa yang kuhirup ini, tapi pertanyaan abu siapa ini yang membuatku tercekat.
Rumput hangus terbakar dan salju berwarna kelabu juga jatuh di sini, tapi dua belas rumah bagus di Desa Pemenang sama sekali tak tersentuh. Aku menerjang masuk ke rumah yang jadi tempat tinggalku selama setahun terakhir, lalu kubanting pintu hingga tertutup, dan bersnadar di pintu. Tempat ini seakan tak tersentuh. Bersih. Sunyi hingga ngerinya memekakkan. Kenapa aku kembali ke 12? Bagaimana kunjungan ini bisa membantuku menjawab pertanyaan yang menghantuiku?
“Apa yang akan kulakukan?” Aku berbisik pada dinding-dinding rumah ini. Karena aku sungguh tidak tahu.
Orang-orang terus berbicara padaku, bicara, bicara, bicara tanpa henti. Plutarch Heavensbee. Asistennya yang penuh perhitungan, Fulvia Cardew. Pemimpin-pemimpin yang tidak jelas posisinya di distrik. Para pejabat militer. Tapi bukan Alma Coin, presiden Distrik 13, yang hanya mengamatiku. Usia wanita itu sekitar lima puluhan, dengan rambut beruban yang tergerai rapi di bahunya. Entah bagaimana aku terpesona memandang rambutnya, karena rambutnya tampak seragam, tanpa cela, mulus, bahkan tidak pecah-pecah ujungnya. Matanya berwarna kelabu, tapi tidak seperti mata penduduk di Seam. Matanya amat pucat, seakan semua warna tersedot keluar dari mata itu. Warnanya seperti lumpur salju yang kauharap akan segera meleleh.
Yang mereka inginkan adalah aku sungguh-sungguh mengambil peran yang mereka rancang untukku. Simbol revolusi.
http://cerita-silat.mywapblog.com
Sang Mockingjay. Tidak cukup bagi mereka dengan apa yang kulakukan di masa lalu, menentang Capitol dalam Hunger Games, memberikan titik awal perlawanan. Sekarang aku harus jadi pemimpin yang sesungguhnya, wajah, suara, perwujudan revolusi. Orang yang di mata distrik-distrik—yang sebagian besar sudah melakukan perang terbuka terhadap Capitol—dapat diandalkan untuk mengobarkan jalan menuju kemenangan. Aku tidak perlu melakukannya sendirian. Mereka punya tim lengkap untuk mendandaniku, mengatur pakaianku, menuliskan pidatoku, merancang penampilanku—seakan hal itu tidak terdengar mengerikan saking tidak asingnya di telingaku—dan yang harus kulakukan adalah memainkan peranku. Kadang-kadang aku mendengarkan mereka dan kadang-kadang aku hanya memandangi rambut Coin yang sempurna sisirannya dan berpikir apakah itu wig. Pada akhirnya aku meninggalkan ruangan karena kepalaku mulai sakit atau sudah waktunya makan atau jika aku tidak segera keluar dari ruang bawah tanah ini aku mungkin bakal menjerit. Aku tidak mengucapkan sepatah kata pun. Aku hanya berdiri lalu berjalan keluar.
Kemarin siang, ketika pintu menutup di belakangku, aku mendengar Coin berkata, “Sudah kubilang kita seharusnya menyelamatkan anak lelaki itu lebih dulu.” Maksudnya pasti Peeta. Aku setuju sepenuhnya. Dia akan jadi corong suara yang amat baik.
Dan siapa yang mereka selamatkan lebih dulu dari arena? Aku, yang tidak mau bekerja sama, Beetee, si penemu yang sudah tua dari Distrik 3, yang jarang kutemui karena dia ditarik ke bagian pengembangan senjata saat sudah bisa duduk tegak. Bisa dibilang, mereka mendorong ranjang rumah sakitnya ke wilayah rahasia dan sekarang Beetee hanya sesekali muncul untuk makan. Dia sangat pintar dan sangat mau membantu perjuangan, tapi dia bukan tipe orang yang bisa mengobarkan api. Lalu ada Finnick Odair, simbol seks dari distrik nelayan, yang menjaga Peeta tetap hidup di arena saat aku tidak sanggup melakukannya. Mereka juga mau mengubah Finnick menjadi pemimpin perjuangan, tapi saat ini mereka harus bisa membuatnya bisa sadar lebih dari lima menit. Bahkan saat Finnick sadar, kau harus mengulang ucapanmu tiga kali agar bisa masuk otaknya. Para dokter bilang itu karena sentruman listrik yang diterimanya di arena, tapi aku tahu masalahnya jauh lebih rumit daripada itu. Aku tahu Finnick tidak bisa memusatkan perhatian pada apa pun di 13 karena dia berusaha keras melihat apa yang terjadi di Capitol terhadap Annie, gadis gila dari distriknya, satu-satunya orang di muka bumi ini yang dicintai Finnick.
Meskipun ada beberapa hal yang tidak kusukai, tetapi aku harus memaafkan Finnick atas perannya dalam konspirasi yang mendaratkan aku ke tempat ini. Paling tidak, dia tahu apa yang kualami. Dan butuh energi yang amat banyak untuk marah pada seseorang yang menangis terus-menerus.
Aku bergerak menuruni tangga dengan kaki pemburuku, enggan menciptakan suara. Kuambil beberapa kenang-kenangan: foto pernikahan orangtuaku, pita rambut biru untuk Prim, buku keluarga tentang tanaman obat dan tanaman yang bisa dimakan. Buku itu terbuka pada halaman yang bergambar bunga-bunga kuning dan aku buru-buru menutupnya karena Peeta-lah yang menggambar dan mewarnai bunga itu.
Apa yang akan kulakukan?
Apakah ada gunanya melakukan sesuatu? Ibuku, adik perempuanku, dan keluarga Gale akhirnya aman. Dan sisa penduduk 12, kalau tidak mati, yang artinya tak bisa tertolong lagi, terlindung di 13. Sisanya tinggal para pemberontak di distrik-distrik. Tentu saja, aku benci Capitol, tapi aku tidak percaya bahwa dengan menjadi Mockingjay akan memberi manfaat bagi mereka yang berusaha menggulingkannya. Bagaimana aku bisa membantu distrik-distrik itu saat setiap kali aku melakukan sesuatu, hasilnya selalu penderitaan dan ada orang yang tewas? Lelaki tua di Distrik 11 ditembak karena bersiul. Tindakan keras di 12 terjadi setelah aku ikut campur ketika Gale dicambuk. Penata gayaku, Cinna, diseret dalam keadaan tak sadarkan diri dan berdarah-darah, dari Ruang Peluncuran sebelum Hunger Games. Sumber-sumber Plutarch yakin Cinna tewas dalam interogasi. Cinna yang brilian, penuh teka-teki dan menyenangkan, tewas karena aku. Kusingkirkan pikiran itu jauh-jauh karena terlalu menyakitkan rasanya memikirkan itu tanpa aku kehilangan peganganku yang rapuh terhadap seluruh situasi ini.
Apa yang akan kulakukan?
Menjadi Mockingjay… mungkinkah ada kebaikan yang bisa mengimbangi kerusakan yang terjadi? Siapa yang bisa kupercaya untuk menjawab pertanyaan itu? Jelas bukan orang dari Distrik 13 itu. Aku bersumpah, sekarang setelah keluargaku dan Gale tidak lagi dalam bahaya, aku bisa melarikan diri. Kecuali satu urusan yang belum selesai, Peeta. Jika aku yakin dia sudah tewas, aku bisa menghilang ke hutan dan tak pernah kembali lagi. Tapi sebelum itu terjadi, aku terperangkap.
Aku berputar balik ketika mendengar suara desisan. Di ambang pintu dapur, dengan punggung m
http://cerita-silat.mywapblog.com
The Heroes of Olympus 2: The Son of Neptune (Putra Neptunus) bag II The Heroes of Olympus 4: The House of Hades The Heroes of Olympus 5: The Blood of Olympus (Darah Olympus) Ketika Barongsai Menari - V. Lestari Pasangan Sempurna Yang Di Takdirkan Bag III
ah letaknya yang ada di bawah tanah, pakaian yang seragam, dan makanan yang nyaris tanpa rasa, tapi bagi pengungsi dari Distrik 12 hal ini cuma masalah-masalah sepele. Mereka selamat. Mereka diurusi dengan baik. Mereka hidup dan diterima dengan tangan terbuka.
Antusiasme ini dianggap sebagai kebaikan. Tapi seorang pria bernama Dalton, pengungsi dari Distrik 10 yang berhasil tiba di Distrik 13 dengan berjalan kaki beberapa tahun lalu membocorkan motif mereka yang sesungguhnya padaku. “Mereka butuh kalian. Butuh aku. Mereka membutuhkan kita semua. Dulu, ada semacam wabah cacar yang menewaskan banyak dari mereka dan menyisakan yang selamat dalam kondisi mandul. Mereka memandang kita sebagai stok pembiakan baru.” Di Distrik 10, Dalton bekerja di salah satu peternakan sapi, tugasnya adalah mempertahankan keanekaragaman genetik kawanan sapi dengan penanaman embrio sapi yang sudah lama dibekukan. Kemungkinan besar dia benar tentang 13, karena di sana sepertinya nyaris tidak ada anak-anak berkeliaran. Lalu memangnya kenapa? Kami tidak dikurung di kandang, kami dilatih untuk bekerja, anak-anak dididik di sekolah. Mereka yang berusia di atas empat belas tahun jadi tamtama di militer dan disapa dengan hormat dengan panggilan, “Prajurit.” Semua pengungsi otomatis menjadi warga Distrik 13.
Namun, tetap saja aku membenci mereka. Tapi belakangan ini aku membenci hampir semua orang. Terutama membenci diriku sendiri.
Permukaan tanah yang kupijak terasa makin keras, dan di bawah lapisan tebal abu, aku merasakan jalanan batu di alun-alun. Di sekelilingku ada onggokan puing-puing yang dulu tempat toko-toko berada. Reruntuhan gedung yang hangus menggantikan tempat yang dulunya Gedung Pengadilan. Aku berjalan menuju tempat yang kukira-kira sebagai toko roti milik keluarga Peeta. Nyaris tak ada yang tersisa kecuali bongkahan oven yang meleleh. Orangtua Peeta, kedua kakak lelakinya—tak ada yang berhasil lolos ke Distrik 13. Hanya kurang dari dua belas orang yang tinggal di wilayah permukiman bagus di Distrik 12 yang berhasil lolos dari kobaran api. Peeta tak punya tujuan lagi untuk pulang. Kecuali aku…
Aku menjauh dari toko roti dan menabrak sesuatu, kehilangan keseimbanganku, lalu jatuh terduduk di atas logam yang panas karena sinar matahari. Sejenak aku bingung melihat benda apa ini, lalu aku teringat perubahan terbaru yang dibawa Thread untuk menghias alun-alun. Tempat hukuman, tiang cambuk, dan ini, sisa-sisa tiang gantungan. Tidak bagus. Ini sama sekali tidak bagus. Benakku langsung dibanjiri kilasan-kilasan yang menyiksaku saat aku bangun maupun tidur. Peeta yang disiksa—ditenggelamkan, dibakar, disayat, disetrum, dipenggal, dipukul—ketika Capitol berusaha mengorek informasi tentang pemberontakan yang tak diketahuinya. Kupejamkan mataku rapat-rapat dan berusaha menjangkau Peeta melintasi ratusan kilometer, mengirimkan pikiran-pikiranku ke benaknya, agar dia tahu bahwa dia tidak sendirian. Tapi kenyataannya Peeta sendirian. Dan aku tidak bisa membantunya.
Aku berlari. Menjauh dari alun-alun dan menuju satu-satunya tempat yang tidak dihancurkan api. Aku melewati reruntuhan rumah wali kota, tempat sahabatku Madge tinggal. Tidak ada kabar tentang dia dan keluarganya. Apakah mereka dievakuasi ke Capitol karena kedudukan ayahnya, atau tewas dilalap api? Abu beterbangan di sekelilingku, dan aku mengangkat ujung kemejaku menutupi mulutku. Aku tidak perlu bertanya-tanya abu apa yang kuhirup ini, tapi pertanyaan abu siapa ini yang membuatku tercekat.
Rumput hangus terbakar dan salju berwarna kelabu juga jatuh di sini, tapi dua belas rumah bagus di Desa Pemenang sama sekali tak tersentuh. Aku menerjang masuk ke rumah yang jadi tempat tinggalku selama setahun terakhir, lalu kubanting pintu hingga tertutup, dan bersnadar di pintu. Tempat ini seakan tak tersentuh. Bersih. Sunyi hingga ngerinya memekakkan. Kenapa aku kembali ke 12? Bagaimana kunjungan ini bisa membantuku menjawab pertanyaan yang menghantuiku?
“Apa yang akan kulakukan?” Aku berbisik pada dinding-dinding rumah ini. Karena aku sungguh tidak tahu.
Orang-orang terus berbicara padaku, bicara, bicara, bicara tanpa henti. Plutarch Heavensbee. Asistennya yang penuh perhitungan, Fulvia Cardew. Pemimpin-pemimpin yang tidak jelas posisinya di distrik. Para pejabat militer. Tapi bukan Alma Coin, presiden Distrik 13, yang hanya mengamatiku. Usia wanita itu sekitar lima puluhan, dengan rambut beruban yang tergerai rapi di bahunya. Entah bagaimana aku terpesona memandang rambutnya, karena rambutnya tampak seragam, tanpa cela, mulus, bahkan tidak pecah-pecah ujungnya. Matanya berwarna kelabu, tapi tidak seperti mata penduduk di Seam. Matanya amat pucat, seakan semua warna tersedot keluar dari mata itu. Warnanya seperti lumpur salju yang kauharap akan segera meleleh.
Yang mereka inginkan adalah aku sungguh-sungguh mengambil peran yang mereka rancang untukku. Simbol revolusi.
http://cerita-silat.mywapblog.com
Mockingjay - Serial The Hunger Games - Suzanne Collins
Sang Mockingjay. Tidak cukup bagi mereka dengan apa yang kulakukan di masa lalu, menentang Capitol dalam Hunger Games, memberikan titik awal perlawanan. Sekarang aku harus jadi pemimpin yang sesungguhnya, wajah, suara, perwujudan revolusi. Orang yang di mata distrik-distrik—yang sebagian besar sudah melakukan perang terbuka terhadap Capitol—dapat diandalkan untuk mengobarkan jalan menuju kemenangan. Aku tidak perlu melakukannya sendirian. Mereka punya tim lengkap untuk mendandaniku, mengatur pakaianku, menuliskan pidatoku, merancang penampilanku—seakan hal itu tidak terdengar mengerikan saking tidak asingnya di telingaku—dan yang harus kulakukan adalah memainkan peranku. Kadang-kadang aku mendengarkan mereka dan kadang-kadang aku hanya memandangi rambut Coin yang sempurna sisirannya dan berpikir apakah itu wig. Pada akhirnya aku meninggalkan ruangan karena kepalaku mulai sakit atau sudah waktunya makan atau jika aku tidak segera keluar dari ruang bawah tanah ini aku mungkin bakal menjerit. Aku tidak mengucapkan sepatah kata pun. Aku hanya berdiri lalu berjalan keluar.
Kemarin siang, ketika pintu menutup di belakangku, aku mendengar Coin berkata, “Sudah kubilang kita seharusnya menyelamatkan anak lelaki itu lebih dulu.” Maksudnya pasti Peeta. Aku setuju sepenuhnya. Dia akan jadi corong suara yang amat baik.
Dan siapa yang mereka selamatkan lebih dulu dari arena? Aku, yang tidak mau bekerja sama, Beetee, si penemu yang sudah tua dari Distrik 3, yang jarang kutemui karena dia ditarik ke bagian pengembangan senjata saat sudah bisa duduk tegak. Bisa dibilang, mereka mendorong ranjang rumah sakitnya ke wilayah rahasia dan sekarang Beetee hanya sesekali muncul untuk makan. Dia sangat pintar dan sangat mau membantu perjuangan, tapi dia bukan tipe orang yang bisa mengobarkan api. Lalu ada Finnick Odair, simbol seks dari distrik nelayan, yang menjaga Peeta tetap hidup di arena saat aku tidak sanggup melakukannya. Mereka juga mau mengubah Finnick menjadi pemimpin perjuangan, tapi saat ini mereka harus bisa membuatnya bisa sadar lebih dari lima menit. Bahkan saat Finnick sadar, kau harus mengulang ucapanmu tiga kali agar bisa masuk otaknya. Para dokter bilang itu karena sentruman listrik yang diterimanya di arena, tapi aku tahu masalahnya jauh lebih rumit daripada itu. Aku tahu Finnick tidak bisa memusatkan perhatian pada apa pun di 13 karena dia berusaha keras melihat apa yang terjadi di Capitol terhadap Annie, gadis gila dari distriknya, satu-satunya orang di muka bumi ini yang dicintai Finnick.
Meskipun ada beberapa hal yang tidak kusukai, tetapi aku harus memaafkan Finnick atas perannya dalam konspirasi yang mendaratkan aku ke tempat ini. Paling tidak, dia tahu apa yang kualami. Dan butuh energi yang amat banyak untuk marah pada seseorang yang menangis terus-menerus.
Aku bergerak menuruni tangga dengan kaki pemburuku, enggan menciptakan suara. Kuambil beberapa kenang-kenangan: foto pernikahan orangtuaku, pita rambut biru untuk Prim, buku keluarga tentang tanaman obat dan tanaman yang bisa dimakan. Buku itu terbuka pada halaman yang bergambar bunga-bunga kuning dan aku buru-buru menutupnya karena Peeta-lah yang menggambar dan mewarnai bunga itu.
Apa yang akan kulakukan?
Apakah ada gunanya melakukan sesuatu? Ibuku, adik perempuanku, dan keluarga Gale akhirnya aman. Dan sisa penduduk 12, kalau tidak mati, yang artinya tak bisa tertolong lagi, terlindung di 13. Sisanya tinggal para pemberontak di distrik-distrik. Tentu saja, aku benci Capitol, tapi aku tidak percaya bahwa dengan menjadi Mockingjay akan memberi manfaat bagi mereka yang berusaha menggulingkannya. Bagaimana aku bisa membantu distrik-distrik itu saat setiap kali aku melakukan sesuatu, hasilnya selalu penderitaan dan ada orang yang tewas? Lelaki tua di Distrik 11 ditembak karena bersiul. Tindakan keras di 12 terjadi setelah aku ikut campur ketika Gale dicambuk. Penata gayaku, Cinna, diseret dalam keadaan tak sadarkan diri dan berdarah-darah, dari Ruang Peluncuran sebelum Hunger Games. Sumber-sumber Plutarch yakin Cinna tewas dalam interogasi. Cinna yang brilian, penuh teka-teki dan menyenangkan, tewas karena aku. Kusingkirkan pikiran itu jauh-jauh karena terlalu menyakitkan rasanya memikirkan itu tanpa aku kehilangan peganganku yang rapuh terhadap seluruh situasi ini.
Apa yang akan kulakukan?
Menjadi Mockingjay… mungkinkah ada kebaikan yang bisa mengimbangi kerusakan yang terjadi? Siapa yang bisa kupercaya untuk menjawab pertanyaan itu? Jelas bukan orang dari Distrik 13 itu. Aku bersumpah, sekarang setelah keluargaku dan Gale tidak lagi dalam bahaya, aku bisa melarikan diri. Kecuali satu urusan yang belum selesai, Peeta. Jika aku yakin dia sudah tewas, aku bisa menghilang ke hutan dan tak pernah kembali lagi. Tapi sebelum itu terjadi, aku terperangkap.
Aku berputar balik ketika mendengar suara desisan. Di ambang pintu dapur, dengan punggung m
http://cerita-silat.mywapblog.com
Mockingjay - Serial The Hunger Games - Suzanne Collins