Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Once - 32

$
0
0
Cerita Remaja | Once | by Phoebe | Once | Cersil Sakti | Once pdf

Jangan Percaya Pada Orang Mati - Never Trust a Dead Man - Vivian Vande Velde City of Crystal - Nugroho Widi Mata Elang - Hey Sephia Gadis Oriental - Itong Rahmat Hariadi Linggang Si Bunian - Wendi Andriko

jakmu pindah ke New Zeland dan sekarang kau ingin pergi sendirian?"
  "Jadi kau ingin mengajakku?" Lavender tersenyum senang.
  "Ya, makanya dengarlah dulu omonganku sampai selesai. Baru pergi!"
  Lavender kembali dengan senyum pahitnya dan menunduk. "Kalau begitu cepat bawa aku pergi. Aku tidak bisa tinggal di rumah ini lebih lama, Rex. Nick mengatakan kalau dia tidak akan melewatkanku jika aku berada di dekatnya sekali lagi. Aku takut jika dia akan melakukan sesuatu padaku!"
  "Apakah tadi dia melakukan sesuatu?"
  Lavender menggeleng. "Tapi hampir saja."
  "Seharusnya aku tidak membiarkanmu sendirian. Yah, aku tidak akan melakukannya lagi. Mulai sekarang aku akan berada di sisimu lebih banyak. Sekarang makanlah! Setelah itu minum obatmu!"
  "Aku masih tidak bisa tenang, aku tidak bisa melakukannya!"
  "Kenapa? Kau harus sehat, mengerti? Besok pagi kau harus sarapan bersama dengan anggota keluarga yang lain karena aku akan meminta izin kepada ayahmu untuk membawamu pulang. Meskipun rumah ini sangat aman, aku merasa di rumahku lebih nyaman. Kau juga tidak perlu merasa khawatir setiap kali bertemu
  Nick."
  Lavender bangkit dan memeluk Rex dengan erat. "Aku rasa itu lebih baik. Tapi kau tidak akan meninggalkanku terlalu lama, kan?"
  "Aku sudah bilang padamu, aku tidak bekerja lagi sekarang dan waktuku untuk berada di rumah lebih banyak. Setelah semua urusanku di akademi selesai, kita akan pindah ke New Zeland. Jika bisa kuliahmu berpindah kesana saja."
  "Aku tidak perlu kuliah, kau yang harus mencari uang, bukan aku!"
  Rex tertawa nyaring. "Kau licik sekali, Lav! Jadi kau ingin bersantai-santai di rumah?"
  "Kau buat restoran sendiri saja disana."
  "Uangku tidak cukup untuk itu meskipun aku menjual rumahku!" "Rumah disini jangan di jual, jika kita berkunjung ke kanada, kita bisa menginap disana. Aku punya banyak barang berharga, kita bisa menjualnya
  untuk memulai hidup baru-dan kau jangan menolak. Hartaku juga milikmu. Aku ingin cepat-cepat pergi dari sini dan menjauh dan Nick."
  "Ya, aku juga tidak suka kalau kau harus di gangu lagi olehnya. Sekarang ayo, makan! Kita harus punya tenaga untuk berdebat dengan ayahmu besok pagi. Dia tidak akan setuju begitu saja jika aku membawamu keluar dari rumah ini."
  "Dia akan memaksa Lawrence tinggal di rumah ini selamanya jika aku pergi! Dia harus begitu."
  ***
  Rex benar, meminta izin kepada Fabian untuk membawa Lavender pergi memang bukanlah sesuatu yang mudah. Dia tidak berhasil meskipun mencobanya berkali-kali. Pada akhirnya Rex menyerah untuk memohon. Alasan yang Fabian ungkapkan memang masuk akal. Lavender membutuhkan pengobatan yang biayanya tidak sedikit dan Rex bukanlah jutawan yang kaya raya untuk bisa memfasilitasi itu. Rex tau kalau Fabian tidak bermaksud menghinanya. Laki-laki itu hanya khawatir dengan Lavender, itu saja.
  Hari ini Rex memutuskan untuk tidak membicarakan rencananya untuk membawa Lavender keluar lagi. Rex lebih memilih untuk berdiam diri di kamar setelah sarapan sambil membayangkan perubahan rencana hidupnya. Apakah dia harus membatalkan rencananya untuk ke New Zeland? Tapi membiarkan Lavender terus berada di rumah ini sama saja dengan menyerahkan Lavender ke dalam mulut harimau. Nick masih mengincarnya. Laki-laki itu bahkan beberapa kali berusaha menyeret Lavender untuk pergi bersamanya jika Rex tidak memergokinya. Lambat laun hal itu mulai sangat mengganggu. Rex mungkin tidak bisa menahan diri jika terjadi sesuatu terhadap Lavender karena Nick. Rex memandangi Lavender yang berbaring di sisinya, mereka berhadap-hadapan sambil melempar senyum kepada satu sama lain. Gadis itu kemudian membelai pipi Rex dengan sentuhan seringan bulu. Ia mengagumi Rex.
  "Berhentilah memandangiku, Lav!"
  Lavender tersenyum semakin lebar. "Aku tidak bisa berhenti." "Kalau begitu aku yang berbalik."
  "Jangan! Aku tidak akan memaafkanmu jika kau melakukan itu." Rex tersenyum kepadanya. Mereka berdua tidak pernah berhenti tersenyum bila saling memandang seperti sekarang. "Sepertinya aku akan membatalkan
  rencana ke New Zeland! Ayahmu tidak mengizinkanmu untuk pergi, akupun tidak bisa berpisah denganmu."
  "Aku juga sama. Tapi aku juga tidak sanggup untuk terus di rumah ini dibawah bayang-bayang terror yang Nick lakukan."
  Rex membelai rambut Lavender lembut lalu tersenyum lagi. Ia memejamkan matanya perlahan-lahan karena mulai mengantuk. Lavender menatap Rex lekat-lekat. Ternyata Rex yang seharusnya bersamanya? Rex-lah yang pad akhirnya menjadi tempat termanis dimana dirinya akan berlabuh. Tapi Nick akan terus menghalangi mereka, bukan? Nick sudah bersumpah untuk tidak pernah melepasnya dan Lavender tidak bisa mengelak karena semua itu adalah salahnya. Ia tidak punya daya apa-apa untuk melawan, tapi Lavender akan membunuh Rex perlahan jika melihat istrinya terus di sentuh oleh laki-laki lain. Seharusnya Lavender mengatakan semuanya kepada Lawrence, tapi apa yang harus di katakannya? Semua ini adalah salahnya. Ia yang membuat Nick menjadi berubah seperti sekarang. Lavender menyesalinya. Lagi pula, hal ini akan sangat menyakiti ayahnya.
  Tuhan, berilah aku dan Rex jalan
  Biarkan aku hidup bersama Rex tanpa gangguan Nick
  Tanpa penyakitku sebagai beban.
  Tanpa ras bersalahku pada semua keadaan yang terjadi Karena ulahku.
  Tuhan,
  Rex, suamiku
  Dia pasti sangat sedih karena semua ini Dia pasti tidak menginginkan hidup berdampingan Dengan seseorang yang menjadi bebannya Seharusnya dia menggapai cita-citanya
  Aku mohon, Bantulah aku dan Rex. Biarkan kami bersama tanpa harus Mengorbankan siapa-siapa
  "Kau akan tetap ke New Zeland , Kan?" Lavender bergumam perlahan. Ia berhasil membuat Rex membuka matanya lagi. "Kau tidak perlu membatalkan rencanamu itu!"
  "Dan harus tanpamu? Tidak akan pernah!"
  "Aku berjanji akan menyusulmu kesana. Dan saat itu kau harus memberikan bunga Lavender yang sangat banyak untukku seperti yang kau lakukan di rumah sakit. Saat itu aku ingin kau memberikannya dan aku langsung menyambutnya. Aku tidak akan terpejam saat itu. Aku berjanji."
  "Dan kita akan hidup bersama di Newzeland? Bagaimana bila Nick menyusulmu!"
  "Aku akan memohon kepada Tuhan agar kita bisa hidup bersama tanpa gangguan Nick."
  "kau membuatku bermimpi Lav. Tapi, jika itu benar-benar terjadi, aku menunggu janjimu untuk datang padaku. Mengerti?"
  Lavender tersenyum lebih cerah. Ia dan Rex kembali bertatapan lama. Rex memandanginya dengan tatapan yang berbeda, laki-laki itu menyelidiki setiap inci tubuhnya lalu ke leher dan dada. Rex menelan ludahnya. Entah karena Lavender yang semakin gemuk, atau karena Lavender memang bertambah dewasa, belahan dada Lavender terlihat sangat menggiurkan. Rex mengulurkan tangannya dan itu membuat Lavender memejamkan matanya. Rex akan menyentuhnya untuk pertama kali. Lavender menahan nafas dan harus kecewa karena tidak merasakan apa-apa. Rex hanya memperbaiki pakaiannya agar bagian tubuh yang menggodanya itu tidak terlihat lagi.
  "Kenapa?" Lavender bergumam kecewa.
  "Tidak, aku rasa ini bukan saatnya untuk tergoda."
  "Lalu kapan saatnya? Kau ingin melihatnya, kan?" Lavender nekad membuka satu persatu kancing piamanya dan meninggalkan tubuh bagian atasnya hanya mengenakan bra. Rex berdelik dan berusaha menutupi tubuh Lavender dengan piamanya. Sayangnya Lavender lebih bertenaga untuk merampas benda itu dari tangan Rex dan membuangnya jauh-jauh.
  "Lav, sudah ku katakana ini bukan saatnya!"
  "Aku sudah sangat lama menantikan ini. Kau suamiku, kan? Bercinta denganku bukan dosa!"
  "Tapi kita tidak bisa melakukan ini tanpa persetujuan dokter. Kita harus berkonsultasi dulu kepada dokter, apakah kau boleh melakukan ini atau tidak."
  "Aku tidak punya penyakit kelamin."
  Rex tertawa, ia berhasil meraih selimut dan menutupi tubuh Lavender dengan sempurna. "Ini bukan menyangkut penyakit kelamin. Jantungmu belum tentu kuat menerima ini. Kita akan konsultasi dulu denga doktermu, mengerti?"
  "Tapi aku merasa ini bisa saja menjadi jalan keluar dari masalah kita!"
  "Ya, aku mengerti dengan ucapanmu. Tapi sekali lagi, kita harus bertanya dulu apakah kau boleh melakukan hal ini atau tidak. Besok aku ada urusan di akademi. Kau juga kuliah, kan? Setelah dari sana kita ke rumah sakit, bagaimana?"
  "Aku akan pergi menemui dokter sore ini dan menanyakannya."
  "Tap

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Latest Images

<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>