Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Once - 34

$
0
0
Cerita Remaja | Once | by Phoebe | Once | Cersil Sakti | Once pdf

Jangan Percaya Pada Orang Mati - Never Trust a Dead Man - Vivian Vande Velde City of Crystal - Nugroho Widi Mata Elang - Hey Sephia Gadis Oriental - Itong Rahmat Hariadi Linggang Si Bunian - Wendi Andriko

kebahagiaanmu!"
  ***
  Rex berjalan dengan emosi yang berusaha di tahannya sedemikian rupa. Hari ini, untuk kesekian kalinya ia berdebat hebat dengan Nick. Laki-laki itu berkeras mengatakan kalau Lavender adalah miliknya dan Rex harus menyerahkan Lavender kepadanya. Hanya ungkapan bodoh Nick untuk menandakan keputus asa-annya, tapi sangat mempengaruhi suasana hati Rex. Dia sangat terganggu dengan segala ucapan Nick tentang istrinya.
  Nick masuk ke kamarnya dan membanting pintu keras-keras. Begitu berbalik, ia mendapati Lavender sudah duduk di atas ranjang dengan dandanan yang sangat cantik. Lavender mengenakan piama sutranya yang biasa, tapi suasana yang di ciptakan oleh senyumannya tampak berbeda. Lavender sudah berhasil memulihkan suasana hati Rex yang semula sangat kacau.
  "Kau yang membuka pakaianku, atau aku yang melakukannya sendiri."
  Rex tertawa renyah mendengar ucapan Lavender itu. Ia mendekat dan mengulurkan telapak tangannya. Mimik wajah Lavender berubah kesal. Gadis itu pasti tau kalau Rex meminta bukti yang meyakinkan dirinya kalau mereka boleh melakukan ini. Lavender menghentakkan kakinya ke lantai dan melangkah menuju tasnya yang berada di atas meja riasnya. Ia merogoh sesuatu dan agak lama lalu kembali kepada Rex sambil menyodorkan selembar kertas kepadanya. Rx membacanya dengan teliti, mengulanginya berkali-kali seolah tidak ingin
  melewatkan satu hurufpun. Setelah yakin, senyum Rex mengembang dan meletakkan kertas itu di atas rak terdekat.
  "Jadi kita aman melakukannya?" Gumam Rex.
  "Tapi kau sudah merusak suasana hatiku. Seharusnya kau tidak memintaku menyerahkan kertas itu setelah apa yang ku lakukan untuk menggodamu. Kau tidak menghargaiku, Rex. Aku benar-benar mempersiapkan diri dengan sepenuh hati sedangkan kau, bertindak seolah-olah aku adalah seorang pembohong besar!"
  "Jangan tersinggung, Lav! Ini demi kebaikanmu, kan? Kalau begitu aku mandi dulu."
  Lavender menyambar tubuh Rex saat Rex berbalik membelakanginya. Gadis itu memeluk tubuh Rex dari belakang seerat yang dia bisa. Lavender tidak ingin kehilangan satu kesempatanpun. "Tidak perlu, aku tidak masalah jika kau berkeringat. Ini sudah malam Rex, aku takut terlalu lama menunggu dan kehilangan kesempatanku!"
  Rex mendesah dan berbalik. Ia menatap Lavender dengan pandangan yang sama seperti biasanya. Pandangan yang penuh cinta. Hanya saja kali ini Rex tidak perlu menahan dirinya untuk mengungkapkan segala hal yang di rasakannya. "Tapi aku merasa tidak nyaman."
  "Dulu kau bahkan tidak mandi untuk menemuiku di halaman belakang. Aku tidak masalah dengan itu. Cepatlah, aku tidak bisa menunggu."
  "Sebentar saja, aku berjanji. Sekarang duduklah disana dan tunggu aku." Rex memaksa Lavender untuk melepas pelukannya dan menghilang di kamar mandi.
  Lavender mendengus. Mengapa suasana saat bersama Rex tidak seromantis saat bersama Nick. Lavender juga merasa heran mengapa ia lebih menyuk ai suasana yang tidak romantis bersama Rex bila di ban dingkan dengan suasana romantis bersama Nick. Rex s udah membuatnya melupakan segalanya. Lavender tid ak bisa menunggu lama, ia melepaskan semua pakaian nya dan duduk di tengah ranjang untuk menunggu Rex, beberapa saat kemudian Rex keluar dari kamar mandi dengan handuknya. Ia membuat hati Lavender kembali cerah.
  "Kenapa kau membuka pakaianmu sendiri?" Rex menge luh.
  "Kau terlalu lama. Aku bisa mati duluan jika kau tidak melakukannya saat
  ini juga."
  Rex menggigit bibirnya dan mendekati Lavender dengan sangat perlahan. Ranjang berderak saat Rex beringsut untuk memeluk Lavender di atas ranjang. Wajah Lavender memerah saat Rex membuka handuknya. Ia merasakan kulit
  Rex menyentuh sekujur tubuhnya, sangat hangat. Rex mulai menyentuhnya dengan panas hingga keduanya berakhir di atas ranjang dalam keadaan telanjang. Sebagaimana adam dan hawa saat baru turun ke bumi. Hati Lavender di penuhi keinginan yang membuncah, ingin menyatu dengan Rex saat itu juga. Untuk pertama kali dalam hidupnya Lavender bercinta, merasakan dirinya di jamah oleh pria yang di cintainya, pria yang mengubahnya dari seorang gadis menjadi seorang wanita. Pria yang berjanji akan melindunginya, pria yang selalu bersayap seperti malaikat setiap kali ia menatapnya dengan cinta. Akhirnya, tiba saatnya dimana Lavender menyerahkan kehidupannya untuk kebahagiaan seseorang. Deliah benar tentang cinta, ia bahkan rela mati demi Rex.
  Tuhan, terimakasih sudah menciptakan Rex Terimakasih sudah memberikan cinta itu padanya Terimakasih karena aku tidak melakukan dosa Rex adalah yang pertama, dan terakhir untukku
  Airmata Lavender meleleh saat ia merasakan perih menusuk. Bagian sensitifnya terasa sangat sakit, tapi hatinya terasa sangat nyaman. Ia akan baik-baik saja, itu yang terus di ucapkannya setiap kali Rex menanyakan keadaannya. Perlahan-lahan perjuangan menuju keindahan itu mulai merebak. Lavender merasakan jantungnya berdetak sangat cepat untuk pertama kali dan lambat laun, ia bisa mendengar percikan madu yang tumpah, ia melihat surga.
  ***
  Langkah Nick Sherwood berhenti saat mendengar desahan dari kamar Lavender. Dadanya tiba-tiba terasa sangat sesak membayangkan bagaimana gadis yang sangat di cintainya bergelut dengan pria lain di dalam sana. Ia ingin mengamuk, ingin mendobrak pintu dan menyeret laki-laki itu keluar lalu membunuhnya. Nick memegangi kepalanya. Sampai kapan ia akan terus begini? Langkahnya menyala lagi, semakin cepat menuju kamarnya. Ia tidak ingin mendengarkan desahan demi desahan yang menyiksa batinnya dengan kejam, Tapi otaknya terus saja memikirkan Lavender dan Lavender. Ini pertama kalinya Nick mendengar mereka bercinta. Gadis itu sudah kehilangan keperawanannya malam ini. Keperawanan yang selalu di tawarkannya kepada Nick, ia merasa semakin sakit.
  Nick mengambil kunci sepeda motornya di atas meja, ia ingin pergi saat itu juga, menjauh dari rumah ini. Dari bayangan-bayangan tentang Lavender di dalam kamarnya. Astaga, ia tidak bisa melepaskan pemikirannya dari Lavender sedikitpun. Tanpa sengaja Nick menyenggol sebuah kertas dan membacanya dengan serius. Ekspresi khawatir tiba-tiba saja muncul di wajahnya, ia hampir saja keluar jika Lawrence tidak mengunci pintu kamar mereka untuk menghadangnya.
  "Jangan ganggu mereka, Nick!"
  "Apa maksudmu? Kau tau mengenai ini? Lavender tidak boleh melakukan itu. Dia bisa mati!"
  "Itu keinginannya."
  "Mati? Dia ingin mati?"
  "Demi orang yang dicintainya."
  Nick terdiam sejenak, memandangi Lawrence dengan tatapan yang tidak menyangka. "Lavender tidak mencintainya!" "Lalu kau fikir dia mencintaimu?"
  Nick terdiam lagi. Ia termenung beberapa saat mengenai perkataan Lawrence barusan. Sesungguhnya Nick sudah tau kalau Lavender tidak lagi mencintainya seperti dulu. Tapi dia tidak bisa menerimaya begitu saja. Lavender sudah mengubah Nick terlalu banyak. "Biarkan aku menghentikannya, kau tidak menyayangi adikmu? Kau selalu mengatakan kalau kau sangat menyayanginya. Tapi kenyataannya kau membiarkan Lavender menyongsong kematiannya."
  "Aku masih sama, Nick. Masih menyayanginya dan aku melakukan ini karena menyayanginya. Kau fikir bagaimana perasaanku selama ini melihatmu bersamanya? Aku menyimpan sakit hatiku karena aku menyayangi Lavender. Dan aku harus menahan diri kali ini juga karena Lavender. Dia ingin membahagiakan suaminya mskipun untuk itu dia harus mempertaruhkan nyawanya. Aku mendukungnya meskipun hatiku berontak karena aku tau, hal ini bisa saja membuatku kehilangan Lavender."
  "Kau sangat kejam. Rasa sayangmu sangat kejam. Kau menikah denganku demi Lavender, membiarkan aku dan dia menjalani percintaan yang menyakitkan. Dan sekarang."
  "Kapan kau akan berhenti?" Lawrence memotong. "Biarkanlah Lavender bahagia!"
  "Dan kau bersedia menjadi jaminannya? Hidup bersamaku dalam penderitaan selamanya?"
  Lawrence terdiam lama. Ia ingin berpisah dengan Nick.
  "Sekarang biarkan aku menghentikannya!" Nick bertindak tiba-tiba. Ia mendorong Lawrence agar menyingkir dari pintu. Sayangnya sikap keras Nick itu malah membuat Lawrence berteriak kesakitan, perutnya yang membesar membentur sesuatu.
  Dengan cepat teriakan Lawrence mempengaruhi semua orang. Seisi rumah berdatangan satu persatu untuk membantunya. Lavender dan juga Rex. Nick termenung lama mengenang kejadian ini. Apa

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>