
Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag I Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag II Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag III Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag IV Panasnya Bunga Mekar bag I
diatas tatarannya. Bahkan agaknya para pemimpin pemerin tahan di Singasaripun menganggap bahwa orang-orang dari tataran yang paling rendahpun akan mendapat perlakuan yang sama dengan para Pangeran.
Karena itu, maka Pangeran Indrasunupun akan melakukan sesuatu untuk merubah tataran hidup khususnya kakak iparnya. Dengan bekal sikap itulah, maka dihari berikutnya Pangeran Indrasunu mohon diri kepada kakak iparnya untuk kembali ke Kediri setelah beberapa waktu ia berada di Singasari.
Dalam pada itu, niatnya yang dilambari oleh dendam dan kekecewaan, pribadi itu, benar-benar akan dilaksanakannya. Karena itu, demikian ia sampai di Kediri, iapun mulai mencari kemungkinan untuk melakukan niatnya.
Tetapi pada saat ia menjajagi sikap beberpa orang Pangeran yang masih terikat hubungan keluarga-dan diantara mereka adalah saudara sepupunya, maka pangeran Indrasunu menjadi kecewa. Beberapa orang Pangeran, yang bukan Pangeran Kuda Padmadata justru telah menasehatinya, bahwa sebenarnyalah jarak antara orang-orang yang disebut orang kecil dan para bangsawan memang sudah sepatutnya diperkecil.
“Bukan karena kami takut terhadap tindakan orang-orang Singasari, tetapi ternyata bahwa kami sependapat dengan sikap itu” berkata seorang Pangeran yang lebih tua dari Pangeran Indrasunu.
Betapa kecewanya Pangeran Indrasunu mendengar jawaban beberapa orang yang dihubunginya Seolah-olah ia telah tersisih pada satu sikap yang berbeda dengan orang-orang disekitarnya.
Tetapi Pangeran Indrasunu tidak putus asa. Ia masih tetap berusaha untuk mendapatkan dukungan atas sikapnya itu. Karena usahanya yang tidak mengenal lelah, maka akhirnya, Pangeran Indrasunu bertemu juga pendiriannya dengan beberapa orang Pangeran muda.
“Kediri sudah benar-benar lumpuh” geram Pangeran Indrasunu ”Jika sikap para bangsawannya masih tetap seperti budak-budak belian, maka Kediri untuk selamanya tidak akan pernah bangkit”
“Kitalah yang wajib berbuat sesuatu” jawab seorang pangeran muda yang lain “aku mempunyai sepasukan pengawal yang setia. Demikian pula agaknya setiap orang diantara kita. Karena itu, jika kita benar-benar bertekad, maka kita akan mampu berbuat sesuatu”
“Tentu tidak cukup” desis seorang Pangeran yang lebih tua. Bertubuh kecil, tidak terlalu tinggi. Namun natiuya bergejolak seperti kawah gunung berapi “aku mempunyai seorang kakak yang mempunyai kesempatan paling baik melakukannya”
“Siapa?” bertanya Pangeran Indrasunu.
“Pangeran Suwelatama. Kakangmas Suwelatama yang menjadi Akuwu di Kabanaran” jawab Pangeran yang bertubuh kecil.
Wajah pangeran Indrasunu tiba-tiba menjadi cerah. Sambil mengangguk-angguk berkata “Bagus. Bagus sekali. Kita akan membangunkan satu tata kehidupan yang paling baik di daerah Pakuwon itu. Kita akan melakukan yang bertentangan sepenuhnya dengan apa yang pernah dilakukan oleh Ken Arok. Anak pidak pedarakan yang pernah menjadi orang buruan di padang Karautan. Orang itulah yang mula-mula telah merusak tatanan hidup di Tumapel, karena ia sendiri orang pidak pedarakan. Isterinya, bekas isteri Tunggul Ametung seorang gadis padepokan, sehingga mereka ingin mengangkat derajad tataran yang paling rendah”
“Kakangmas Suwelatama tentu akan berbuat sebaliknya. Kabanaran akan menjadi landasan tatanan kehidupan yang mapan dengan tataran-tataran yang seharusnya” berkata Pangeran Indrasunu “dengan landasan Akuwu Suwelatama aku akan memberi peringatan kepada kakangmas Wirapaksi, bahwa tatanan kehidupan di Singasari dan Kediri sudah rusak”
“Siapa tahu, bahwa kakangmas Suwelatama akan mendapat dukungan cukup setelah ia berhasil menunjukkan sesuatu yang berharga. Bukankah Ken Arokpun mulai dari Pakuwon Tumapel, kemudian mengalahkan Kediri dan menyebut negerinya Singasari?“
“Kabanaran akan bangkit. Kediri dan Singasari pada saatnya akan tunduk di bawah kaki Akuwu Suwelatama” berkata Pangeran Indrasunu pula. Lalu “Tentu Akuwu Suwelatama tidak akan lebih buruk dari Akuwu Ken Arok pada waktu itu”
Dengan demikian maka beberapa orang Pangeran telah sepakat untuk menemui Akuwu Kabanaran, yang sebenarnya juga seorang Pangeran. Tetapi nampaknya ia merasa lebih bebas dan lebih dapat merasakan kekuasaan yang ada ditangannya sebagai seorang Akuwu.
Para Pangeran yang merasa memiliki kekuatan masing-masing akan dapat mendukung kekuatan yang ada di Kabanaran. Sehingga dengan demikian, maka yang akan dilakukan oleh Akuwu Suwelatama akan lebih mudah daripada yang dilakukan oleh Ken Arok.
Demikianlah, maka para Pangeran itu telah bersepakat untuk pergi ke Kabanaran untuk menemui Pangeran Suwelatama. Menurut pendapat mereka, semakin cepat akan semakin haik.
“Tetapi aku harus berbicara pula dengan guru” berkata Pangeran Indrasunu “guru Wasi Sambuja harus mengetahui rencana ini. Mungkin dengan beberapa orang seperguruannya, ia akan dapat membantu kami, karena sebenarnyalah di Singasari terdapat orang- orang yang memiliki ilmu yang tinggi diantara para prajurit dan Senopati”
“Kau sangka di Kediri tidak ada orang-orang yang sakti?” bertanya seorang Pangeran.
“Tetapi apakah orang itu bersedia bekerja bersama kita, itulah soalnya” jawab Pangeran Indrasunu.
Para Pangeran yang lainpun mengangguk-angguk. Mereka sependapat dengan pikiran Pangeran Indrasunu.
Namun dalam pada itu, maka para Pangeran itu pun benar-benar telah mengambil satu sikap. Mereka telah menentukan, dikeesokan harinya, mereka akan pergi menemui Akuwu Suwelatama.
Empat orang Pangeran yang masih muda, telah pergi menemui Akuwu Suwelatama. Diantara mereka adalah Pangeran Indrasunu dan Pangeran yang bertubuh kecil, adik Akuwu Suwelatama, yang lebih senang tinggal di Pakuwon daripada didalam istana di Kota Raja Kediri.
Kedatangan mereka telah mengejutkan Akuwu Suwelatama. Sudah agak lama adiknya tidak berkunjung ke istananya yang terpisah dari Kota Raja. Tiba-tiba adiknya yang bertubuh kecil itu telah datang bersama beberapa orang Pangeran yang lain.
“Nampaknya ada sesuatu yang penting” bertanya Pangeran Suwelatama yang lebih senang menjadi Akuwu itu setelah ia menanyakan keselamatan tamu-tamunya.
“Tidak kakangmas” jawab Pangeran yang bertubuh kecil itu “kami hanya ingin mengunjungi kakangmas. Kami merasa terlalu pepat dan terkurung di Kota Raja, Di sini kami menghirup udara yang segar, dan yang seakan-akan bebas menghisap udara seberapapun kami ingini”
Akuwu Suwelatama tertawa. Katanya “Sukurlah. Jika kalian kerasan disini, tinggallah disini. Sebenarnyalah bahwa hidup di Pakuwon jauh lebih senang daripada hidup berjejal di Kota Raja dengan segenap bentuk kehidupan yang memuakkan. Disini aku dapat berbuat segalanya yang sesuai dengan sikap dan pandangan hidupku. Meskipun itu bukan berarti bahwa Pakuwon ini melepaskan diri dari kuasa Kediri dan bahkan Singasari, tetapi aku dapat mengatur tata kehidupan sehari-hari sesuai dengan tata cara yang paling baik menurut pendapatku”
“Benar kakangmas” jawab Pangeran yang bertubuh kecil itu “apalagi pada saat-saat Kediri sudah kehilangan kewibawaannya. Seolah-olah Kediri sudah tidak lagi mempunyai tatanan kehidupan sesuai dengan adat yang berlaku dari abad ke abad”
“Apa yang kau maksud adimas?” bertanya Akuwu Suwelatama.
Pangeran bertubuh kecil itu tertawa. Jawabnya “Tidak apa-apa. Tetapi barangkali kakangmas juga mengetahui, bahwa ada perubahan di dalam tatanan kehidupan di Kediri, terlebih-lebih lagi di Singasari. Tataran kehidupan tidak lagi dihormati, dan bahkan para Pangeran dan para bangsawan telah lupa akan dirinya”
Akuwu Suwelatama tertawa. Katanya “Jadi baru sekarang kau sadari hal itu?“
“Ya” jawab adiknya. Lalu “Saudara-saudara kita inipun terlambat menyadari keadaan”
“Karena itu, aku lebih senang berada di sini” jawab Akuwu Suwelatam “disini aku bagaikan seorang Maharaja. Semua orang menghormati aku dan keluargaku sebagaimana mereka harus hormat kepada junjungannya”
Pangeran-pangeran muda yang datang ke Pakuwon itupun mengangguk- angguk. Pangeran Indrasunu kemudian berkata “Tataran yang demikian sudah dihinakan di Singasari. Mungkin maksudnya bukan saja menghina tataran itu sendiri, tetapi justru karena aku seorang bangsawan dari Kediri”
Akuwu Suwelatama mengerutkan keningnya. Dengan nada dalam ia bertanya “Apa yang sudah terjadi adimas Indrasunu”
Pangeran Indrasunu menarik nafas dalam-dalam. Setelah memandang Pangeran bertubuh kecil itu sekilas, maka iapun kemudian menceriterakan apa yang telah terjadi atas dirinya.
Wajah Akuwu Suwelatamapun nampak berkerut. Demikian Pangeran Indrasunu selesai berceritera dengan menambah di beberapa bagian dari peristiwa- peristiwa yang sebenarnya terjadi, Akuwu itupun bertanya “Jadi kau gagal mengambil gadis itu?“
“Ya, kakangmas” jawab Indrasunu.
“Dan Pangeran Wirapaksi sama sekali tidak berusaha mempergunakan kekuasaan untuk menolong adimas?” bertanya Akuwu itu pula.
JILID 25
PANGERAN Indrasunu menggeleng.
“Terlalu“ desis Akuwu Suwelatama “dengan demikian maka adalah, salah para bangsawan itu sendiri bahwa mereka tidak lagi dihormati orang”
“Sementara itu, di Kediripun berlaku hal yang sama” desis Pangeran bertubuh kecil itu “Apakah kakangmas sudah mendengar persoalan yang timbul di istana Pangeran Kuda Padmadata?“
“Aku sudah tahu. Ia memilih perempuan pidak pedarakan itu daripada isterinya yang sepadan” jawab Akuwu Suwelatama “seharusnya Pangeran Kuda Padma data tidak berbuat demikian. Ia dapat saja mengambil anak padesan itu sebagai selirnya”
“Nah, ternyata aku justru dihinakan di Singasari” berkata Pangeran Indrasunu kemudian.
“Hal serupa itu tidak akan terjadi disini” berkata Akuwu Suwelatama “apa saja yang kalian kehendaki akan terjadi. Jangan pikirkan lagi apa yang terjadi di Singasari itu. Besok adimas Indrasunu dapat berjalan-jalan dan melihat- lihat. Perempuan-perempuan cantik di padesan akan merasa sangat bangga, belum lagi diambil sebagai selir, bahkan di pandangpun rasa-rasanya mereka harus mendapat wahyu”
Pangeran Indrasunu mengangguk-angguk. Tetapi sebenarnya bukan itu yang dikehendakinya. Ia ingin membalas sakit hatinya dengan menebus kekalahannya. Bahkan jika mungkin dengari peristiwa yang jauh lebih besar dari yang pernah terjadi di Singasari itu. Bukan sekedar menga lahkan Mahisa Agni, Mahisa Bungalan, Mahendra dan Witantra di arena perang tanding, tetapi Singasari dalam keseluruhan memang harus dirombak sama sekali. Seluruh tatanan kehidupannya. Bahkan jika mungkin hubungan antara Kediri dan Singasari itu sendiri. Meskipun persoalan itu sudah jauh melampaui persoalan pokoknya.
Tetapi Pangeran Indrasunu cukup cerdik untuk tidak dengan tergesa- gesa menyampaikan maksudnya. Karena itu, maka iapun mengangguk-angguk sambil menahan segala gejolak hatinya untuk pada suatu saat yang paling baik, menyampaikannya kepada Akuwu Suwelatama.
Bersama tiga orang Pangeran lainnya, Pangeran Indrasunu tinggal di Pakuwon yang dipimpin oleh Pangeran Suwelatama. Rasa-rasanya mereka memang dapat melupa kan gejolak hati mereka dengari melihat-lihat sawah yang hijau. Sungai yang bening mengalir di tengah-tengah bulak yang panjang. Bendungan yang panjang yang mengangkat air ke sawah lewat parit yang bercabang-cabang.
Namun demikian, Pangeran Indrasunu tidak pernah inelupakan maksud kedatangannya yang sebenarnya. Di Pakuwon itu ia memang melihat gadis-gadis yang tersipu-sipu jika Pangeran-Pangeran muda itu memandangi mereka. Bahkan mereka menjadi ketakutan jika salah seorang dari Pangeran itu mendekatinya. Namun dalam pada itu, hati mereka pun rasa-rasanya menjadi kembang sebesar Gunung.
Baru setelah Pangeran- Pangeran muda itu berada di Pakuwon itu beberapa hari, maka mereka mulai menyinggung masalah- masalah yang mereka kehendaki, sedikit demi sedikit.
“Harus ada perubahan dalam tatanan kehidupan di Kediri” berkata Pangeran Indrasunu.
Pangeran Suwelatama itupun termangu-mangu. Namun agaicnya adiknya yang bertubuh kecil itupun meyakinkannya, bahwa yang dikatakan itu sebenarnyalah demikian.
Akuwu Suwelatama yang semula ragu-ragu menanggapi sikap anak-anak muda itu, akhirnya telah terbuka pula. Pangeran yang lebih senang tinggal diluar Kota Raja itupun mengerti, apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Pangeran- Pangeran muda itu.
“Kenapa kalian datang kemari?“ tiba-tiba saja Pangeran Suwelatama itu bertanya kepada adiknya “Apakah kau melihat kemungkinan yang paling kecil sekalipun, bahwa aku akan sependapat dengan kalian”
“Aku mengerti sikap kakangmas“ jawab adiknya, Pangeran yang bertubuh kecil “kakangmas lebih senang tinggal di tempat ini, karena kakangmas tidak sependapat dengan perkembangan keadaan. Namun agaknya kakangmas terlalu baik hati, atau kakangmas memang tidak ingin melihat orang-orang gila itu kehilangan tempatnya” p>
“Tetapi itu belum berarti bahwa, aku telah menentukan satu sikap” jawab Akuwu Suwelatama.
“Yang kakangmas lakukan sudah satu sikap. Namun terserahlah kepada kakangmas untuk mengembangkan sikap itu. Kami hanya ingin menyampaikan kepada kakangmas, bahwa kami mulai merintis jalan untuk mengambil langkah yang panjang. Yang terjadi atas kakangmas Indrasunu dan ketidak-mampuan kakangmas Wirapaksi untuk mengambil langkah yang paling baik, hanyalah satu persoalan diantara banyak persoalan yang harus kita tanggapi”
Akuwu Suwelatama tertawa. Katanya “Kalian masih terlalu muda untuk menentukan langkah. Kalian hanya terburu oleh perasaan tidak puas dan gelisah. Meskipun aku percaya bahwa kalian mempunyai kekuatan, bahkan juga kalian mempunyai latar belakang perguruan kalian masing-masing, tetapi kalian hanyalah debu bagi Kediri dan apalagi Singasari”
“Kami menyadari” sahut Pangeran Indrasunu “karena itu kami tidak berbuat apa-apa sekarang ini. Yang ada didalam diri kami barulah angan-angan, keinginan dan