Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Panasnya Bunga Mekar - 229

$
0
0
Panasnya Bunga Mekar - Serial Pelangi Di Langit Singosari 4 - SH Mintardja.jpegCerita Silat | Panasnya Bunga Mekar | Serial Pelangi Di Langit Singosari | Panasnya Bunga Mekar | SH Mintardja | Panasnya Bunga Mekar pdf

Bunga di Kaki Gunung Kawi bag IX Bunga di Kaki Gunung Kawi bag X Bisikan Arwah - Abdullah Harahap Lembah Merpati - Chung Sin Panasnya Bunga Mekar Bag II

Witantra”

“O“ wajah Wasi Sambuja menjadi tegang.

“Nah, bukankah tidak ada persoalan lagi? Paman Witantra adalah Senopati Agung sejak Ken Arok berada di Singasari yang masih berujud Pakuwon. Ia adalah Senopati Agung Akuwu Tunggul Ametung. Kemudian masa kekuasaan Ken Arok di Singasari dan Kediri, yang pada suatu saat telah melemparkan paman Witantra ke Kediri” berkata Pangeran Wirapaksi.

“jadi orang inikah Senopati Agung itu?“ suara Wasi Sambuja merendah.

“Ya. Paman Mahisa Agni dan paman Witantra, keduanya pernah memegang kedudukan Senopati Agung itu”

Wasi Sambuja menarik nafas dalam-dalam. Tetapi masih terpercik keragu- raguannya atas keterangan Pangeran Wirapaksi itu sehingga Pangeran itu berkata “Kau tentu sudah pernah mendengar namanya, tetapi belum pernah melihat orangnya. Tetapi jika kau ragu, bertanyalah kepada siapapun juga yang langsung berada di Kota Raja Kediri saat itu”

Akhirnya Wasi Sambuja mengangguk kecil. Katanya “Baiklah. Aku memang harus mengaku, bahwa aku telah dikalahkan. Apalagi setelah aku mendapat keterangan dari Pangeran Wirapaksi, maka akupun harus menilai kembali perasaan harga diri tentang sebuah perguruan”

“Sudahlah paman” berkata Pangeran Wirapaksi, lalu “sebenarnyalah kita dapat menganggap bahwa persoalannya telah selesai. Biarlah adimas Indrasunu tidak lagi menyebut-nyebut gadis yang bernama Ken Padmi itu. Kemanakan paman Mahisa Agni dan paman Witantra”

Wasi Sambuja menarik nafas dalam-dalam. Dipandanginya Pangeran Indrasunu yang menundukkan kepalanya. Namun kemudian Wasi Sambuja itupun berkata “Sebelumnya, Pangeran Indrasunu tidak pernah gagal. Tetapi kali ini, biarlah kami mengakui, bahwa kami pada suatu saat telah membentur kekuatan yang tidak terlawan. Dan apalagi ternyata bahwa kami telah berhadapan dengan kekuatan yang memang tidak sepantasnya kita lawan”

Pangeran Indrasunu masih tetap menunduk. Tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Jika gurunya telah menyerah kepada keadaan, maka apa yang akan dapat dilakukannya. p>

Karena itulah, maka ia harus menerima keadaan itu. Untuk pertama kali ia gagal mengambil seorang gadis yang diingininya, iustru di Singasari.

“Memang Singasari mempunyai suasana yang lain” berkata Pangeran Indrasunu didalaftn hatinya. Di Singasari ia melihat, bahwa Pangeran Wirapaksi tidak berpihak kepadanya meskipun Pangeran Wirapaksi itu adalah kakak iparnya dan juga seorang bangsawan seperti dirinya.

“Jika kakangmas mau mempergunakan kekuasaannya maka segalanya akan selesai. Tetapi nampaknya ia justru berpihak kepada orang-orang yang bukan dari tataran bangsawan” berkata Pangeran Indrasunu didalam hatinya. Sehingga karena itu, maka Pangeran Wirapaksi sama sekali tidak mau mempergunakan kekuasaannya untuk memenuhi keinginannya.

Dalam pada itu, maka Pangeran Indrasunu itupun harus menerima segalanya dengan hati yang geram. Namun akhirnya iapun telah berusaha untuk melihatnya sebagai satu kenyataan meskipun ia merasa sangat kecewa terhadap kakak iparnya.

Tetapi kenyataan itu memang tidak dapat ditolaknya. Yang harus dilakukannya kemudian adalah melupakan seorang gadis padepokan yang bernama Ken Padmi, yang kini tinggal di rumah Mahendra.

Tetapi Pangeran Indrasunu ragu-ragu akan dirinya. Apakah ia benar- benar akan dapat melupakannya. Mung Jafi ia dapat melupakan gadis yang bernama Ken Padmi itu dengan mengambil sepuluh orang gadis di Kediri. Gadis-gadis padesan yang lain akan merasa sangat berbahagia apabila mereka mendapat kesempatan untuk diangkat menjadi selir seorang bangsawan, karena dengan demikian, mereka berharap bahwa diantara keturunan yang akan lahir adalah keturunan bangsawan.

Tetapi kekalahan yang dialaminya dan bahkan dialami oleh gurunya tentu akan tetap menyiksanya. Meskipun nempaknya gurunya justru telah menerima kekalahan itu dengan ikhlas, tetapi Pangeran Indrasunu berpendirian lain. p>

Meskipun demikian segala getar didadanya itu disimpannya saja. Ia tidak dapat mengatakannya kepada siapapun. Tidak kepada kakak iparnya, dan bahkan tidak kepada gurunya.

Dalam pada itu, maka permusuhan itu pada gelar kelahirannya sudah dihentikan. Wasi Sambuja sama sekali tidak ingin berusaha untuk berbuat apapun juga. Bahkan Wasi Sambuja sebenarnyalah telah menerima keadaan itu dengan ikhlas, setelah ia menyadari dengan siapa ia berhadapan.

Namun agaknya berbeda dengan Pangeran Indrasunu.

Karena itu, maka arena yang dibuat dihalaman Pangeran Wirapaksi itupun telah di hilangkan. Gawarnyapun telah digulung, sementara para pengawal teldi meninggalkan halaman. Baik pengawal istana Pangeran Wirapaksi, maupun para pengawal Pangeran Indrasunu.

Mereka telah berada di serambi gandok, sementara para Pengawal istana itu telah berkumpul di regol halaman.

Demikianlah, maka yang ada di halaman itupun kemudian oleh Pangeran Wirapaksi telah diterima sebagai tamu-tamu mereka. Namun beberapa orang masih juga nampak letih. Witantrapun ternyata lebih senang meneguk minuman daripada mengunyah makanan. Rasa- rasanya badannya masih lungkrah sehingga yang paling segar baginya adalah minum sebanyak- banyaknya. Demikian pula Wasi Sambuja, Mahisa Bungalan dan Pangeran Indrasunu.

Namun sementara itu, ternyata Wasi Sambuja tidak dapat terlalu lama berada di istana Pangeran Wirapaksi. Meskipun tubuhnya masih belum pulih, maka ia benar-benar berhasrat ingin segera kembali ke padepokannya.

“Pangeran Indrasunu akan tetap berada disini sampai keadaannya menjadi baik dan kekuatannya pulih kembali” berkata gurunya.

Ternyata Wasi Sambuja benar-benar tidak dapat ditahan lagi. Iapun segera mohon diri setelah dengan ikhlas ia minta maaf atas segala perbuatannya.

“Aku mohon kelancangan kami dapat dilupakan” berkata Wasi Sambuja. Kemudian katanya pula “Sebenarnyalah tidak ada gunanya kami mengingkari kenyataan ini. Seandainya aku mendendam, dan merencanakan bertemu dalam waktu satu dua tahun lagi, maka akhirnya tidak akan berubah. Aku mungkin justru akan dibinasakan karena aku sudah mengulangi kesalahan yang serupa”

“Kami sudah melupakannya” jawab Witantra “tetapi aku mohon bahwa yang kau ucapkan benar-benar keluar dari nuranimu”

“Aku berkata dengan jujur. Aku sudah cukup tua untuk mengerti keadaan diri sendiri” jawab Wasi Sambuja.

Ternyata Wasi Sambuja benar-benar meninggalkan istana itu dan kembali ke padepokannya. Rasa-rasanya ia benar-benar ingin beristirahat tanpa segan. Ia ingin tidur tanpa diganggu dan makan yang dikehendaki untuk memulihkan tubuhnya. Di padepokan ia akan mendapat refamuan berbagai jenis akar dan dedaunan bagi makanannya- sekaligus obat yang akan dapat memulihkan keadaannya dengan cepat.

Sebenarnyalah sepeninggal Wasi Sambuja, maka Mahendrapun telah mohon diri pula. Demikian juga Mahisa Agni dan Witantra yang akan membawa Mahisa Bungalan kembali ke istana. Mereka masih belum melaporkah bahwa mereka telah siap untuk menghadap. Terlebih- lebih adalah Mahisa Bungalan, setelah petualangannya yang sebelum ia berangkat disebutnya yang terakhir.

Pangeran Wirapaksi tidak dapat menahan mereka.

Mahendra kembali ke kampung halamannya, sementara Mahisa Agni, Witantra dan Mahisa Bungalan masuk ke dalam istana Maharaja Singasari.

Dalam pada itu, ketika istana Pangeran Wirapaksi sudah sepi, maka Pangeran Indrasunu duduk termenung di serambi samping. Betapapun juga, ia masih tetap merenungi apa yang telah terjadi. Ternyata ia tidak seikhlas gurunya menerima kenyataan itu. Bukan karena Ken Padmi, tetapi justru karena kekalahan-kekalahan yang memalukan.

Pangeran Indrasunu terkejut ketika ia mendengar desir lembut mendekatinya. Ketika ia berpaling, dilihatnya isteri Pangeran Wirapaksi yang juga kakak perempuan Pangeran Indrasunu, mendekatinya.

“Kakangmbok” desis Pangeran Indrasunu.

Pangeran Indrasunu menarik nafas dalam-dalam. Namun iapun kemudian bergeser ketika isteri Pangeran Wirapaksi itu duduk disampingnya.

“Aku sudah mengetahui segalanya yang terjadi” berkata kakak perempuan Pangeran Indrasunu itu.

“Aku telah dihinakan di sini“ desis Pangeran yang masih muda itu “sementara itu kakangmas Wirapaksi sama sekali tidak berusaha untuk membantuku”

“Ia sudah dijangkiti penyakit para bangsawan di Singasari” jawab kakak perempuannya.

“Penyakit apa?” bertanya Pangeran Indrasunu.

“Kehilangan kewibawaan dan tidak percaya lagi akan kekuasaan yang ada ditangannya. Karena itu, kakang masmu selalu bertindak ragu-ragu dan tidak tuntas. Bahkan kadang- kadang merugikan dirinya sendiri” jawab kakak perempuannya.

Pangeran Indrasunu memandang kakak perempuannya dengan kerut merut di dahinya. Dengan suara bernada tinggi ia bertanya “Jadi kakangmbok juga berpendapat demikian?”

Kakak perempuannya mengangguk kecil. Jawabnya “Ya. Aku berpendapat demikian”

“Dan kakangmbok tidak pernah menegurnya?” bertanya adiknya.

“Aku sudah berusaha memperingatkannya“ berkata kakak perempuannya “justru Pangeran Wirapaksi mempunyai kewajiban untuk menelakkan kewibawaan para bangsawan. Sejak anak padesan yang pernah menjadi buruan Akuwu Tunggul Ametung di hutan Karautan itu memegang pemerintahan di Singasari dan bahkan kemudian berhasil mengalahkan Kediri, maka telah terjadi sungsang buwana balik. Seolah-olah para bangsawan sudah tidak berharga lagi. Dan bangkitlah satu trah rakyat jelata yang memegang kekuasaan. Bukankah Ken Dedes yang terkenal sebagai bunga di lereng Gunung Kawi itupun hanya anak padepokan Palawijen?“

“Ya. Ya. Aku mengerti kakangmbok. Yang berkuasa sekarang di Singasari adalah keturunan Ken Dedes itu. Baik dari suaminya Tunggul Ametung, maupun dari anak brandal yang bernama Ken Arok” jawab Pangeran Indra sunu.

“Ya. Dan sekarang kakangmasmu sudah terpengaruh jalan kehidupan dan cara berpikir orang-orang Singasari yang tidak lagi menarik batas antara para bangsawan dan rakyat jelata meskipun ia memegang jabatan setinggi apapun juga” berkata isteri Pangeran Wirapaksi itu. p>

“Dan kakangmas Pangeran dengan rela melihat kenyataan itu. Bahkan mendukungnya” geram Pangeran Indrasunu. Tiba-tiba anak muda itu berkata “Kakangmas harus bangkit. Para bangsawan harus mengerti tentang dirinya sendiri. Termasuk para bangsawan di Singasari yang lahir sebagai keturunan para Raja dan Maharaja, meskipun mereka berasal dari keturunan rakyat jelata”

”Itulah yang akan tetap membaurkan hak para bangsawan” berkata kakak perempuannya.

“Jadi?” bertanya adiknya.

“Aku seorang perempuan yang tidak banyak mengetahui seluk beluk pemerintahan. Tetapi ada semacam ketidak relaan didalam hatiku, seperti apa yang baru saja terjadi, bahwa kau harus memasuki arena perang tanding melawan seorang anak muda petualang yang tidak sederajat dengan kau. Apalagi dengan demikian kau telah gagal mengambil seorang gadis padesan itu” berkata kakak perempuannya.

“Jadi bagaimana menurut kakangmbok?” bertanya Pangeran Indrasunu.

“Aku tidak mengerti. Tetapi keadaan ini membuat aku menjadi sangat prihatin dan kadang-kadang sakit hati” jawab isteri Pangeran Wirapaksi “hampir setiap hari aku melihat, bagaimana Pangeran Wirapaksi harus melayani orang-orang berkedudukan rendah seperti ia melayani Pangeran-pangeran di Kediri”

Pangeran Indrasunu mengangguk-angguk. Katanya “Ternyata tata kehidupan di Kediri masih lebih baik meskipun Kediri saat ini dibawah perintah Singasari. Aku akan berbicara dengan beberapa orang bangsawan di Kediri, bahwa tata kehidupan di Singasari telah menjadi kalut dan tidak terdapat lagi tataran-tataran yang jelas”

“Cobalah berbicara dengan orang-orang tua” berkata kakak perempuannya “bagaimanapun juga Kediri harus tetap teguh dengan tata kehidupannya”

Pangeran Indrasunu mengangguk kecil. Kemudian katanya “Jika aku kembali, aku akan melakukannya. Aku masih tetap merasa terhina oleh kekalahanku. Gurupun nampaknya telah pasrah dan tidak berupaya apapun juga”

“Jangan kau sangka begitu. Bukankah gurumu dengan tergesa-gesa meninggalkan tempat ini? Ia tidak dapat terlalu lama menanggung malu di sini. Namun ia tidak dapat mengingkari satu kenyataan, bahwa ia tidak dapat memenangkan perang tanding itu” jawab kakak perempuannya.

“Tetapi tidak nampak pada sikap dan kata-kata guru bahwa ia akan kembali untuk menuntut kemenangan” berkata Pangeran Indrasunu.

“Tetapi jangan tergesa- gesa mengambil kesimpulan tentang gurumu” berkata isteri Pangeran Wirapaksi. Lalu “Sebaiknya kau melihat dan menilai keadaan yang bakal berkembang. Aku akan tetap mendampingi Pangeran Wirapaksi untuk berusaha dapat mengarahkan pandangan hidupnya yang telah berubah itu”

“Baiklah kakangmbok. Aku akan melakukannya” jawab Pangeran Indrasunu “aku akan segera kembali ke Kediri dan bertemu dengan beberapa orang. Tetapi aku curiga terhadap Pangeran Kuda Padmadata. Ia ternyata telah menodai dirinya sendiri dengan mengambil seorang gadis padesan menjadi isterinya. Justru isterinya yang diambilnya dari tataran para bangsawan telah tidak berada di istananya sepeninggal adiknya yang terbunuh itu”

“Tinggalkan orang itu” berkata kakak perempuannya “jika Pangeran Kuda Padmadata memang meragukan, kau tidak usah berbicara dengannya. Masih banyak orang-yang akan dapat mengerti tentang sikapmu itu. Dan tentu masih banyak orang yang ikut prihatin atas peristiwa. yang baru saja terjadi di halaman istana ini”

Pangeran Indrasunu mengangguk-angguk. Ternyata bahwa kakak perempuan mempunyai sikap yang berbeda dengan kakak iparnya. Dengan sikap itu, maka ia masih berpengharapan, bahwa pada suatu saat, ia akan dapat menebus kekalahannya yang berarti bukan saja kekecewaan karena ia tidak dapat membawa gadis cantik itu, tetapi juga harga dirinya.

Menurut pengamatan Pangeran Indrasunu dan kakak iparnya, Pangeran Wirapaksi sudah tidak berdiri


Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>