Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Tarian Liar Naga Sakti - 253

$
0
0
Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | by Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Cersil Sakti | Tarian Liar Naga Sakti pdf

Bunga di Kaki Gunung Kawi bag X Bisikan Arwah - Abdullah Harahap Lembah Merpati - Chung Sin Panasnya Bunga Mekar Bag II Panasnya Bunga Mekar Bag III

Episode 46: Tiga Maha Sakti (2)
  Tidak memperoleh hasil, secara nyaris bersamaan
  keduanya mulai mengerahkan ilmu andalan lain; Kali
  ini adalah Asha Vahista yang berinisiatif dan
  menyerang dengan gaya Kap Mo Kang (Ilmu Kodok),
  sebuah ilmu mujijat yang juga memiliki jejak-
  jejaknya dalam khasanah ilmu mujijat Tionggoan.
  Tetapi, jika ilmu itu belaka, maka tetap tidak akan
  mengguncangkan Wong Jin Liu. Karena itu masih
  dikombinasikan dengan sebuah ilmu khas Asha
  Vahista sendiri. Tokoh ini, memang memiliki kemiripan
  dengan Kolomoto Ti Lou, yakni memiliki kemampuan
  yang sangat istimewa dalam melontarkan suara
  sebagai alat untuk menyerang ataupun untuk
  mengganggu konsentrasi lawan. Dan kali ini, dia
  melontarkan ilmu sejenis, yakni Ilmu Kim Ciong Koan
  Jit (Ilmu Lonceng Emas Menutup Matahari).
  Melontarkan dua ilmu istimewa dalam waktu yang
  nyaris bersamaan memang adalah salah satu
  keistimewaan tokoh-tokoh yang sudah mencapai
  tingkatan yang mujijat dan sempurna dalam ilmunya.
  Karena mereka sudah mampu dan berkesanggupan
  untuk mengatur dan menata penggunaan tenaga
  tingkat tinggi sesuai dengan kemauan mereka.
  Tetapi, Wong Jin Liu yang memang bukan lawan
  ringan bagi Asha Vahista sudah dengan cepat
  mengganti ilmunya dengan menambal telinganya
  bukan hanya dengan Bu Siang Cheng Khi, tetapi juga
  melindungi dirinya dengan kekuatan awan putih
  dalam ilmu Pek In Ciang yang hebat. Ilmu ini
  sedemikian rupa sudah digubah Wong Jin Liu sampai
  awan putih berpijar sanggup dan berkemampuan
  untuk melindungi kepalanya dan secara otomatis juga
  menangkal lontaran suara mujijat Asha Vahista yang
  menyerangnya. Dan untuk melawan Kap Mo Kang
  yang istimewa, Wong Jin Liu memutuskan mengganti
  Kim Kong Ci dengan Tam Ci Sin Thong (Lentikan
  Jemari Dewa). Pilihan yang sangat tepat, karena
  tubuh Asha Vahista yang penuh hawa memang harus
  bisa diserang pada titik titik atau jalan darah tertentu
  agar tidak membawa perbawa besar bagi Wong Jin
  Liu.
  “Engkau sungguh sudah maju jauh sobat …….”
  Mendesis Wong Jin Liu, kagum dengan kemampuan
  Asha Vahista yang sudah menanjak jauh itu
  dibandingkan dengan masa 25 tahun lalu pertama kali
  mereka bertempur.
  “Hahahahahaha, sobat, sama saja, engkaupun sudah
  berubah total dibandingkan 25 tahun silam, sungguh
  jauh lebih hebat ……..”
  Demikianlah, sambil saling memuji keduanya tetap
  tidak alpa untuk menyerang, bertahan atau
  menghalau serangan lawan. Yang pasti, Wong Jin Liu
  harus berlindung rapat dengan iweekang dan dengan
  tabir Bu Siang Cheng Khi dikombinasikan dengan Pek
  In Ciang sehingga kepala dengan kedua lengannya
  sudah dipenuhi awan berpijar yang luar biasa. Tetapi,
  Asha Vahista juga menunjukkan cara yang hebat dan
  sulit dipercaya. Ilmu mujijat Kap Mo Kang memiliki
  kemampuan dan daya rusak yang sungguh luar biasa,
  tetapi kekuatan pukulannya tidak pernah mencapai
  daya merusak hingga memecah dan menghancurkan
  bebatuan dan pepohonan yang sangat jarang di arena
  tersebut. Bukan karena tidak mampu merusaknya,
  tetapi karena memang dikekang dan diatur
  sedemikian untuk tidak merusak lingkungan sekitar.
  Dan untuk itu, bukan mudah bagi pemilik ilmu
  melakukannya.
  Keduanya, entah bagaimana, memang menata dan
  mengatur agar jangkauan kekuatan merusak hanya
  dalam jangkauan atau jarak tertentu belaka. Dan hal
  yang luar biasa ini hanya mampu dilakukan oleh
  tokoh-tokoh yang sudah mencapai tingkat
  kesempurnaan dalam penguasaan kekuatan hawa
  saktinya. Dan tidak salah, keduanya, baik Asha
  Vahista maupun Wong Jin Liu memang sudah di tahap
  itu, berkemampuan mengatur dan mengerahkan
  hawa sakti sesuai keinginan mereka. Atau sudah
  dalam tahap dimana mereka sanggup mengendalikan
  dan menggunakan kekuatan iweekang sesuai
  kemauan hati mereka. Baik mengatur jarak serta
  jangkauan pukulan maupun menghancurkan cukup
  bagian tertentu dari sebuah benda dan dengan daya
  rusak yang juga bisa mereka tentukan.
  Maka, kembali keduanya saling libas. Hanya, kali ini,
  adalah Wong Jin
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Tarian Liar Naga Sakti - Marshall

  Liu yang banyak bergerak cepat,
  pesat dan gesit. Gerakan cepatnya dimaksudkan
  untuk mengantisipasi kemana arah pukulan Kap Mo
  Kang yang penuh hawa sakti yang merusak, dan
  setelah menghindar, maka dia akan mencecar Asha
  Vahista dengan totokan-totokan yang khusus
  mengarah ke jalan darah pengerahan kekuatan
  iweekang lawan. Mereka bertukar peran
  dibandingkan pada bagian jurus 100-150, dimana
  Wong Jin Liu yang mengambil peran memburu
  sementara Asha Vahista banyak menghindar dan
  melakukan serangan balasan.
  Hanya saja, tetap tidak ada yang mampu
  menentukan dan memantapkan keunggulan masing-
  masing. Keduanya masih tetap mampu bergerak
  cepat, kokoh dan juga menjaga keseimbangan
  pertarungan. Masih tetap belum ada yang dapat
  ditentukan dan ditetapkan sebagai pemenang dan
  terus berlangsung hingga jurus ke 200. Baik Wong Jin
  Liu maupun Asha Vahista tetap tidak mampu
  mendesak lawannya meskipun sudah melontarkan
  jurus-jurus dan ilmu-ilmu yang berdaya rusak sangat
  tinggi dan berkekuatan mujijat. Tetapi, hebatnya,
  Ceng Liong yang berdiri persis di garis batas yang
  ditetapkannya tadi, tidak terserang oleh kekuatan-
  kekuatan mujijat yang bertarung dalam arena yang
  dibatasinya tadi. Inilah gambaran betapa kuat
  sekaligus mujijatnya para tokoh yang sedang adu
  kemampuan tersebut.
  Dan mereka kembali mulai memasuki babakan
  pertarungan yang baru ketika mereka mendengar
  Ceng Liong berkata:
  “Jurus ke-200 …….”
  Serentak mereka mencari lagi celah baru, tetapi
  sekaligus dengan menghentak dan meningkatkan
  kekuatan masing-masing. Wong Jin Liu yang
  menghentak terlebih dulu dengan Ban Hu d Ciang
  (Selaksa Tapak Budha), tetapi tidak melepaskan
  penggunaan ilmu dalam yang satunya lagi, yakni Bu
  Siang Cheng Khi yang melindungi badannya. Tiba-tiba
  dia berteriak dengan suara dalam:
  “AMITABHA …………..”
  Kedua belah lengannya membentuk posisi Pendeta
  Budha yang sedang melakukan PENYEMBAHAN sambil
  suaranya membentak dengan SUARA PUJIAN kepada
  SANG MAHA BUDHA. Inilah yang membantunya untuk
  terlepas dari gangguan suara istimewa Asha Vahista
  yang tidak menarik ilmu mujijatnya Kim Ciong Koan
  Jit (Lonceng Emas Menutup Matahari). Agaknya Wong
  Jin Liu memang sengaja menggunakan BAN HUD
  CIANG (Selaksa Tapak Budha) untuk melawan
  pengaruh yang merusak konsentrasinya dan yang
  masuk melalui lontaran suara Asha Vahista. Dan
  memang, pilihannya ini banyak membantunya, ilmu
  khas Budha itu memang mendatangkan rasa tentram
  dan rasa percaya diri melawan gangguan-gangguan
  sihir maupun gangguan terhadap konsentrasinya.
  Tetapi, sambil tetap menggunakan Ilmu Lonceng
  Emas, Asha Vahista sendiri kini mulai
  mengembangkan ilmu khas lainnya yang lebih mujijat
  lagi, yakni ilmu yang diciptakannya sendiri, Ilmu Sam-
  Yang-coat-hu-ciang (Ilmu tiga pukulan hawa panas
  pemusnah).
  Kali ini babakan yang mulai semakin menentukan
  karena kandungan hawa khikang dan iweekang serta
  kekuatan batin mulai dilibatkan dalam pertarungan.
  Babakan yang dulu membuat Wong Jin Liu keteteran
  dan membuatnya harus Samadhi 25 tahun berlatih
  ilmu baru. Tetapi, selain itu, diapun menekuni kembali
  Ban Hud Ciang sebagaimana saran toa suhengnya,
  Kian Ti Hwesio. Dan memang benar, dengan Ban Hud
  Ciang, dia mampu mengusir suara-suara mengganggu
  yang menyerang pusat konsentrasinya. Hingga dia
  kini khusus berkonsentrasi untuk menandingi ilmu
  pukulan lawan. Pilihan ilmu kesaktian Wong Jin Liu,
  dikhususkan untuk melawan ciri khas Asha Vahista
  yang punya keistimewaan yang hebat dan mujijat
  dalam suara.
  Melihat Wong Jin Liu bertarung hebat dengan Ban Hud
  Ciang dan membuat ilmu suaranya menjadi
  melempem, Asha Vahista akhirnya memutuskan
  berkonsentrasi menggunakan ilmu Sam Yang Coat Hu
  Ciang. Ilmu ini dirasanya cukup dan sanggup untuk
  menutupi pertahanan dan bahkan mampu
  melontarkan serangan yang tidak kurang bahayanya
  kearah Wong Jin Liu. Dan benar saja, mereka kini
  saling bergerak dengan perlahan, namun dengan
  kandunga

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>