Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | by Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Cersil Sakti | Tarian Liar Naga Sakti pdf
Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag I Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag II Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag III Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag IV Panasnya Bunga Mekar bag I
n gerak dan terutama tenaga yang luar
biasa. Karena setiap langkah kaki mereka
mengandung kekuatan iweekang yang tidak kecil.
Tetapi, meski saluran pengerahan iweekang mereka
sudah sedemikian tinggi, tetap saja Ceng Liong tidak
merasa terganggu oleh lontaran serangan iweekang
mereka berdua. Dan ini membuatnya semakin kagum
karena sadar sampai dimana kehebatan orang-orang
dalam arena tersebut. Mujijat dan hebat ………
“Tingkat kepandaian mereka rasanya berada di
tataran tingkatan kemampuan Suhu dahulu …..” desis
Ceng Liong kaget dalam hatinya. Meski dia sudah
menduga, tetapi tetap saja dia kaget setengah mati
menemukan kenyataan betapa tingkat kemampuan
Wong Jin Liu sedemikian hebatnya. Tetapi, pada saat
bersamaan diapun kagum dengan kemampuan Asha
Vahista yang juga luar biasa itu.
“Thian Ki Hwesio dan Souw Kwi Song nampaknya
masih sedikit berada dibawah kemampuan tokoh ini
……… ach, mudah-mudahan dia tidak menerbitkan
keributan besar kelak di Siauw Lim Sie karena akan
teramat sulit menaklukannya nanti ……” desis Ceng
Liong khawatir dengan ramalan Kian Ti Hosiang.
Sementara Asha Vahista sendiri, memang memiliki
kemujijatan yang mengagetkan. Ceng Liong sendiri
menjadi kagum bukan main melihat tok oh ini
bertarung, sangat percaya diri, kokoh dan memiliki
khasanah ilmu mujijat yang tidak terbatas. Bahkan
jurus sederhana bisa menjadi sangat mematikan jika
dimainkannya. Dan meski sampai sejauh itu tetap
setanding, tetapi Ceng Liong punya keyakinan jika
Asha Vahista akan memenangkan pertarungan meski
dengan satu jurus belaka jika pertarungan dilanjutkan
terus. Karena meskipun keduanya memang terlihat
sama hebat dan setanding, tetap ada satu
keistimewaan Asha Vahista yang membuat
perbedaan yang sangat menentukan. Hanya saja,
perlawanan Wong Jin Liu dengan Ban Hud Ciang
memang sangat hebat dan luar biasa, mutu ilmunya
memang mujijat dan sanggup menahan sehebat
apapun serangan pukulan lawan.
Tetapi, sayangnya, ilmu pukulan Asha Vahistapun
memiliki kemujijatan yang sama. Meski
kemujijatannya dapat ditawarkan Ban Hud Ciang,
tetapi kemujijatan dan juga kehebatan Ban Hud
Ciang dapat dilawan dan ditawarkannya. Karena itu,
keduanya terus bertarung dalam posisi seimbang
sampai akhirnya Wong Jin Liu yang memang
mengejar kemenangan lebih dahulu membuka jurus
atau ilmu mujijatnya yang lain ketika memasuki jurus
ke 251. Jelas terlihat dia memang menunggu tahapan
itu untuk menentukan kalah atapun menang dengan
memulai Ilmu Coan Kang Cok Tek" (Dengan
gelombang Khikang Merobohkan Musuh). Sebuah ilmu
mujijat yang diciptakan tokoh ini dengan
menggabungkan saripati ilmu Siauw Lim Sie serta
temuannya selama berkelana. Ilmu inipun sudah
disempurnakannya bersama Kian Ti Hosiang (Toa
Suheng yang sebenarnya adalah Suhunya dalam
praktek), dan lebih disempurnakannya selama 25
tahun dalam samadhi.
Sebetulnya Asha Vahista sudah pernah melawan ilmu
ini 25 tahun lalu, tetapi dia menjadi terkejut karena
keampuhannya sudah meningkat berkali-kali ganda
jika dibandingkan ketika mereka melakukan pibu 25
tahun silam. Apa boleh buat, diapun mau tidak mau
harus menerima dan melawannya dengan ilmunya
Co-yang-kiu-tiong-hui (Menantang matahari sembilan
lapis). Sebuah ilmu gubahan berdasarkan Iweekang
atau Tenaga Mujijat TENAGA SAKTI 3 DEWA API.
Diapun melawan dan menaklukkan Wong Jin Liu 25
tahun lalu dengan Ilmu Mujijatnya ini, sebuah ilmu
puncak yang penuh perbawa sihir dan mistik namun
sangat ampuh dan mujijat sebagai ilmu pukulan.
Tanpa dorongan hawa sihir dan mistikpun, ilmu itu
sudah sangat hebat, apalagi jika didorong oleh daya
sihir nan magis tersebut.
Dan ketika memulai jurus ke 251, tubuh keduanya
sudah berpijar-pijar oleh letikan kekuatan mujijat
yang kini dikerahkan pada tingkat tertingginya.
Dengan gaya terlihat ringan, Wong jin Liu
menggerakkan kedua lengannya sambil terpentang
dan kemudian seperti memeluk dalam jurus Ji lay
ciang tiau (Ji lay menaklukkan rajawali); Gerakan itu
http://cerita-silat.mywapblog.com
mengakibatkan hembusan kekuatan khikang yang
luar biasa dan mengurung Asha Vahista didalam
arena tersebut sampai tiada lagi jalan keluar. Tetapi, si
tokoh Persia tidak tinggal diam, diapun dengan cepat
menyambut dengan gerakan Po hong pat ta (angin
puyuh menyapu delapan penjuru); Gerakan yang
melontarkan kekuatan hawa iweekang mujijatnya
hingga menghambur ke segenap penjuru dan secara
otomatis membentur serangan Wong Jin Liu; Tetapi
nama terakhir kembali menggerakkan kedua
lengannya dalam jurus Im hong huang sau (angin
dingin menyapu hebat) yang dengan cepat dipapaki
oleh Asha Vahista dengan jurus pau lui ki ciau (guntur
dahsyat menyerang ular); Jangan dikata bagaimana
akibatnya bagi keduanya, benturan tersebut mulai
terasa menembus ilmu khikang keduanya, meski
sebetulnya Wong Jin Liu menerima akibat yang lebih
hebat. Dan Ceng Liong melihat hal tersebut dengan
jelas.
Tetapi Wong Jin Liu tidak mau berhenti atau tepatnya
bukan TIDAK MAU, tetapi TIDAK MUNGKIN MUNDUR
LAGI. Keduanya sudah saling libas dengan kekuatan
iweekang dan khikang tingkat tertinggi sehingga
harus menyelesaikan gerakan-gerakan dari ilmu yang
mereka lontarkan itu. Dan itu pula sebabnya mengapa
Wong Jin Liu harus terus menghamburkan pukulan
hawa khikang mujijatnya dan disambut oleh Asha
Vahista dengan tidak kurang kuat dan hebatnya.
Sekilas mata biasa bisa menangkap gerakan mereka,
tetapi yang tidak bisa mereka tangkap dan pahami
adalah arus kekuatan yang melambari semua gerak
tangan kedua tokoh mujijat ini. Kekuatan yang
mampu mengempur gunung dan membakar hutan ini
hebatnya luar biasa, meskipun tetap tidak menembus
hingga ke luar dari garis batas arena yang ditetapkan
Ceng Liong. Karena itu, secara serentak mereka
berdua yang berada dalam arena pertempuran, juga
tetap harus berhati-hati dengan tenaga liar mereka
berdua yang berseliweran dan menghambur liar
dalam arena pertarungan.
Dan posisi tersebut terus bertahan dan masih tetap
Wong Jin Liu terlihat tidak mampu memetik
keunggulan barag sedikitpun. Padahal tahapan 10
jurus terakhir menuju batas 300 jurus akan segera
terlampaui:
“Haiyyaaaaaaaa ……”
Kembali Wong Jin Liu yang berinisiatif, karena
memang dia mengejar kemenangan untuk membayar
kepenasarannya 25 tahun silam. Tiba-tiba kedua
tangannya berubah menjadi cahaya keputihan dan
tidak lagi terlihat dalam bentuk lengan manusia. Inilah
Ilmu Pusaka dan Mujijat dari Siauw Lim Sie bernama
Liong sin-kong-ciang" (Ilmu Tangan Sinar Naga Sakti),
sebuah ilmu yang belum lagi pernah dikuasai dan
diwarisi orang sejak 200 tahun terakhir. Dan Wong Jin
Liu adalah manusia terakhir yang ternyata mampu
memahamkan ilmu mujijat tersebut. Lengannya atau
tepatnya siku lengannya hingga telapak tangannya
sudah lenyap dan seketika berubah menjadi sinar
keemasan yang menyilaukan mata. Keadaan tersebut
sontak membuat Asha Vahista kaget setengah mati.
“Ilmu baru …….” Demikian desisnya ………. “ach, baiklah
jika memang demikian…….”, dan tokoh inipun
memejamkan matanya dan mau tidak mau
mengerahkan ilmu mujijatnya yang tak kalah aneh
dan hebat Ban-hwat-kui-cong (selaksa ilmu kembali
ke asal). Inilah pemahaman puncak Asha Vahista
yang belum pernah ditampilkannya, tetapi karena
melihat betapa mujijat ilmu baru lawan, dengan
perasaan apa boleh buat, diapun berkeputusan untuk
mengerahkan ilmu mistik yang sangat sakti ini untuk
padanan dan tandingan ilmu lawan. Sekali lagi dia
mengeraskan hati bahwa memang dia harus
melakukannya.
Ilmu Liong Sin Kong Ciang adalah ilmu dongeng, tak
ada satupun benda yang tak akan lumer jika bertemu
angin pukulannya saja. Saking mujijatnya ilmu ini
tidak ada yang sanggup melatihnya hingga sempurna,
karena dibutuhkan bakat istimewa dan keuletan tiada
taranya serta kemauan baja. Keinginan balas dendam
dalam pibu, bakat istimewa dan keras kepalanya
Wong Jin Liu berhasil membawanya ke puncak
penguasaan ilmu hebat ini. Racun, api, es, besi atau
apapun tidak akan tahan menghadapi lengan naga
bersinar ini. Racun akan tawar, es akan mencair, api
akan padam, besi akan luruh jika disentuh oleh
tangan mujijat ini.
Tetapi, jika Wong Jin Liu mampu melatih ilmu
istimewa ini, masakan Asha Vahista yang juga
manusia mujijat ini tidak membekal keampuhan yang
sama? Tunggu dulu, tokoh inipun sebetulnya melatih
sebuah ilmu sejenis Ban Hwat Kui Cong, sebuah
puncak ciptaan seniman silat Persia ini setelah
mendalami sejumlah besar ilmu mujijat nan sakti.
Sebuah ilmu mujijat yang berdasarkan system yang
sama dengan Koai Todjin dan Ceng Liong, yakni
memahami dasar dan landasan utama semua gerak
dan semua ilmu dan menemukan intisarinya. Dan
dengan cara itu Asha Vahista mampu melihat dan
menganalisis hingga ke kedalaman ilmu seseorang,
persis dengan yang dipahami oleh Kiang Ceng Liong.
Dan melihat mujijatnya Liong Sin Kong Ciang, Asha
Vahista merasa tidak ada gunanya melawan keras
lawan keras dan memilih menjinakkannya dengan
mengetahui landasan dan fundasinya.
Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag I Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag II Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag III Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag IV Panasnya Bunga Mekar bag I
n gerak dan terutama tenaga yang luar
biasa. Karena setiap langkah kaki mereka
mengandung kekuatan iweekang yang tidak kecil.
Tetapi, meski saluran pengerahan iweekang mereka
sudah sedemikian tinggi, tetap saja Ceng Liong tidak
merasa terganggu oleh lontaran serangan iweekang
mereka berdua. Dan ini membuatnya semakin kagum
karena sadar sampai dimana kehebatan orang-orang
dalam arena tersebut. Mujijat dan hebat ………
“Tingkat kepandaian mereka rasanya berada di
tataran tingkatan kemampuan Suhu dahulu …..” desis
Ceng Liong kaget dalam hatinya. Meski dia sudah
menduga, tetapi tetap saja dia kaget setengah mati
menemukan kenyataan betapa tingkat kemampuan
Wong Jin Liu sedemikian hebatnya. Tetapi, pada saat
bersamaan diapun kagum dengan kemampuan Asha
Vahista yang juga luar biasa itu.
“Thian Ki Hwesio dan Souw Kwi Song nampaknya
masih sedikit berada dibawah kemampuan tokoh ini
……… ach, mudah-mudahan dia tidak menerbitkan
keributan besar kelak di Siauw Lim Sie karena akan
teramat sulit menaklukannya nanti ……” desis Ceng
Liong khawatir dengan ramalan Kian Ti Hosiang.
Sementara Asha Vahista sendiri, memang memiliki
kemujijatan yang mengagetkan. Ceng Liong sendiri
menjadi kagum bukan main melihat tok oh ini
bertarung, sangat percaya diri, kokoh dan memiliki
khasanah ilmu mujijat yang tidak terbatas. Bahkan
jurus sederhana bisa menjadi sangat mematikan jika
dimainkannya. Dan meski sampai sejauh itu tetap
setanding, tetapi Ceng Liong punya keyakinan jika
Asha Vahista akan memenangkan pertarungan meski
dengan satu jurus belaka jika pertarungan dilanjutkan
terus. Karena meskipun keduanya memang terlihat
sama hebat dan setanding, tetap ada satu
keistimewaan Asha Vahista yang membuat
perbedaan yang sangat menentukan. Hanya saja,
perlawanan Wong Jin Liu dengan Ban Hud Ciang
memang sangat hebat dan luar biasa, mutu ilmunya
memang mujijat dan sanggup menahan sehebat
apapun serangan pukulan lawan.
Tetapi, sayangnya, ilmu pukulan Asha Vahistapun
memiliki kemujijatan yang sama. Meski
kemujijatannya dapat ditawarkan Ban Hud Ciang,
tetapi kemujijatan dan juga kehebatan Ban Hud
Ciang dapat dilawan dan ditawarkannya. Karena itu,
keduanya terus bertarung dalam posisi seimbang
sampai akhirnya Wong Jin Liu yang memang
mengejar kemenangan lebih dahulu membuka jurus
atau ilmu mujijatnya yang lain ketika memasuki jurus
ke 251. Jelas terlihat dia memang menunggu tahapan
itu untuk menentukan kalah atapun menang dengan
memulai Ilmu Coan Kang Cok Tek" (Dengan
gelombang Khikang Merobohkan Musuh). Sebuah ilmu
mujijat yang diciptakan tokoh ini dengan
menggabungkan saripati ilmu Siauw Lim Sie serta
temuannya selama berkelana. Ilmu inipun sudah
disempurnakannya bersama Kian Ti Hosiang (Toa
Suheng yang sebenarnya adalah Suhunya dalam
praktek), dan lebih disempurnakannya selama 25
tahun dalam samadhi.
Sebetulnya Asha Vahista sudah pernah melawan ilmu
ini 25 tahun lalu, tetapi dia menjadi terkejut karena
keampuhannya sudah meningkat berkali-kali ganda
jika dibandingkan ketika mereka melakukan pibu 25
tahun silam. Apa boleh buat, diapun mau tidak mau
harus menerima dan melawannya dengan ilmunya
Co-yang-kiu-tiong-hui (Menantang matahari sembilan
lapis). Sebuah ilmu gubahan berdasarkan Iweekang
atau Tenaga Mujijat TENAGA SAKTI 3 DEWA API.
Diapun melawan dan menaklukkan Wong Jin Liu 25
tahun lalu dengan Ilmu Mujijatnya ini, sebuah ilmu
puncak yang penuh perbawa sihir dan mistik namun
sangat ampuh dan mujijat sebagai ilmu pukulan.
Tanpa dorongan hawa sihir dan mistikpun, ilmu itu
sudah sangat hebat, apalagi jika didorong oleh daya
sihir nan magis tersebut.
Dan ketika memulai jurus ke 251, tubuh keduanya
sudah berpijar-pijar oleh letikan kekuatan mujijat
yang kini dikerahkan pada tingkat tertingginya.
Dengan gaya terlihat ringan, Wong jin Liu
menggerakkan kedua lengannya sambil terpentang
dan kemudian seperti memeluk dalam jurus Ji lay
ciang tiau (Ji lay menaklukkan rajawali); Gerakan itu
http://cerita-silat.mywapblog.com
Tarian Liar Naga Sakti - Marshall
mengakibatkan hembusan kekuatan khikang yang
luar biasa dan mengurung Asha Vahista didalam
arena tersebut sampai tiada lagi jalan keluar. Tetapi, si
tokoh Persia tidak tinggal diam, diapun dengan cepat
menyambut dengan gerakan Po hong pat ta (angin
puyuh menyapu delapan penjuru); Gerakan yang
melontarkan kekuatan hawa iweekang mujijatnya
hingga menghambur ke segenap penjuru dan secara
otomatis membentur serangan Wong Jin Liu; Tetapi
nama terakhir kembali menggerakkan kedua
lengannya dalam jurus Im hong huang sau (angin
dingin menyapu hebat) yang dengan cepat dipapaki
oleh Asha Vahista dengan jurus pau lui ki ciau (guntur
dahsyat menyerang ular); Jangan dikata bagaimana
akibatnya bagi keduanya, benturan tersebut mulai
terasa menembus ilmu khikang keduanya, meski
sebetulnya Wong Jin Liu menerima akibat yang lebih
hebat. Dan Ceng Liong melihat hal tersebut dengan
jelas.
Tetapi Wong Jin Liu tidak mau berhenti atau tepatnya
bukan TIDAK MAU, tetapi TIDAK MUNGKIN MUNDUR
LAGI. Keduanya sudah saling libas dengan kekuatan
iweekang dan khikang tingkat tertinggi sehingga
harus menyelesaikan gerakan-gerakan dari ilmu yang
mereka lontarkan itu. Dan itu pula sebabnya mengapa
Wong Jin Liu harus terus menghamburkan pukulan
hawa khikang mujijatnya dan disambut oleh Asha
Vahista dengan tidak kurang kuat dan hebatnya.
Sekilas mata biasa bisa menangkap gerakan mereka,
tetapi yang tidak bisa mereka tangkap dan pahami
adalah arus kekuatan yang melambari semua gerak
tangan kedua tokoh mujijat ini. Kekuatan yang
mampu mengempur gunung dan membakar hutan ini
hebatnya luar biasa, meskipun tetap tidak menembus
hingga ke luar dari garis batas arena yang ditetapkan
Ceng Liong. Karena itu, secara serentak mereka
berdua yang berada dalam arena pertempuran, juga
tetap harus berhati-hati dengan tenaga liar mereka
berdua yang berseliweran dan menghambur liar
dalam arena pertarungan.
Dan posisi tersebut terus bertahan dan masih tetap
Wong Jin Liu terlihat tidak mampu memetik
keunggulan barag sedikitpun. Padahal tahapan 10
jurus terakhir menuju batas 300 jurus akan segera
terlampaui:
“Haiyyaaaaaaaa ……”
Kembali Wong Jin Liu yang berinisiatif, karena
memang dia mengejar kemenangan untuk membayar
kepenasarannya 25 tahun silam. Tiba-tiba kedua
tangannya berubah menjadi cahaya keputihan dan
tidak lagi terlihat dalam bentuk lengan manusia. Inilah
Ilmu Pusaka dan Mujijat dari Siauw Lim Sie bernama
Liong sin-kong-ciang" (Ilmu Tangan Sinar Naga Sakti),
sebuah ilmu yang belum lagi pernah dikuasai dan
diwarisi orang sejak 200 tahun terakhir. Dan Wong Jin
Liu adalah manusia terakhir yang ternyata mampu
memahamkan ilmu mujijat tersebut. Lengannya atau
tepatnya siku lengannya hingga telapak tangannya
sudah lenyap dan seketika berubah menjadi sinar
keemasan yang menyilaukan mata. Keadaan tersebut
sontak membuat Asha Vahista kaget setengah mati.
“Ilmu baru …….” Demikian desisnya ………. “ach, baiklah
jika memang demikian…….”, dan tokoh inipun
memejamkan matanya dan mau tidak mau
mengerahkan ilmu mujijatnya yang tak kalah aneh
dan hebat Ban-hwat-kui-cong (selaksa ilmu kembali
ke asal). Inilah pemahaman puncak Asha Vahista
yang belum pernah ditampilkannya, tetapi karena
melihat betapa mujijat ilmu baru lawan, dengan
perasaan apa boleh buat, diapun berkeputusan untuk
mengerahkan ilmu mistik yang sangat sakti ini untuk
padanan dan tandingan ilmu lawan. Sekali lagi dia
mengeraskan hati bahwa memang dia harus
melakukannya.
Ilmu Liong Sin Kong Ciang adalah ilmu dongeng, tak
ada satupun benda yang tak akan lumer jika bertemu
angin pukulannya saja. Saking mujijatnya ilmu ini
tidak ada yang sanggup melatihnya hingga sempurna,
karena dibutuhkan bakat istimewa dan keuletan tiada
taranya serta kemauan baja. Keinginan balas dendam
dalam pibu, bakat istimewa dan keras kepalanya
Wong Jin Liu berhasil membawanya ke puncak
penguasaan ilmu hebat ini. Racun, api, es, besi atau
apapun tidak akan tahan menghadapi lengan naga
bersinar ini. Racun akan tawar, es akan mencair, api
akan padam, besi akan luruh jika disentuh oleh
tangan mujijat ini.
Tetapi, jika Wong Jin Liu mampu melatih ilmu
istimewa ini, masakan Asha Vahista yang juga
manusia mujijat ini tidak membekal keampuhan yang
sama? Tunggu dulu, tokoh inipun sebetulnya melatih
sebuah ilmu sejenis Ban Hwat Kui Cong, sebuah
puncak ciptaan seniman silat Persia ini setelah
mendalami sejumlah besar ilmu mujijat nan sakti.
Sebuah ilmu mujijat yang berdasarkan system yang
sama dengan Koai Todjin dan Ceng Liong, yakni
memahami dasar dan landasan utama semua gerak
dan semua ilmu dan menemukan intisarinya. Dan
dengan cara itu Asha Vahista mampu melihat dan
menganalisis hingga ke kedalaman ilmu seseorang,
persis dengan yang dipahami oleh Kiang Ceng Liong.
Dan melihat mujijatnya Liong Sin Kong Ciang, Asha
Vahista merasa tidak ada gunanya melawan keras
lawan keras dan memilih menjinakkannya dengan
mengetahui landasan dan fundasinya.