Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Tarian Liar Naga Sakti - 256

$
0
0
Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | by Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Cersil Sakti | Tarian Liar Naga Sakti pdf

Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag I Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag II Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag III Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag IV Panasnya Bunga Mekar bag I

k dalam 3 jurus berturut-turut: jurus Sau soat
  hee ciat (Membersihkan salju dibawah rumah)
  dilanjutkan dengan jurus Sin liong ji hay (naga sakti
  masuk samudra) dan terakhir jurus Tui huang wang
  gwat (mendorong jendela melihat rembulan). Gerakan
  pertama adalah serangan penuh hawa khikang ke
  bagian bawah tubuhnya dan dilanjutkan dengan
  sepasang lengan Jin Liu yang menggebrak 3 titik di
  bagian perut, dan diakhirnya dengan dorongan
  sepenuh tenaga dengan sepasang tangannya.
  Rentetan serangan ini luar biasa hebat dan kuatnya.
  Sampai Ceng Liong sendiri mengakui bahwa inilah
  lawan terkuat yang pernah dihadapinya selama ini
  dan mau tidak mau membuatnya menguras seluruh
  kecerdasan, kecepatan dan kecerdikannya. Jurus
  kelima, enam dan tujuh ini dihadapinya gabungan
  gerakan Soan Hong Sin Ciang dan Toa Hong Kiam Sut
  sehingga sepasang lengannya penuh hawa Giok Ceng
  Sinkang; Berturut dia menangkis dengan satu jurus
  dari Giok Cheng Cap Sha Sin Kun dengan gerakan
  jurus Hong Ki im yong (angin berhembus awan
  menggulung) dan menghalau serangan ke bagian
  perutnya. Dan terakhir dia menghentakkan Wong Jin
  Liu dengan jurus kelima dari Pek Lek Sin Jiu, Halilintar
  Membelah Awan Menghajar Mentari ……….. dan
  meskipun dia menahan sekuat tenaganya
  sebagaimana Wong Jin Liu dan Asha Vahista agar
  tidak menerjang keluar dari arena yang dibatasinya,
  tetapi suaranya tetap saja keras menggelegar.
  “Pek Lek Sin Jiu ………….. engkau hebat anak muda,
  tetapi engkau harus tetap kutaklukkan sekarang, jaga
  ini anak muda ……..”
  Dan pada jurus ke 8, Wong Jin Liu sudah
  mengerahkan kekuatan hebatnya dalam ilmu
  pamungkasnya Liong Sin Kong Ciang: jurus Siang
  hong tiau yang (sepasang burung hong menghadap
  mata hari). Tercekat Ceng Liong melihat sebegitu
  cepat Wong Jin Liu menyerangnya dengan Ilmu
  Mujijat yang berbahaya itu. Sebetulnya dia ingin
  melawan dengan ilmu sejenis yang dikeluarkan oleh
  Asha Vahista tadi, karena diapun sudah
  memahamkan secara sempurna sejenis ilmu Cing-
  peng-kang-khi’ atau ilmu ketenangan jiwa yang
  dipadukannya dengan formula Koai Todjin dalam
  menganalisis “akar ilmu silat”. Tetapi, dia tidak ingin
  agar Asha Vahista mengenali kemampuannya dan
  dianggap mengikuti caranya untuk melawan ilmu
  simpanan dari Wong Jin Liu. Tetapi, Ceng Liong
  memilih ilmu mujijatnya Ceng Thian Sin Ci yang juga
  penuh hawa mujijat dan kemudian langsung
  dikombinasikannya dengan ilmu kesaktian lainnya
  yang tidak kalah hebat dan tidak kalah mujijat Thian
  Liong Heng Khong (Naga Sakti Jalan di Udara).
  Bukan cuma Wong Jin Liu yang kaget karena anak
  muda ini berhasil menahan serangan maut di jurus
  ke-8, tetapi bahkan Asha Vahista sendiripun sampai
  geleng kepala dan kemudian mengernyitkan kening
  dengan keberanian Ceng Liong. Apalagi, dia masih
  merasa jika kekuatan Ceng Liong baru setara dengan
  Wong Jin Liu. Yang dia tidak tahu adalah, Ceng Liong
  memang “sedikit” terluka oleh benturan maut itu,
  tetapi beruntung, karena Wong Jin Liu terkesima,
  Ceng Liong beroleh waktu untuk menarik nafas
  panjang sampai 2-3 kali. Sehingga dalam waktu
  singkat, sinkangnya kembali terkumpul dan siap
  menghadapi jurus ke-9 yang sedang disiapkan oleh
  Wong Jin Liu yang Nampak seperti kehilangan
  pegangan:
  Tetapi, jurus ke-9 itu datang juga: Inilah Sian hong sau
  soat ( Angin berpusing menyapu salju), sebuah
  lontaran kekuatan sinkang yang maha dahsyat
  dengan sepasang lengan bersinar yang luar biasa
  berbahayanya. Kali ini, terlihat Wong Jin Liu berlaku
  serius dan apa boleh buat, Ceng Liong yang juga
  harus mempertahankan diri mau tidak mau
  meladeninya. Sekali ini dengan beraninya dia
  memutuskan untuk menggunakan jurus pamungkas
  Pek Lek Sin Jiu yang bahkan belum pernah digunakan
  dalam pertempuran selama ini. Terlebih dia sendiri
  masih belum pernah mencoba jurus kedelapan meski
  pernah menyaksikan lontaran jurus kedelapan, tetapi
  belum pernah dalam satu pertempuran digunakannya.
  Untuk meyakinkan diri, maka Ceng Liongpun bersikap
  serius dan ketika seran
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Tarian Liar Naga Sakti - Marshall

  gan berpusing itu
  mendekatinya dengan membawa kekuatan angin
  dingin yang sangat keras sifat serangannya, diapun
  membentur dengan JURUS PAMUNGKAS Pek Lek Sin
  Jiu: Halilintar Meledak Bumi Melepuh.
  Benar, bukan sinkang Sam Yang Hui Kang yang
  mendorong Jurus Pamungkas itu, tetapi tetap saja
  jurus itu dilakukan oleh Duta Agung yang mujijat dan
  dipenuhi hawa Giok Ceng Sinkang yang mujijat.
  Karena itu, efeknya tetap saja sangat mujijat dan luar
  biasa. Dan terdengar bunyi mendesis:
  “Cessssss ……. cesssssssss ……. cesssssssss ……
  cessssssss …..” bukan dentuman atau gelegar petir
  yang meledak, tetapi inilah gubahan Ceng Liong atas
  Pek Lek Sin Jiu. Serangan utama yang diterima Won
  Jin Liu bukanlah suara ledakan ataupun rasa panas
  membara, melainkan dentuman pada telinga batinnya
  akibat benturan yang luar biasa itu. Dan sambil
  mundurkan diri akibat benturan, Ceng Liong kembali
  menarik nafas sampai tiga kali. Beruntung karena
  Wong Jin Liu sendiri juga terdorong mundur sampai 3
  langkah, sama dengannya dan baru tegak
  menyiapkan serangan terakhir. Tetapi, pada saat yang
  tepat, Ceng Liongpun sudah siap. Pada saat itu, kedua
  tokoh yang tadi bertarung itu menatapnya nanar dan
  nyaris tidak percaya. Sungguh ajaib dan luar biasa
  kemampuan ana muda itu. Sesuatu yang mau tidak
  mau harus dikatakan keduanya. Tetapi begitupun,
  janji 10 jurus harus tetap dilontarkan:
  “Anak muda ……. Maafkan aku jika engkau terluka
  …….”
  Inilah jurus Liong su yu hay (naga berpesiar keempat
  samudera), jurus maut yang belum sempat
  dilontarkan tadi, tapi kini digunakan menyerang Ceng
  Liong. Ketika dilontarkan, Ceng Liong langsung merasa
  jika sekeliling tubuhnya sudah terkepung oleh hawa
  sinkang yang tidak kelihatan dan tidak ada jalan
  mundur. Demikian memang keampuhannya. Saat itu
  pilihannya adalah dengan jalan mengadu kekuatan
  untuk melihat apa hasilnya nanti. Dalam situasi
  mendesak, Ceng Liong terkenang dengan percakapan
  dan dialognya dengan dua sesepuh Siauw Lim Sie.
  Yakni dua jenis ilmu mujijat yang bernama ilmu Thian
  Lo Ci (Ilmu Jari Langit)Kim Liong Seng Hui (Naga Emas
  Memancarkan Cahaya). Dia dilarang melatihnya,
  tetapi sudah menyelami kekuatan dari kedua ilmu
  mujijat itu, dan apa boleh buat, penguasaan atas ilmu
  itu harus digunakannya untuk menahan jurus terakhir.
  Untuk itu dia akan membentur langsung lengan lawan
  karena percaya pada paduan dua hal: Soh Kim Liong
  dan Giok Ceng Sinkang yang punya hawa penolak
  dan pengobatan mujijat.
  Dengan cepat Ceng Liong mengembangkan jurus Lan
  kang to cay (Membendung sungai mengeringkan
  samudra), sekaligus mengerahkan Ceng Thian Sin Ci
  dengan landasan Ciat Lip Jiu mengandalkan Giok
  Ceng Sinkang dan Soh Kim Liong. Dan bergeraklah dia
  langsung menyerang sumber kekuatan membadai
  yakni sepasang lengan bersinar mujijat dari Wong Jin
  Liu. Geraknya sangat kental dengan pengaruh gerak
  Thian Lo Ci dan Kim Liong Seng Hui (Kelak Wong Jin
  Liu akan mempersoalkan masalah ini ke para sesepuh
  Siauw Lim Sie), tapi tenaga dan tipunya berasal dari
  pendalaman Ceng Liong. Dan dengan cepat dia
  melangkah maju, hingga akhirnya dia dengan berani
  beradu lengan dengan sumber kekuatan Wong Jin Liu
  dan kemudian jemari-jemarinya bergerak lincah, dan
  beberapa saat kemudian, terdengar ledakan hebat
  jauh di sebelah kanan, menembus batas arena karena
  kuatnya tenaga yang digiring keluar oleh Ceng Liong:
  “Blaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr ……..”
  Pohon-pohon bertumbangan dan langsung layu tanda
  kehidupannya langsung sirna. Tetapi baik Wong Jin Liu
  maupun Kiang Ceng Liong sama sekali tidak terluka,
  karena tenaga yang mereka keluarkan semua
  tergiring tenaga menggiring Ceng Liong yang
  dilontarkan ke sebelah kanan area. Maka usailah pibu
  10 jurus antara Wong Jin Liu melawan Duta Agung
  Kiang Ceng Liong. Sebuah pibu yang benar-benar
  menggetarkan meskipun hanya terdiri dari 10 jurus
  belaka. Begitu usai jurus ke-sepuluh tanpa Wong Jin
  Liu memperoleh sedikitpun keuntungan dari Ceng
  Liong, membuat tokoh ini sampai menjublak. Dia
  masih belum percaya jika ilmu andalannya yang
  bahkan Asha Vahista sendiri jeri untuk menahannya,
  dapat ditahan dan dipunahkan dengan mudah oleh
  anak muda yang bahkan hanya setengah usianya.
  Benar-benar pukulan telak lain yang diperolehnya
  bukan dari lawan 25 tahun lalu, tetapi lawan baru
  yang jauh lebih muda. Bagaimana tidak tercengang
  dan kaget ……”?
  Padahal, bukan Cuma Wong Jin Liu yang kaget dan
  terpana serta tidak tahu lagi harus berkata apa. Asha
  Vahista sendiripun sampai tercengang, tidak tahu
  harus mengatakan apa lagi setelah melihat Ceng
  Liong dengan berani dan sukses, menahan dan
  mampu menjinakkan Liong Sin Kong Ciang yang tadi
  begitu jeri untuk dihadapinya secara langsung. Dia
  sungguh tidak menyangka jika Ceng Liong sudah
  maju demikian jauh serta nampaknya sudah tidak
  berada di bawah kemampuannya. Padahal, usianya
  baru atau bahkan belum ada setengah usianya. Dan
  dia begitu berani, percaya diri menghadapi Wong Jin
  Liu dan menahan ilmu mujijat yang masih belum
  dipikirkannya cara menghadapinya. “Sudah sehebat
  itukah anak muda ini ….”? tanya dia dalam hati
  dengan penuh rasa kaget dan takjub.
 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>