Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | by Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Cersil Sakti | Tarian Liar Naga Sakti pdf
Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag I Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag II Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag III Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag IV Panasnya Bunga Mekar bag I
dengan cepatnya. Diiringi pandangan mata Mei Lan
dan Ceng Liong yang anehnya, meski akan
berhadapan sebagai “musuh” dalam pibu mendatang,
tetapi tetap saja merasa persahabatan yang tulus
dengan tokoh Persia itu. Tidak lama, pasangan suami-
istri itupun berlalu meninggalkan Ang San Kok dan
menuju pantai laut selatan. “Gangguan” di perjalanan
menuju Pantai Laut Selatan ini dibayar oleh jatuhnya
beberapa jiwa di kalangan pendekar sampai akhirnya
Ceng Liong dan Mei Lan tiba dan bergabung bersama
rombongan Pendekar.
Meski demikian, wibawa dan perkataan Duta Agung
Kiang Ceng Liong masih memiliki daya pengaruh yang
besar. Rombongan pendekar itupun sebagian besar
berbalik menuju ke kota terdekat dan sejak hari itu,
tidak ada lagi korban yang jatuh sejak mereka
menghentikan perjalanan menuju Laut S elatan. Dan
setelah mengawal selama 2 hari rombongan
pendekar dan berjanji akan memberi kabar
selambatnya 2 bulan kedepan, Ceng Liong melajutkan
perjalanan menuju Pantai Laut Selatan untuk
kemudian berlayar menuju Lam Hay Bun.
===================
Sebagaimana dugaan Ceng Liong, memang benar 2
orang gadis yang menuju ke Lembah Saldju
Bernyanyi salah satunya adalah Lamkiong Sian Li. Dan
jika memang benar gadis itu, maka perjalanannya
menuju Lembah Saldju Bernyanyi pastilah akan
memohon bantuan. Ceng Liong telah memberi
informasi kepada Beng Kui bahwa pada saatnya
sebelum menuju Lam Hay Bun dia akan menemui
beberapa teman di Bengsan dan kemudian dari
Markas Bengkauw itu, mereka akan melakukan
perjalanan menuju Lam Hay Bun di Lautan Selatan.
Kiang Tek Hoat bersama istrinya Siangkoan Giok Lian
tidak langsung berjalan menuju Bengkauw, melainkan
singgah sebentar ke Markas Kaypang. Betapapun,
sebagai seorang murid berbakti dari Guru Besar Kiong
Siang Han, setelah akhirnya menikah, dia merasa
wajib untuk mengunjungi makam Suhunya bersama
istrinya. Oleh karena itu, Tek Hoat mengunjungi
Markas Kaypang terlebih dahulu dan merencanakan
untuk langsung menuju Bengkauw darisana.
Tetapi, begitu usai memberi hormat dan mengunjungi
makam suhunya bersama Giok Lian dan saat-saat
sebelum meninggalkan Kaypang, tiba-tiba mereka
berpapasan dengan Lauw Gwan Thong. Sebagaimana
dikisahkan dalam episode sebelumnya, guna
membayar hutang nyawa kepada Kaypang atas
meninggalnya Yok Sian Sin Kay karena mengobati
dan melindungi nyawanya, maka tokoh Hwee Liong
To, To Hoa Ji sudah bersumpah membaktikan
tenaganya bagi Kaypang. Dan sejak saat itu, sambil
menyembuhkan tenaganya, To Hoa Jin tinggal di
Markas Besar Kaypang bersama adik seperguruannya
Lauw Gwan Thong. Tetapi, karena selama ini mereka
berdua merantau dan mengunjungi banyak tempat
bersama-sama, maka Lauw Gwan Thong yang lebih
banyak sendirian karena toakonya selalu bersamadhi
menyembuhkan luka, menjadi sering merasa jenuh
dan bosan.
Ketika melihat kedatangan Tek Hoat dan Giok Lian
yang dia kenal sepintas dan selalu berlaku baik
kepadanya, pendekar dogol itupun datang mendekat:
“Hehehehe ……. hehehehehe ……”
Tek Hoat dan Giok Lian sudah tentu mengenal tokoh
ini dan memahami keadaannya yang meski dogolo
tetapi sakti bukan main. Bahkan kemampuan Pek Lek
Sin Jiu yang dimilikinya masih Seurat di atas Tek Hoat
karena memang si dogol meyakinkan ilmu Sam Yang
Hui Kang yang merupakan tenaga khusus pendorong
Pek Lek Sin Jiu. Dari sisi itu, mereka masih memiliki
ikatan perguruan.
“Gwan Thong ……. Bagaimana kabarmu ……”? sapa
Liang Tek Hoat lembut namun dengan suara keras.
“Aku …….. hehehehehe ……… aku baik ……
heheheheheh ….”
“Ach, syukurlah jika demikian. Engkau bermain-main
dari manakah …..”? ganti Giok Lian yang b ertanya
kepada si Dogol itu
“Bermain …… heheheheh ……. bermain ….. iya ……..
hehehehehe ….” Jawab Gwan Thong sambil terkekeh-
kekeh tanpa alasan yang jelas.
“Engkau mau kemana sekarang Gwan Thong …..”?
kembali Giok Lian bertanya dengan suara yang
lembut dan bersahabat.
Lauw Gwan Thong memandang Tek
http://cerita-silat.mywapblog.com
Hoat dan Giok
Lian bergantian dengan wajah bodohnya, dia seperti
sedang berpikir keras bagaimana dan apa yang harus
dikatakan menjawab pertanyaan Giok Lian. Tetapi,
dari gayanya, Tek Hoat dan Giok Lian paham, si Dogol
ingin mengatakan sesuatu …….
“Ikut ……. Hehehehehe …….. ikut ……..”
“Ha …… ikut kemana Gwan Thong ….”? Kejar Giok Lian
kurang paham
“Hehehehehehehe ………” jawab Lauw Gwan Thong
dengan ketawa-ketawa bodohnya sambil kemudian
menunjuk-nunjuk kearah Liang Tek Hoat dan
Siangkoan Giok Lian berdua. Maksudnya jelas.
Tek Hoat memandang bingung seperti juga Giok Lian.
Mengikuti mereka berdua? Bukan dekat perjalanan
mereka dan bagaimana pula mengekang si Dogol ini?
Ini yang menjadi pertanyaan besar dan berat bagi
keduanya. Karena itu, langsung saja jawaban mereka
adalah TIDAK.
“Achhhhh Gwan Thong, kami harus melakukan
perjalanan jauh menuju Lautan Selatan dan
tempatnya jauh sekali. Tidak mungkin engkau
mengikuti …….”
Belum lagi Tek Hoat menyelesaikan kalimatnya dan di
potongan kata Lautan Selatan (Lam Hay), si Dogol
sudah langsung menimpali dengan tingkahnya yang
penuh dengan rasa girang dan gembira ……
“Ikut ……. Heheheheheh ……. Ikut ……. Lam Hay …………
ikut ……”
Tek Hoat dan Giok Lian kerepotan. Mereka baru sadar
jika si Dogol ini aslinya dari Lautan Selatan dan tentu
merasa daerah itu adalah RUMAHNYA. Menyadari
kekeliruan yang sulit diluruskan lagi, keduanya saling
pandang kebingungan. Menghindar dari si Dogol tentu
sulit, karena tingkat kepandaiannya nempil dan nyaris
setingkat dengan mereka berdua. Jikapun
membawanya, repotnya bukan main karena mereka
tidak bisa mengatur dan memerintah si Dogol.
Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag I Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag II Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag III Sepasang Ular Naga Di Satu Sarang bag IV Panasnya Bunga Mekar bag I
dengan cepatnya. Diiringi pandangan mata Mei Lan
dan Ceng Liong yang anehnya, meski akan
berhadapan sebagai “musuh” dalam pibu mendatang,
tetapi tetap saja merasa persahabatan yang tulus
dengan tokoh Persia itu. Tidak lama, pasangan suami-
istri itupun berlalu meninggalkan Ang San Kok dan
menuju pantai laut selatan. “Gangguan” di perjalanan
menuju Pantai Laut Selatan ini dibayar oleh jatuhnya
beberapa jiwa di kalangan pendekar sampai akhirnya
Ceng Liong dan Mei Lan tiba dan bergabung bersama
rombongan Pendekar.
Meski demikian, wibawa dan perkataan Duta Agung
Kiang Ceng Liong masih memiliki daya pengaruh yang
besar. Rombongan pendekar itupun sebagian besar
berbalik menuju ke kota terdekat dan sejak hari itu,
tidak ada lagi korban yang jatuh sejak mereka
menghentikan perjalanan menuju Laut S elatan. Dan
setelah mengawal selama 2 hari rombongan
pendekar dan berjanji akan memberi kabar
selambatnya 2 bulan kedepan, Ceng Liong melajutkan
perjalanan menuju Pantai Laut Selatan untuk
kemudian berlayar menuju Lam Hay Bun.
===================
Sebagaimana dugaan Ceng Liong, memang benar 2
orang gadis yang menuju ke Lembah Saldju
Bernyanyi salah satunya adalah Lamkiong Sian Li. Dan
jika memang benar gadis itu, maka perjalanannya
menuju Lembah Saldju Bernyanyi pastilah akan
memohon bantuan. Ceng Liong telah memberi
informasi kepada Beng Kui bahwa pada saatnya
sebelum menuju Lam Hay Bun dia akan menemui
beberapa teman di Bengsan dan kemudian dari
Markas Bengkauw itu, mereka akan melakukan
perjalanan menuju Lam Hay Bun di Lautan Selatan.
Kiang Tek Hoat bersama istrinya Siangkoan Giok Lian
tidak langsung berjalan menuju Bengkauw, melainkan
singgah sebentar ke Markas Kaypang. Betapapun,
sebagai seorang murid berbakti dari Guru Besar Kiong
Siang Han, setelah akhirnya menikah, dia merasa
wajib untuk mengunjungi makam Suhunya bersama
istrinya. Oleh karena itu, Tek Hoat mengunjungi
Markas Kaypang terlebih dahulu dan merencanakan
untuk langsung menuju Bengkauw darisana.
Tetapi, begitu usai memberi hormat dan mengunjungi
makam suhunya bersama Giok Lian dan saat-saat
sebelum meninggalkan Kaypang, tiba-tiba mereka
berpapasan dengan Lauw Gwan Thong. Sebagaimana
dikisahkan dalam episode sebelumnya, guna
membayar hutang nyawa kepada Kaypang atas
meninggalnya Yok Sian Sin Kay karena mengobati
dan melindungi nyawanya, maka tokoh Hwee Liong
To, To Hoa Ji sudah bersumpah membaktikan
tenaganya bagi Kaypang. Dan sejak saat itu, sambil
menyembuhkan tenaganya, To Hoa Jin tinggal di
Markas Besar Kaypang bersama adik seperguruannya
Lauw Gwan Thong. Tetapi, karena selama ini mereka
berdua merantau dan mengunjungi banyak tempat
bersama-sama, maka Lauw Gwan Thong yang lebih
banyak sendirian karena toakonya selalu bersamadhi
menyembuhkan luka, menjadi sering merasa jenuh
dan bosan.
Ketika melihat kedatangan Tek Hoat dan Giok Lian
yang dia kenal sepintas dan selalu berlaku baik
kepadanya, pendekar dogol itupun datang mendekat:
“Hehehehe ……. hehehehehe ……”
Tek Hoat dan Giok Lian sudah tentu mengenal tokoh
ini dan memahami keadaannya yang meski dogolo
tetapi sakti bukan main. Bahkan kemampuan Pek Lek
Sin Jiu yang dimilikinya masih Seurat di atas Tek Hoat
karena memang si dogol meyakinkan ilmu Sam Yang
Hui Kang yang merupakan tenaga khusus pendorong
Pek Lek Sin Jiu. Dari sisi itu, mereka masih memiliki
ikatan perguruan.
“Gwan Thong ……. Bagaimana kabarmu ……”? sapa
Liang Tek Hoat lembut namun dengan suara keras.
“Aku …….. hehehehehe ……… aku baik ……
heheheheheh ….”
“Ach, syukurlah jika demikian. Engkau bermain-main
dari manakah …..”? ganti Giok Lian yang b ertanya
kepada si Dogol itu
“Bermain …… heheheheh ……. bermain ….. iya ……..
hehehehehe ….” Jawab Gwan Thong sambil terkekeh-
kekeh tanpa alasan yang jelas.
“Engkau mau kemana sekarang Gwan Thong …..”?
kembali Giok Lian bertanya dengan suara yang
lembut dan bersahabat.
Lauw Gwan Thong memandang Tek
http://cerita-silat.mywapblog.com
Tarian Liar Naga Sakti - Marshall
Hoat dan Giok
Lian bergantian dengan wajah bodohnya, dia seperti
sedang berpikir keras bagaimana dan apa yang harus
dikatakan menjawab pertanyaan Giok Lian. Tetapi,
dari gayanya, Tek Hoat dan Giok Lian paham, si Dogol
ingin mengatakan sesuatu …….
“Ikut ……. Hehehehehe …….. ikut ……..”
“Ha …… ikut kemana Gwan Thong ….”? Kejar Giok Lian
kurang paham
“Hehehehehehehe ………” jawab Lauw Gwan Thong
dengan ketawa-ketawa bodohnya sambil kemudian
menunjuk-nunjuk kearah Liang Tek Hoat dan
Siangkoan Giok Lian berdua. Maksudnya jelas.
Tek Hoat memandang bingung seperti juga Giok Lian.
Mengikuti mereka berdua? Bukan dekat perjalanan
mereka dan bagaimana pula mengekang si Dogol ini?
Ini yang menjadi pertanyaan besar dan berat bagi
keduanya. Karena itu, langsung saja jawaban mereka
adalah TIDAK.
“Achhhhh Gwan Thong, kami harus melakukan
perjalanan jauh menuju Lautan Selatan dan
tempatnya jauh sekali. Tidak mungkin engkau
mengikuti …….”
Belum lagi Tek Hoat menyelesaikan kalimatnya dan di
potongan kata Lautan Selatan (Lam Hay), si Dogol
sudah langsung menimpali dengan tingkahnya yang
penuh dengan rasa girang dan gembira ……
“Ikut ……. Heheheheheh ……. Ikut ……. Lam Hay …………
ikut ……”
Tek Hoat dan Giok Lian kerepotan. Mereka baru sadar
jika si Dogol ini aslinya dari Lautan Selatan dan tentu
merasa daerah itu adalah RUMAHNYA. Menyadari
kekeliruan yang sulit diluruskan lagi, keduanya saling
pandang kebingungan. Menghindar dari si Dogol tentu
sulit, karena tingkat kepandaiannya nempil dan nyaris
setingkat dengan mereka berdua. Jikapun
membawanya, repotnya bukan main karena mereka
tidak bisa mengatur dan memerintah si Dogol.