Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Tarian Liar Naga Sakti - 286

$
0
0
Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | by Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Cersil Sakti | Tarian Liar Naga Sakti pdf

Cersil Mahesa Kelud ~ Simo Gendeng Mencari Mati Cersil Mustika Lidah Naga 4 Cersil Shugyosa ~ Samurai Pengembara 3 Cersil Candika - Dewi Penyebar Maut 13 Cersil Trilogi Blambangan - Banyuwangi

engan keunggulan yang
  menjadi berlipat. Pada pertarungan seperti itu,
  kombinasi Wisanggeni dan Nagat Pattynam tidaklah
  manjur karena mereka terpisah cukup jauh oleh
  desakan Barisan Warna Warni.
  Karena itu, akhirnya perlahan-lahan mereka semua
  didesak dan digiring untuk menuju ke lapangan
  setelah Barisan Warna Warni dengan sengaja
  memberi mereka peluang dan kelonggaran serta jalan
  untuk menyeberang ke pulau utama. Ketika hampir
  semua mereka sudah berada di lapangan baru
  mereka sadar jika jalan mereka memang secara
  sengaja telah digiring untuk datang ke lapangan
  dimana semua tokoh 3 pulau berada. Bukan cuma itu,
  keadaan semakin menyulitkan mereka setelah
  beberapa saat kemudian, datang dan bergabung
  Nenggala, Kiang Li Hwa dan Thian Ki Hwesio. Di
  belakang mereka menyusul Tham Beng Kui bersama
  dengan Cui Giok Lie. Jika tokoh-tokoh yang lain
  langsung mengawasi Barisan Warna Warni yang
  mendesak lawannya untuk memasuki lapangan,
  maka Li Hwa langsung mendatangi Kiang Hauw Lam
  dan menyapanya dengan suara penuh haru:
  “Lam koko ……. Bagaimana keadaanmu …….”?
  “Ach engkau Hwa moi ………. beginilah keadaanku.
  Harap engkau memaafkan aku yang sempat
  mengacaukan pesta pernikahanmu, betapapun aku
  harus membela ibuku, tetapi dalam hatiku engkau
  tetap adalah adikku ……..”
  “Aku tahu, aku tahu Lam koko ……, tapi apakah
  engkau baik-baik saja …..”? bertanya Li Hwa sambil
  mendekati Kiang Hauw Lam, betapapun dia mengenal
  dan mengetahui bahwa kakak tirinya ini
  mengasihinya meskipun dahulu terkesan dingin.
  Tetapi, hubungan kakak beradik mereka (se ayah
  beda ibu) Nampak tetap baik.
  “Aku berharap begitu adikku, tetapi ibuku dalam
  keadaan yang mengkhawatirkan. Aku khawatir
  kemampuannya sudah lenyap ……”
  “Acccchhhhh ………” jerit Li Hwa sambil mendekati
  Hauw Lam dan ibunya, Lamkiong Li Cu yang masih
  tetap tidak sadarkan diri.
  “Hauw Lam koko …….” Tiba-tiba suara gadis yang lain
  memasuki telinga Kiang Hauw Lam, dan suara itu
  selalu berada dalam sanubarinya.
  “Lie moi …… engkau juga berada disini …..”? tanyanya
  penuh rasa rindu, tetapi sulit untuk diekspresikan,
  karena keadaan memang tidak memungkinkan. Rasa
  rindu dan pendar asmara itu mesti mereka pendam,
  dan hanya terekspresikan dari pandang mata dan
  gerak-gerik penuh perhatian dan rasa.
  “Ya, aku memang berusaha menyusulmu dan
  membebaskanmu dari gerombolan itu. Tidak tahunya
  …… ternyata …….”
  “Engkau kecewa melihat kenyataan ini Lie moi …..”?
  tanya Hauw Lam meski dia sudah tahu jawabannya.
  Tapi terkadang, memang kalimat cinta harus
  diungkapkan dan bukan dipendam selamanya.
  “Tidak ….. bukan, bukan begitu maksudku …….”
  “Jadi, apa yang engkau pikirkan sekarang …..”?
  “Aku tidak memikirkan apa-apa, engkau tetap Hauw
  Lam koko yang aku kenal …” bisik gadis itu sendu.
  Dan itu sudah cukup bagi Hauw Lam. Dan juga cukup
  bagi Li Hwa sudah segera paham apa yang terjadi
  antara mereka berdua. Karena itu, diapun merangkul
  gadis itu sambil menghibur:
  “Sudahlah adikku, kita selesaikan semua satu demi
  satu ………cobalah menangani ibumu terlebih dahulu
  Lam koko, biarkan kami menjagamu disini ……”
  Hiburan yang tulus karena Li Hwa melihat jalan kasih
  yang terlampau berliku bagi mereka berdua, terutama
  bagi Giok Lie yang polos dan terlihat begitu mencintai
  kakaknya. Hatinya menjadi rawan dan tidak tahu apa
  yang mesti diperbuat. Baik bagi Giok Lie maupun bagi
  kakaknya Hauw Lam.
  Sementara percakapan mereka berlangsung, semua
  tokoh yang datang bersama Lamkiong Li Cu dan
  Kiang Hauw Lam, kini sudah berada di tengah
  lapangan. Kecuali kedua orang gadis cilik yang
  menjadi anak murid Lamkiong Li Cu, yakni Pui Hoa
  dan Siauw Yam. Justru sejak upaya pelarian para
  tokoh di lapangan itu kedua gadis cilik murid terakhir
  Lamkiong Li Cu telah menghilang entah kemana.
  Tetapi, kita tinggalkan mereka yang menghilang entah
  kemana perginya, mari kita ikuti perkembangan di
  lapangan. Perkembangan yang terjadi ketika pada
  akhirnya para tokoh itu berjumpul b
  http://cerita-silat.mywapblog.com
Tarian Liar Naga Sakti - Marshall

  ersama dan kini
  sudah menghadapi para pendekar yang hadir disana.
  Baik para pendekar dari 3 pulau, Pulau Awan Putih,
  Hwee Liong To dan Lam Hay Bun, maupun para tokoh
  yang berasal dari Tionggoan.
  Melihat tidak ada jalan keluar lagi karena lapangan
  sudah dikepung oleh Barisan Warna Warni, akhirnya
  tokoh tertua dari mereka, yakni Naga Pattynam yang
  bertindak untuk berbicara atas nama mereka semua:
  “Sudah kuperingatkan kalian berdua, bahwa Lam Hay
  Bun akan memakan kita semua, tetapi kalian tidak
  percaya (sambil memandang Hauw Lam, dan sekali
  pandang saja dia segera paham jika keadaan Li Cu
  saat itu sudah tidak ada harapan). Heeeeeeeh,
  Beginilah jadinya. ……… hahahahahaha, tetapi
  sebetulnya lohu tidak merasa takut sedikitpun.
  Hmmmm, Duta Agung Kiang Ceng Liong, sekarang,
  apa gerangan yang kalian semua inginkan dari kami
  …..”?
  Mendengar namanya disebutkan, Ceng Liong yang
  sebenarnya masih sedikit enggan untuk tampil karena
  berada di wilayah kekusaan Lam Hay Bun,
  memandang sekejap kearah Lamkiong Sian Li dan
  juga Lamkiong Bouw. Keduanya paham dengan
  kesulitan yang dialami Ceng Liong, tetapi sekaligus
  kagum akan niat baiknya yang tetap menghargai Lam
  Hay Bun sebagai tuan rumah. Karena pikir an itu,
  makan Lamkiong Bouw dan juga Lamkiong Sian Li
  yang menjadi tocu, dengan cepat tersenyum kepada
  Kiang Ceng Liong dan mengnggukkan kepala tanda
  memberinya ijin untuk tampil berbicara atas nama
  mereka semua:
  “Terima kasih atas perkenan Tocu Lam Hay Bun
  Lamkiong Sian Li dan Lamkiong cianpwee, sesepuh
  Lam Hay Bun untuk mengijinkan aku berbicara atas
  nama kita semua; Naga Pattynam, kekisru han yang
  kalian timbulkan terentang bukan hanya di daratan
  Tionggoan, tetapi melebar hingga ke lautan dan ikut
  mengacau di Lam Hay Bun. Perbuatan kalian ini
  sungguh-sungguh sangat mengesalkan dan
  menimbulkan banyak keributan dan bahkan banyak
  korban. Bukan hanya Lembah Pualam Hijau yang
  mengejarmu, tetapi bahkan juga Kaypang, Bu Tong,
  Siauw Lim dan banyak perguruan Tionggoan,
  termasuk Pulau Naga Api dan sekarang Lam Hay Bun.
  Selain itu, Suhengmu yang mendidik seorang murid
  untuk pengkhianatanmu juga sudah siap menuntut
  pertanggungjawabanmu. Bukan hanya engkau, Naga
  Pattynam, tetapi juga Wisanggeni, Bu Hok Lokoay,
  Hiong Say, Mahendra dan Gayatri, Janaswamy, Ciu
  Lam Hok, kalian semua adalah perusuh yang banyak
  menyebabkan pertikaian dan kematian. Karena itu,
  hari ini kita harus menyelesaikan apa yang sudah
  kalian awali, dan biarlah kita lakukan dengan cara
  dunia persilatan. Dengar perkataanku …… Dari setiap
  kalian masing-masing, kami persilahkan meninggalkan
  lapangan dan Lam Hay Bun jika kalian masing-masing
  mampu dan berhasil mengalahkan lawan-lawanmu.
  Tetapi jika kalian gagal, maka hukuman paling ringan
  adalah melenyapkan kepandaian kalian. Jika kalian
  tidak bersedia bertarung dengan cara dunia persilatan,
  silahkan menutuk diri sendiri dan menghabiskan ilmu
  silat kalian dan seterusnya boleh berlayar kembali ke
  Tionggoan tanpa ada yang akan mengganggu kalian
  ……..”
  “Hahahahahahaha, Duta Agung, engkau sungguh-
  sungguh sombong. Apakah engkau kira aku takut
  menghadapimu? Menghadapi kawan-kawanmu?
  Bahkan menghadapi keroyokan kalian semua kami
  tidaklah takut. Apalagi hanya menghadapi seorang
  lawan seorang diantara kalian ……. Sungguh engkau
  memandang kami remeh ….”
  “Buktinya sudah jelas, tak seorangpun dari kalian
  yang sanggup menembus Barisan Warna Warni, tetapi
  engkau masih demikian sombong berbicara besar.
  Keputusanku sudah jelas dan tegas, jika engkau bisa
  melewati seorang lawan yang kusiapkan dari
  rombongan kami, engkau bebas meninggalkan Lam
  Hay Bun. Bahkan akan diantarkan berlayar menuju
  Tionggoan dengan selamat. Tetapi jika tidak, harus
  kutegaskan, lautan selatan akan menjadi kuburanmu
  …..……… paling ringan aku akan memunahkan
  kepandaianmu. Karena itu, silahkan engkau
  menetapkan nasibmu sendiri …….”
  “Huh, sombong benar. Jika memang demikian Duta
  Agung, aku menan

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>