Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | by Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Cersil Sakti | Tarian Liar Naga Sakti pdf
Cersil Joko Sableng ~ Kidung Maut Bulan Purnama Cersil Joko Sableng ~ Malaikat Penggali Kubur Cersil Trio Detektif ~ Bisnis Kotor Bag II Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Cersil Trio Detektif ~ Misteri Boneka Beringas
n
memeriksa keadaannya sekarang. Aakah bisa
Lamkiong locianpwee …….”? Bertanya Kiang Ceng
Liong.
“Silahkan, tentu saja bisa Anak muda ……… “ berkata
Lamkiong Bouw penuh harap. Tetapi, sebuah suara
menyanggahnya dan menolak:
“Tidak bisa …….” terdengar suara Kiang Hauw Lam.
Bahkan lebih lanjut dia bersuara dengan nada kurang
senang:
“Aku tidak mengijinkan engkau untuk menjamah
tubuh ibuku Kiang Ceng Liong, dan aku yakin ibuku
semenderita apapun tidak akan ingin dia diobati atau
disembuhkan olehmu yang banyak mendatangkan
kemalangan atas dirinya ……” Kiang Hauw Lam
berkata dengan wajah muram.
“Paman Hauw Lam …….., aku hanya ingin melihat dan
memeriksa keadaannya. Sedikit banyak, aku memiliki
kemampuan untuk menilik kondisi fisik dan kekuatan
iweekangnya baru dapat kuketahui keadaan
sebenarnya ……”
http://cerita-silat.mywapblog.com
“Ceng Liong, engkau sudah mendengar perkataanku.
Dan hanya sekali aku mengeluarkan perkataan
tersebut, tidak akan kuulangi. Lagipula, keluarga besar
Ibu yang terhormat sudah memutuskan untuk
menghukumnya dan tidak akan melindunginya.
Karena itu, jauh lebih baik jika engkau tidak mencoba
mengganggunya lebih jauh dan tidak coba-coba untuk
sok baik hati mengobati atau memulihkan
keadaannya. Biarlah aku anak tunggalnya yang akan
mengusahakan jika memang beliau masih bisa
disembuhkan ….”
“Baiklah, terserah keputusanmu Paman Hauw Lam
……” sahut Ceng Liong akhirnya menyerah dengan
kekerasan hati Hauw Lam.
Belum lagi suasana menjadi lebih tenang, tiba-tiba
muncul Liu Hok, putra Liu Kong yang selama ini
menjadi tokoh utama Barisan Warna Warni dengan
tergesa-gesa sepertinya ingin membawa laporan
penting:
“Tocu …..… hamba membawa laporan yang sangat
penting. Tamu-tamu kita yang berada di
pesanggrahan tiba-tiba berontak dan ingin pergi dari
pulau, tetapi mereka semua sudah ditangani Barisan
Warna Warni ….. mohon petunjuk …”
Mendengar berita penting itu Lamkiong Sian Li yang
sedang bertindak sebagai Tocu Lam Hay Bun dengan
cepat mengeluarkan perintah setelah memandang
kakek buyutnya terlebih dahulu:
“Mereka tidak akan kemana-mana. Bukankah semua
perahu sudah engkau singkirkan jauh-jauh Liu Hok
….”?
“Benar tocu …… sudah ditempatkan di pulau terjauh
dan dijaga oleh barisan khusus. Mereka semuanya
sepertinya mengetahui hasil pertandingan disini dan
karena itu, tiba-tiba saja mereka mengamuk dan ingin
menuju pantai, tetapi Barisan Warna Warni sudah
menangani mereka dengan baik …..”
“Baik, bagus jika demikian. Tetapi, jauh lebih baik
engkau menggiring mereka untuk bertarung ke
lapangan ini, karena banyak tokoh Tionggoan disini
ingin menyelesaikan banyak hutang lama dengan
beberapa orang dari mereka …… selain itu, kitapun
wajib menyelesaikan hutang penyerbuan mereka.
Toch bukan Lam Hay Bun yang memulai, tetapi
mereka yang memulai bentrok kali ini. Apakah
engkau sanggup Liu Hok ……”? Tanya Lamkiong Sian Li
“Baik, akan diusahakan Tocu ….. siap melaksanakan
perintah …..”
Setelah berkata demikian, Liu Kong segera mencelat
pergi dengan gesit. Sementara para tokoh 3 pulau,
dan pertemuan 3 pulau, setelah menghukum
Lamkiong Li Cu, terkesan tidak ada lagi yang perlu
ditangani kecuali persoalan Kiang Hauw Lam. Hanya
saja, melihat Kiang Hauw Lam sendiripun terkesan
tidak berkeinginan pergi dan lebih banyak
memperhatikan keadaan Lamkiong Li Cu, mereka
menjadi lebih serius menghadapi persoalan ingin
kaburnya para tokoh di pesanggrahan. Kondisi yang
wajar sebetulnya, karena para perusuh yang
sebenarnya memang masih bebas, sementara Ceng
Liong paham benar dengan keadaan dan kondisi
Kiang Hauw Lam. Sebab itu dia tidak pernah
membentur dan tidak pernah terlampau menekan
Kiang Hauw Lam yang masih terhitung pamannya
sendiri. Sementara itu, melihat keadaan yang menjadi
melunak itu, Lamkiong Bouw akhirnya berkata:
“Cuwi sekalian, sebaiknya kita menanti di tempat ini
saja, rasanya dalam waktu setidaknya setengah jam,
mereka semua pasti sudah berada di lapangan ini.
Banyak hal yang kelihatannya akan bisa diselesaikan
di Lam Hay Bun ini …….”
Terdengar memang jumawa, tetapi terjadinya
memang seperti itu. Bukan apa-apa, meski di
kalangan tokoh-tokoh yang mengamuk itu terdapat
Naga Pattynam, Wisanggeni yang luar biasa hebat,
tetapi tetap saja mereka sulit menghadapi Barisan
Warna Warni. Pertama, medan perkelahian mereka
terlampau berbahaya dan sama sekali tidak mereka
pahami dan apalagi kuasai. Medan berbatu karang
karena mereka menyerbu ke tepian dan bermaksud
untuk pergi, dan ketika mereka mau kembali ke
Pesanggrahan jalan mundur sudah ditutup oleh
Barisan Warna Warni. Selain itu, mereka semua
didesak orang perorang dan tidak berkelahi secara
berkelompok atau saling membantu. Akibatnya,
Barisan Mujijat itu memisahkan mereka satu persatu
dan menghadapinya d
Cersil Joko Sableng ~ Kidung Maut Bulan Purnama Cersil Joko Sableng ~ Malaikat Penggali Kubur Cersil Trio Detektif ~ Bisnis Kotor Bag II Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Cersil Trio Detektif ~ Misteri Boneka Beringas
n
memeriksa keadaannya sekarang. Aakah bisa
Lamkiong locianpwee …….”? Bertanya Kiang Ceng
Liong.
“Silahkan, tentu saja bisa Anak muda ……… “ berkata
Lamkiong Bouw penuh harap. Tetapi, sebuah suara
menyanggahnya dan menolak:
“Tidak bisa …….” terdengar suara Kiang Hauw Lam.
Bahkan lebih lanjut dia bersuara dengan nada kurang
senang:
“Aku tidak mengijinkan engkau untuk menjamah
tubuh ibuku Kiang Ceng Liong, dan aku yakin ibuku
semenderita apapun tidak akan ingin dia diobati atau
disembuhkan olehmu yang banyak mendatangkan
kemalangan atas dirinya ……” Kiang Hauw Lam
berkata dengan wajah muram.
“Paman Hauw Lam …….., aku hanya ingin melihat dan
memeriksa keadaannya. Sedikit banyak, aku memiliki
kemampuan untuk menilik kondisi fisik dan kekuatan
iweekangnya baru dapat kuketahui keadaan
sebenarnya ……”
http://cerita-silat.mywapblog.com
Tarian Liar Naga Sakti - Marshall
“Ceng Liong, engkau sudah mendengar perkataanku.
Dan hanya sekali aku mengeluarkan perkataan
tersebut, tidak akan kuulangi. Lagipula, keluarga besar
Ibu yang terhormat sudah memutuskan untuk
menghukumnya dan tidak akan melindunginya.
Karena itu, jauh lebih baik jika engkau tidak mencoba
mengganggunya lebih jauh dan tidak coba-coba untuk
sok baik hati mengobati atau memulihkan
keadaannya. Biarlah aku anak tunggalnya yang akan
mengusahakan jika memang beliau masih bisa
disembuhkan ….”
“Baiklah, terserah keputusanmu Paman Hauw Lam
……” sahut Ceng Liong akhirnya menyerah dengan
kekerasan hati Hauw Lam.
Belum lagi suasana menjadi lebih tenang, tiba-tiba
muncul Liu Hok, putra Liu Kong yang selama ini
menjadi tokoh utama Barisan Warna Warni dengan
tergesa-gesa sepertinya ingin membawa laporan
penting:
“Tocu …..… hamba membawa laporan yang sangat
penting. Tamu-tamu kita yang berada di
pesanggrahan tiba-tiba berontak dan ingin pergi dari
pulau, tetapi mereka semua sudah ditangani Barisan
Warna Warni ….. mohon petunjuk …”
Mendengar berita penting itu Lamkiong Sian Li yang
sedang bertindak sebagai Tocu Lam Hay Bun dengan
cepat mengeluarkan perintah setelah memandang
kakek buyutnya terlebih dahulu:
“Mereka tidak akan kemana-mana. Bukankah semua
perahu sudah engkau singkirkan jauh-jauh Liu Hok
….”?
“Benar tocu …… sudah ditempatkan di pulau terjauh
dan dijaga oleh barisan khusus. Mereka semuanya
sepertinya mengetahui hasil pertandingan disini dan
karena itu, tiba-tiba saja mereka mengamuk dan ingin
menuju pantai, tetapi Barisan Warna Warni sudah
menangani mereka dengan baik …..”
“Baik, bagus jika demikian. Tetapi, jauh lebih baik
engkau menggiring mereka untuk bertarung ke
lapangan ini, karena banyak tokoh Tionggoan disini
ingin menyelesaikan banyak hutang lama dengan
beberapa orang dari mereka …… selain itu, kitapun
wajib menyelesaikan hutang penyerbuan mereka.
Toch bukan Lam Hay Bun yang memulai, tetapi
mereka yang memulai bentrok kali ini. Apakah
engkau sanggup Liu Hok ……”? Tanya Lamkiong Sian Li
“Baik, akan diusahakan Tocu ….. siap melaksanakan
perintah …..”
Setelah berkata demikian, Liu Kong segera mencelat
pergi dengan gesit. Sementara para tokoh 3 pulau,
dan pertemuan 3 pulau, setelah menghukum
Lamkiong Li Cu, terkesan tidak ada lagi yang perlu
ditangani kecuali persoalan Kiang Hauw Lam. Hanya
saja, melihat Kiang Hauw Lam sendiripun terkesan
tidak berkeinginan pergi dan lebih banyak
memperhatikan keadaan Lamkiong Li Cu, mereka
menjadi lebih serius menghadapi persoalan ingin
kaburnya para tokoh di pesanggrahan. Kondisi yang
wajar sebetulnya, karena para perusuh yang
sebenarnya memang masih bebas, sementara Ceng
Liong paham benar dengan keadaan dan kondisi
Kiang Hauw Lam. Sebab itu dia tidak pernah
membentur dan tidak pernah terlampau menekan
Kiang Hauw Lam yang masih terhitung pamannya
sendiri. Sementara itu, melihat keadaan yang menjadi
melunak itu, Lamkiong Bouw akhirnya berkata:
“Cuwi sekalian, sebaiknya kita menanti di tempat ini
saja, rasanya dalam waktu setidaknya setengah jam,
mereka semua pasti sudah berada di lapangan ini.
Banyak hal yang kelihatannya akan bisa diselesaikan
di Lam Hay Bun ini …….”
Terdengar memang jumawa, tetapi terjadinya
memang seperti itu. Bukan apa-apa, meski di
kalangan tokoh-tokoh yang mengamuk itu terdapat
Naga Pattynam, Wisanggeni yang luar biasa hebat,
tetapi tetap saja mereka sulit menghadapi Barisan
Warna Warni. Pertama, medan perkelahian mereka
terlampau berbahaya dan sama sekali tidak mereka
pahami dan apalagi kuasai. Medan berbatu karang
karena mereka menyerbu ke tepian dan bermaksud
untuk pergi, dan ketika mereka mau kembali ke
Pesanggrahan jalan mundur sudah ditutup oleh
Barisan Warna Warni. Selain itu, mereka semua
didesak orang perorang dan tidak berkelahi secara
berkelompok atau saling membantu. Akibatnya,
Barisan Mujijat itu memisahkan mereka satu persatu
dan menghadapinya d