Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Harga Sebuah Kepala - 14

$
0
0
Cerita Silat | Harga Sebuah Kepala | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Harga Sebuah Kepala | Cersil Sakti | Harga Sebuah Kepala pdf

Cersil Zuber Usman - Damar Wulan Bag III Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Pendekar Rajawali Sakti 105.- Istana Gerbang Neraka Pendekar Rajawali Sakti 106.- Dewa Racun Hitam Pendekar Rajawali Sakti 110.- Sekutu Iblis

inya terus melangkah perlahan-lahan, dengan ayunan mantap.
  Dan ayunan langkah kaki pemuda itu baru berhenti, setelah tiba di depan sebuah rumah yang tidak begitu besar, namun berhalaman luas ini. Puluhan orang bersenjata dari segala macam bentuk dan ukuran tampak berjaga-jaga di sekitar itu. Mereka memandangi Pranggala yang berdiri tegak tidak jauh dari pintu pagar yang terbuat dari bambu ini. Sedangkan Pranggala sendiri tetap berdiri tegak, tidak bergeming sedikit pun. Sorot matanya begitu tajam, lurus ke arah rumah itu.
  "Ki Tunggul Santak..! Aku Pranggala datang hendak membuat perhitungan lama denganmu...!'' lantang sekali suara Pranggala.
  Begitu kerasnya suara Pranggala, sehingga menggema sampai ke seluruh pelosok Desa Salak Rejeng ini. Dari suaranya saja, sudah bisa dipastikan kalau tenaga dalam yang dimiliki pemuda ini sudah sangat tinggi tingkatannya. Karena jelas kalau suara itu dikerahkan dengan pengerahan tenaga dalam tinggi dan penuh.
  Teriakan Pranggala yang lantang menggelegar dan disertai pengerahan tenaga dalam tinggi, me-ngejutkan semua orang yang ada di sekitar halaman rumah ini. Bahkan Ki Tunggul Santak yang berada didalam rumah juga jadi terkejut setengah mati. Bergegas laki-laki tua itu melangkah ke luar. Dan keterkejutannya semakin bertambah, begitu melihat Pranggala berdiri tegak di depan pintu pagar halaman rumah yang disewanya ini.
  "Phuih! Akhirnya muncul juga bocah setan itu...!" dengus Ki Tunggul Santak sambil menyem-burkan ludahnya dengan sengit.
  Ki Tunggul Santak bergegas melangkah menghampiri pemuda ini, diikuti semua orang bayaran dan para pengikutnya. Dia baru berhenti melangkah, setelah sampai di depan pintu pagar yang terbuat dari belahan bambu itu. Sementara, mereka yang mengikuti Ki Tunggul Santak segera menyebar, mengepung Pranggala tanpa diperintah lagi.
  Sret!
  Cring!
  Pranggala hanya melirik sedikit saja, begitu melihat orang-orang yang mengepungnya sudah langsung menghunus senjata. Sementara, Ki Tunggul Santak masih tetap berdiri tegak. Dan gagang pedangnya yang tergantung di pinggang segera digeser sedikit. Sorot matanya terlihat begitu tajam, penuh kebencian mengarah langsung ke bola mata Pranggala.
  "Rupanya kau sudah bosan jadi binatang buruan, Pranggala. Dan sekarang, kau datang menyerahkan nyawamu," terasa begitu dingin nada suara Ki Tunggul Santak.
  "Justru kedatanganku ingin memenggal kepalamu, Ular Busuk!" sambut Pranggala, tidak kalah dingin.
  "Phuih!" Ki Tunggul Santak menyemburkan ludahnya dengan sengit.
  Laki-laki tua itu memandangi para pengikut yang sudah mengepung pemuda musuh bebuyut annya itu. Tidak kurang dari lima puluh orang sudah siap dengan senjata terhunus. Dan kepandaian mereka semua sudah cukup tinggi. Sebagian adalah para pengikut setianya, dan sebagian lagi orang-orang bayarannya. Ki Tunggul Santak jadi tersenyum tipis melihat kekuatan yang dimilikinya. Dengan lima puluh orang berkepandaian tinggi, mustahil bagi Pranggala untuk bisa mempertahankan selembar nyawanya.
  "He he he...!" Ki Tunggul Santak jadi terkekeh.
  Namun belum juga hilang suara tawanya, mendadak saja Pranggala sudah mengebutkan tangan kanannya ke depan dengan kecepatan bagai kilat. Begitu cepat kebutan tangannya, hingga tidak ada seorang pun yang sempat menyadari. Dan seketika itu juga, dari telapak tangan Pranggala meluncur dua bilah pisau kecil yang memancarkan cahaya keperakan. Ked ua pisau itu meluruk deras ke arah dada Ki Tunggul San tak.
  "Heh...?! Hap!"
  Ki Tunggul Santak jadi tersentak kaget setengah mati. Cepat-cepat dia melompat ke belakang, sambil memutar tubuhnya menghindari sambaran dua bilah pisau kecil yang dilontarkan Pranggala cepat bagai kilat. Maka kedua pisau bercahaya keperakan itu meluncur lewat sedikit saja di depan dada Ki Tunggul Santak yang berputaran di udara.
  "Hap!"
  Begitu kedua kaki orang tua ini menjejak tanah, saat itu juga Pranggala sudah melesat bagai kilat menerjang, sambil mencabut pedang yang sejak tadi tergenggam di tangan kanan. Bagaikan kilat pula, pedangnya dibabatkan ke arah leher Ki Tunggul Santak.
  "Hiyaaat...!"
  Wut!    
  "Haiiit..!"
  Ki Tunggul Santak cepat-cepat mengegoskan kepalanya ke kanan, hingga ujung pedang Prang-gala lewat sedikit saja di depan tenggo rokan. Namun belum juga bisa menyeimbangkan tubuh nya, Pranggala sudah memberi satu tendangan keras y ang begitu cepat menggeledek, sambil melompat ke ar ah dada orang tua ini.
  "Jebol dadamu! Yeaaah...!"
  "Ikh...!"
  Ki Tunggul Santak jadi terbeliak. Cepat-cepat tubuhnya dibanting ke tanah, dan bergulingan beberapa kali menghindari tendangan Pranggala yang begitu dahsyat dan mengandung pengerahan tenaga dalam tinggi.
  "Hap!"
  Dengan gerakan manis sekali, Ki Tunggul Santak melesat bangkit berdiri. Sementara, Pranggala sudah kembali berdiri tegak dengan pedang tersilang di depan dada. Saat itu, Ki Tunggul Santak memandangi dengan sorot mata tidak percaya, kalau anak muda yang dulu hampir mati di tangannya ini, sekarang memiliki kepandaian dahsyat. Pantas saja orang-orang yang tergiur hadiah yang dijanjikan Ki Tunggul Santak, sampai sekarang tidak ada yang bisa membawa kepala Pranggala padanya.
  "Cabut pedangmu, Ki Tunggul Santak! Aku pantang membunuh orang tanpa senjata di ta-ngan," ujar Pranggala dingin menggetarkan.
  "Phuih!" Ki Tunggul Santak hanya menyem-burkan ludahnya saja dengan sengit.
  Perlahan orang tua yang berbaju jubah putih panjang dan longgar bagai pertapa itu menggeser kakinya ke kanan. Namun sorot matanya masih begitu tajam, menusuk langsung ke bola mata Pranggala.
  "Hiyaaa...!"
  Sambil berteriak keras menggelegar, Ki T unggul Santak melesat cepat bagai kilat menerjangPran ggala. Satu tendangan keras yang menggele-dek langs ung dilepaskan ke kepala pemuda ini.
  "Haps!"
  Namun hanya sedikit saja Pranggala mengegos, tendangan dahsyat menggeledek yang dilepaskan Ki Tunggul Santak dapat dihindari. Bahkan tanpa diduga sama sekali, Pranggala melepaskan satu sodokan tangan yang begitu cepat, dan tepat mengarah ke lambung orang tua berjubah putih bersih ini. Begitu cepat sodokannya sehingga....
  "Ikh...!"
  Ki Tunggul Santak jadi terpekik kaget setengah mati. Cepat-cepat tubuhnya melenting setengah berputar ke belakang, menghindari sodokan tangan Pranggala. Namun begitu kakinya baru menjejak tanah kembali, Pranggala sudah melesat cepat sambil melepaskan satu pukulan keras bertenaga dalam tinggi ke arah dada.
  "Haiiit..!"
  Dan begitu Ki Tunggul Santak bisa menghindari pukulan tangan kiri, tanpa diduga sama sekali Pranggala memutar arah pukulan tangan kirinya. Lalu begitu cepat tangan kirinya itu dihentakkan.
  Bet!
  Plak!
  "Akh...!"
  Ki Tunggul Santak yang sama sekali tidak menduga kalau Pranggala bisa memutar tangannya begitu cepat sambil menyerang, tidak dapat lagi berkelit menghindar. Maka sentakan tangan pemuda itu tepat menghantam dadanya. Begitu keras sentakan tangan Pranggala, sampai Ki Tunggul Santak terhuyung ke belakang sejauh enam langkah.
  "Setan keparat! Phuih...!"

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>