Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Harga Sebuah Kepala - 15

$
0
0
Cerita Silat | Harga Sebuah Kepala | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Harga Sebuah Kepala | Cersil Sakti | Harga Sebuah Kepala pdf

Fifty Shades Freed - E.L James Cersil Indo ~ Mantra Penjinak Ular Kho Ping Hoo - Kisah Si Tawon Merah Bukit Heng-san Cersil jepang - Shogun 1 Pendekar Rajawali Sakti - 111. Teror Si Raja Api


   
  "Serang! Bunuh bocah keparat itu...!" teriak Ki Tunggul Santak keras menggelegar.
  "Hiyaaa...!"
  "Yeaaah...!"
  Tanpa diperintah dua kali, mereka yang memang sejak tadi sudah siap dengan kepungannya, langsung saja berlompatan menyerang pemuda ini dari segala arah. Saat itu, Pranggala jadi terkesiap juga melihat arus serangan yang begitu deras datang dari segala penjuru mata angin di sekelilingnya.
  "Hup! Hiyaaat..!"
  Cepat-cepat Pranggala melenting ke udara. Namun pada saat itu juga, puluhan batang anak panah sudah berhamburan ke arahnya. Akibatnya, pemuda itu terpaksa harus berjumpalitan di udara, dan kembali meluruk turun. Tapi begitu kakinya menjejak tanah, satu sambaran golok yang berukuran sangat besar sudah melayang ke arah kepala dari belakang.
  Wusss!
  "Ups!"
  Sambaran angin tebasan golok itu sempat juga mengejutkan Pranggala. Namun kepalanya lebih cepat lagi merunduk, hingga tebasan golok itu lewat sedikit di atasnya. Dan saat itu juga, Pranggala menghentakkan kakinya ke belakang.
  "Yeaaah...!"
  Begitu cepat sentakan kaki Pranggala, hingga....
  Dugkh!
  "Akh...!"
  Satu pekikan keras tertahan seketika itu juga terdengar. Tampak penyerang yang berada di be-lakangnya terpental jauh ke belakang, dengan darah muncrat dari mulutnya. Tendangan ke belakang yang dilepaskan Pranggala memang sangat kuat, mengandung pengerahan tenaga dalam tinggi sekali. Akibatnya, orang itu langsung ambruk menggelepar dengan darah mengalir dari mulutnya. Dan hanya sebentar saja tubuhnya masih bisa menggeliat, kemudian diam tidak bergerak-gerak lagi. Mati! Sementara darah masih terus mengalir dari lubang mulut dan hidungnya.
  "Hup! Hiyaaa...!"
  Sementara, Pranggala terus berlompatan cepat sambil mengibaskan pedang secara berputaran. Begitu cepat gerakan-gerakannya, hingga anak buah Ki Tunggul Santak tidak dapat lagi membaca setiap arah gerakan pedang pemuda itu. Dan sebentar saja, sudah terdengar jeritan-jeritan panjang melengking tinggi yang saling susul.
  Dan kini, tubuh-tubuh tak bernyawa berlu-muran darah pun sudah mulai terlihat bergelim-pangan di sekitar pertarungan. Sementara itu, Ki Tunggul Santak semakin geram saja melihat orang-orangnya seakan tidak sanggup lagi menghadapi anak muda ini.
  "Bocah setan! Kubunuh kau! Hiyaaat..!"
   
  ***
  Sambil memaki dengan kemarahan meluap dalam dada, Ki Tunggul Santak cepat melesat menyerang Pranggala. Terjunnya Ki Tunggul Santak, yang rupanya membangkitkan semangat orang-orangnya. Maka, mereka semakin gencar saja menyerang. Sedangkan Ki Tunggul Santak bergerak begitu cepat mematahkan setiap serangan balasan yang dilancarkan Pranggala.
  Dan dalam waktu tidak berapa lama saja, keadaan jadi terbalik. Pranggala sudah kelihatan begitu kewalahan menghadapi serangan-serangan beruntun yang datang dari segala arah ini. Bahkan dalam waktu tidak begitu lama, entah sudah berapa kali pukulan dan tendangan mendarat di tubuhnya. Akibatnya keadaan pemuda itu jadi semakin mencemaskan. Namun di saat Pranggala benar-benar hampir tidak memiliki daya lagi, mendadak saja....
  "Akh!"
  "Aaa...!"
  Tiba-tiba dari arah belakang kepungan, terdengar jeritan-jeritan panjang melengking tinggi yang saling sambut. Dan jeritan itu tentu saja membuat mereka yang sedang bertarung jadi terperanjat setengah mati. Sementara, Ki Tunggul Santak yang juga mendengar jeritan itu cepat-cepat melompat ke belakang sejauh setengah batang tombak, meninggalkan Pranggala yang terus sibuk menghindari setiap serangan yang datang dari sekelilingnya.
  "Heh...?!"
  Kedua bola mata Ki Tunggul Santak jadi terbeliak lebar, begitu melihat dua anak muda tengah mengamuk menghajar para pengikutnya. Dan tampaknya, kedua anak muda itu tidak akan dapat ditandingi. Dalam waktu tidak berapa lama saja, sudah lebih dari lima belas orang yang dijatuhkan.
  "Phuih...!" Ki Tunggul Santak menyemburkan ludahnya dengan sengit. "Hiyaaat..!"
  Ki Tunggul Santak memang tidak dapat lagi menahan kegeramannya. Terlebih lagi, setelah mengetahui siapa dua orang yang menyerang anak buahnya, hingga jadi berantakan begitu. Mereka memang Rangga dan Pandan Wangi!
  "Mampus kau! Yeaaah...!"
  Cring!
  Bet!
  Secepat kilat Ki Tunggul Santak mencabut pedangnya yang sejak tadi tergantung di pinggang. Dan dengan kecepatan bagai kilat, pedangnya dibabatk an tepat ke leher Rangga.
  "Haps...!"
  Namun hanya sedikit saja Pendekar Rajawali Sakti mengegoskan kepala, maka tebasan Ki Tunggul Santak tidak sampai mengenai sasaran. Dan saat itu juga, Rangga menarik kakinya ke belakang. Tapi pada saat itu juga, satu tebasan golok meluncur cepat ke arah punggungnya.
  'Yeaaah...!"
  Cepat-cepat Pendekar Rajawali Sakti mem-bungkukkan tubuhnya. Lalu, langsung dilepaskannya satu tendangan keras ke belakang. Begitu cepat tendangannya, sehingga orang yang membokongnya dari belakang tidak dapat lagi menghindar. Dari....
  Des!
  "Akh...!"
  "Hup! Hiyaaa...!"
  Rangga tidak sempat lagi memperhatikan pembokongnya yang terpental balik ke belakang, karena harus cepat melesat ke atas. Memang, pada saat itu tebasan pedang Ki Tunggul Santak berkelebat begitu cepat mengarah ke kakinya. Dan mata pedang Ki Tunggul Santak yang berkilatan tertimpa cahaya ma tahari itu lewat sedikit saja di bawah telapak kaki Pend ekar Rajawali Sakti.
  Saat berada di udara itu, Rangga cepat memutar tubuhnya. Dan kedua tangannya langsung te-rentang lebar ke samping, kemudian bergerak cepat. Sehingga, Ki Tunggul Santak jadi terbeliak lebar, terkejut setengah mati. Daa...
  Plak!
  "Akh...!"
  Ki Tunggul Santak jadi terpekik begitu kibasan tangan Rangga berhasil menghantam kepalanya. Seketika itu juga, darah mengucur deras dar i ba-gian atas telinga orang tua ini. Memang keras seka li kibasan tangan Pendekar Rajawali Sakti yang mengg unakan jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega& #039;. Akibatnya Ki Tunggul Santak jadi terhuyung-huyu ng ke belakang, dengan darah mengalir deras dari bagi an atas telinganya yang retak.
  Sementara itu, di tempat lain Pandan Wangi tampak sama sekali tidak mengalami kesulitan mengatasi lawan-lawannya. Kipas baja putih di tangan kanannya berkelebat cepat diimbangi gerakan tubuh dan kakinya yang begitu indah dan lincah luar biasa. Hingga, tidak ada seorang pun lawan yang bisa menyentuh tubuh gadis cantik berjuluk si Kipas Maut ini.
  Sedangkan di tempat lain lagi, terlihat Pranggala yang kini tidak lagi menghadapi Ki Tunggul Santak. Semangatnya juga sudah bangkit kembali.
  Terlebih lagi, dia tahu kalau Rangga dan Pandan Wangi berpihak kepadanya. Hingga, tidak segan-segan lagi lawan-lawannya dibabat dengan pedang. Maka jeritan-jeritan panjang melengking tinggi pun semakin sering terdengar menyayat. Tubuh-tubuh bersimbah darah terus berhamburan membasahi tanah berdebu ini.
  Tapi, pengikut-pengikut Ki Tunggul Santak se-akan tidak pernah habis. Mereka terus berdatangan dari setiap pelosok Desa Salak Rejeng ini. Rupanya, suara-suara pertarungan itu terdengar sampai ke pelosok desa. Dan mereka yang memang sedang berjaga-jaga di sekitar Desa Salak Rejeng ini, jadi berhamburan mendatangi dan langsung saja menyerang dari segala penjuru. Hingga, seakan-akan pengikut Ki Tunggul Santak tidak akan pernah ada habisnya. Selalu saja berdatangan, dan langsung menyerang.
   
  ***
   
  Sementara itu, Rangga dan Ki Tunggul Santak sudah kembali bertarung sengit. Meskpun darah mengucur dari kepalanya, tapi gerakan-gerakan Ki Tunggul Santak masih tetap gesit dan cukup berbahaya. Beberapa kali Rangga terpaksa harus berjumpalitan di udara, menghindari setiap serangan Ki Tunggul Santak. Dan entah sudah berapa jurus pertarungan berlangsung. Tapi, tampaknya laki-laki tua berjubah putih itu sudah kelihatan terdesak sekali.
  Beberapa kali pukulan keras bertenaga dalam yang dilepaskan Rangga mendarat di tubuhnya, tapi tetap saja orang tua itu terus menyerang seperti kesetanan. Sementara, Rangga sudah mulai merasa jengkel juga. Sengaja seluruh kepandaiannya tidak dikerahkan secara penuh. Rangga sebenarnya ingin memberi kesempatan pada Ki Tunggul Santak untuk memperbaiki perbuatannya. Tapi, tampaknya orang tua itu tidak mau mengerti kemurahan hati yang diberikan Pendekar Rajawali Sakti. Bahkan menganggap pemuda lawannya ini sudah meremehkannya.
  "Phuih! Hiyaaat...!"
  Sambil menyemburkan ludah yang bercampur darah, Ki Tunggul Santak melesat cepat sekali ke atas kepala Pendekar Rajawali Sakti. Dan saat itu juga, pedangnya dikibaskan disertai pengerahan tenaga dalam penuh.
  "Haiiit..!"
  Namun hanya sedikit saja Rangga mengegos-kan kepala, tebasan pedang Ki Tunggul Santak ti-dak sampai mengenai sasaran. Bahkan tanpa diduga sama sekali, Rangga melepaskan satu tendangan keras, sambil membanting tubuhnya ke tanah. Begitu cepat gerakan Pendekar Rajawali Sakti, sehingga Ki Tunggul Santak tidak sempat lagi menghindarinya. Terlebih lagi, saat itu tubuhnya masih berada di udara. Dan....
  Diegkh!
  "Akh...!"
  Ki Tunggul Santak jadi terpekik, begitu ten-dangan yang dilepaskan Rangga mendarat telak di dadanya. Akibatnya, tubuh orang tua itu melayang deras ke belakang. Dan tanpa disadari, tubuhnya justru melayang mendekati Pranggala yang kini hanya menghadapi tiga orang lawan saja.
  Melihat Ki Tunggul Santak meluncur deras tanpa dapat menguasai keseimbangan tubuh lagi, Pranggala tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang hanya sedikit ini. Tanpa menghiraukan tiga orang lawannya, tubuhnya cepat melesat menyongsong tubuh Ki Tunggul Santak yang meluncur deras ke arahnya, akibat terkena tendangan menggeledek Pendekar Rajawali Sakti.
  "Hiyaaat...!"
  Wuk!
  Langsung saja Pranggala menghunjamkan pedangnya ke tubuh orang tua berjubah putih ini. Dan....
  Bresss!

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423