Cerita Silat | Gerhana Darah Biru | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Gerhana Darah Biru | Cersil Sakti | Gerhana Darah Biru pdf
Cersil Zuber Usman - Damar Wulan Bag III Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Pendekar Rajawali Sakti 105.- Istana Gerbang Neraka Pendekar Rajawali Sakti 106.- Dewa Racun Hitam Pendekar Rajawali Sakti 110.- Sekutu Iblis
belakang, mencoba menghindari sergapan tangan Pendekar Rajawali Sakti pada wajahnya. Dan kali ini, pedangnya yang tergantung di pinggang langsung dicabut, lalu cepat sekali dikebutkan ke depan. Tapi pada saat yang bersamaan, Rangga sudah menarik tangannya kembali. Dan tanpa diduga sama sekali, Pendekar Rajawali Sakti menghentakkan kakinya ke depan, dengan tubuh sedikit miring ke kiri.
'Yeaaah...!"
Tendangan yang begitu cepat dan tidak diduga sama sekali ini, membuat wanita bercadar hijau itu jadi terperanjat setengah mati. Dicobanya untuk meliukkan tubuhnya, menghindari tendangan. Tapi sungguh di luar dugaan sama sekali, manis sekali kaki Pendekar Rajawali Sakti memutar ke atas, dan langsung cepat menghentak ke dada.
Diegkh!
"Akh...!"
Wanita bercadar hijau itu jadi terpekik, begitu telapak kaki Rangga menghantam telak dadanya. Akibatnya, jubahnya terpental ke belakang sejauh dua batang tombak. Walaupun Rangga melepaskan tendangan tanpa disertai pengerahan tenaga dalam, tapi dilepaskannya sangat keras. Sampai-sampai lawan terpental sejauh dua batang tombak.
"Hap!"
Baru saja Rangga menyilangkan kedua tangan di depan dada, mendadak saja telinganya yang tajam mendengar suara mendesir halus dari arah belakang. Cepat tubuhnya merunduk ke depan, dan kaki kanannya langsung menghentak ke belakang dengan kecepatan dahsyat. Saat itu juga....
Buk!
"Akh...!"
Terdengar pekikan agak tertahan dari belakang Pendekar Rajawali Sakti. Tampak seorang berpakaian hitam terpental balik ke belakang dengan tangan kiri memegangi dada yang seperti remuk, begitu terkena tendangan Pendekar Rajawali Sakti tadi. Sementara itu, Rangga sudah memutar tubuhnya ke kiri. Dan saat itu, tiga orang berpakaian serba hitam sudah berlompatan menyerang secara bersamaan.
"Hap! Hiyaaa...!"
Tanpa membuang-buang waktu lagi, Rangga segera saja melenting ke udara. Sementara, kedua tangannya langsung terentang lebar ke samping. Lalu dengan gerakan cepat dan indah sekali, kedua tangannya digerakkan, diimbangi gerakan tubuh yang manis sekali. Begitu cepat gerakannya dalam penggunaan jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega'. Akibatnya, tiga orang lawan tidak dapat lagi mengetahui arah gerakan tangan Pendekar Rajawali Sakti. Maka kibasan tangan itu langsung mendarat keras sekali di tubuh mereka.
Jeritan-jeritan kesakitan pun seketika terdengar saling sambut, disusul terpentalnya tiga orang berpakaian serba hitam itu. Sementara, Rangga sudah kembali berdiri tegak dengan kedua kakinya yang kokoh, berhadapan dengan wanita bercadar hijau yang sudah bangkit berdiri lagi setelah terkena tendangan keras tadi. Beberapa saat lamanya mereka saling berpandangan dengan sorot mata memancarkan sesuatu yang sulit diartikan. Sementara, dari sepasang bola mata yang indah, bisa diduga kalau di balik cadar hijau itu tersembunyi wajah Pandan Wangi.
Tapi Pendekar Rajawali Sakti tak mengerti, kenapa Pandan Wangi jadi liar seperti ini...? Dan Rangga benar-benar tidak tahu perubahan yang terjadi pada kekasihnya ini. Dia juga tidak mengerti, apa sebenarnya yang terjadi di sekitarnya ini. Wanita bercadar hijau itu memang membawa pedang yang tergenggam di tangannya, tapi bukan Pedang Naga Geni milik si Kipas maut. Rangga jadi ragu-ragu juga dengan pandangannya ini.
"Kau memang tangguh, Pendekar Rajawali Sakti. Tapi cobalah senjata mautku ini," desis wanita bercadar hijau itu dingin menggetarkan.
"Heh...?!"
***
Pendekar Rajawali Sakti jadi terbeliak kaget setengah mati, begitu wanita bercadar hijau ini mengeluarkan sebuah kipas baja putih dari balik lipatan bajunya. Dan belum juga hilang rasa keterkejutannya, tiba-tiba saja wanita bercadar hijau yang kini memegang senjata kipas sudah melompat cepat bagai kilat sambil mengebutkan pedangnya, tepat mengatah ke leher pemuda berbaju rompi putih ini.
Wut!
"Ups...!"
Namun kebutan kipas itu berhasil dielakkan Rangga, dengan sedikit egosan kepala. Ujung-ujung kipas yang runcing bagai mata tombak itu hanya lewat sedikit saja di depan tenggorokan Pendekar Rajawali Sakti.
"Hih! Yeaaah...!"
Gagal serangan pertamanya, wanita bercadar hijau itu kembali cepat melakukan serangan. Se-hingga Rangga terpaksa harus berjumpalitan. Serangan kipas putih yang runcing pada setiap ujungnya ini benar-benar berbahaya. Sedikit saja kelengahan, akan berakibat parah pada diri Pendekar Rajawali Sakti. Ujung kipas itu bagaikan memiliki mata saja. Terus mendesak, ke mana arah Pendekar Rajawali Sakti bergerak menghindar.
Dari gerakan-gerakannya, jelas sekali kalau Rangga kelihatan begitu ragu-ragu menghadapi wanita bercadar hijau ini. Namun, matanya terus mengamati setiap gerakan wanita bercadar hijau ini. Dan dia semakin heran, karena semua jurus wanita itu sudah sangat dikenalnya. Dia tahu, jurus-jurus itu sering digunakan Pandan Wangi dalam pertarungannya.
Hhh! Aku yakin, dia pasti Pandan Wangi. Tapi, juga berbahaya kalau aku terus menerus mengelak begini. Serangan-serangannya semakin cepat dan dahsyat. Aku harus segera melumpuhkan sebelum dia sempat menjadi-jadi! Rangga berbicara sendiri dalam hati.
Dan begitu memiliki kesempatan, di saat kipas wanita bercadar hijau itu mengibas ke arah kaki, cepat sekali Rangga melenting ke atas. Lalu bagaikan kilat tubuhnya menukik deras sambil mengebutkan tangan kanannya dengan kecepatan dahsyat.
"Haiiit..!"
Namun, kebutan tangan Rangga yang bermak-sud hendak menotok jalan darah wanita itu, bisa dihindari dengan gerakan manis sekali. Bahkan wanita bercadar hijau itu cepat mengibaskan kipasnya ke tangan Pendekar Rajawali Sakti.
"Ikh...!"
Rangga jadi tersentak setengah mati. Cepat-cepat tangannya ditarik. Dan pada saat bersama an, tubuh Pendekar Rajawali Sakti meliuk setengah ber putar. Lalu bagaikan kilat, tangan kirinya menyodok ke depan. Begitu cepat serangan Pendekar Rajawali Sakti, sehingga wanita bercadar hijau itu tidak sempat lagi m enghindarinya. Dan....
Tuk!
"Ukh...!"
Hanya sedikit saja keluhan kecil yang terdengar. Dan tubuh wanita bercadar hijau itu langsung terkulai, begitu aliran jalan darahnya tertotok jari tangan kiri Pendekar Rajawali Sakti. Kalau saja pemuda itu tidak cepat melompat dan menangkap tubuhnya, pasti wanita ini sudah ambruk ke tanah. Maka tanpa membuang-buang waktu lagi, Pendekar Rajawali Sakti langsung memanggul tubuh yang ramping ini. Kemudian....
"Hup!"
Sambil mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang tingkatannya sudah sempurna sekali, Pendekar Rajawali Sakti langsung saja melesat pergi. Tidak dihiraukan lagi orang-orang berpakaian serba hitam yang masih mengepungnya. Untung saja, kepungan itu sudah tidak begitu rapat seperti tadi. Sehingga mudah sekali Rangga bisa melewatinya. Terlebih lagi, Pendekar Rajawali Sakti melesat mempergunakan ilmu meringankan tubuh yang sempurna. Hingga belum ada seorang pun yang sempat menyadari, Pendekar Rajawali Sakti sudah lenyap tidak terlihat lagi bayangan tubuhnya.
Dan orang-orang yang berpakaian serba hitam itu jadi kelabakan, begitu menyadari lawannya sudah lenyap tanpa diketahui. Dan mereka jadi terkejut, setelah menyadari pemimpinnya juga ikut lenyap bersama pemuda berbaju, rompi putih itu. Mereka hanya saling berpandangan saja, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Sedangkan untuk mengejar, sudah tidak mungkin lagi. Tidak ada seorang pun yang tahu, ke mana arah perginya Pendekar Rajawali Sakti.
"Ayo, cepat kita laporkan pada Putri Cadar Hijau...!" seru salah seorang tiba-tiba.
Tanpa membuang-buang waktu lagi, mereka segera meninggalkan tempat itu dengan langkah cepat. Sebentar saja, tempat itu sudah sunyi tanpa terlihat ada seorang pun di sana.
Cersil Zuber Usman - Damar Wulan Bag III Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Pendekar Rajawali Sakti 105.- Istana Gerbang Neraka Pendekar Rajawali Sakti 106.- Dewa Racun Hitam Pendekar Rajawali Sakti 110.- Sekutu Iblis
belakang, mencoba menghindari sergapan tangan Pendekar Rajawali Sakti pada wajahnya. Dan kali ini, pedangnya yang tergantung di pinggang langsung dicabut, lalu cepat sekali dikebutkan ke depan. Tapi pada saat yang bersamaan, Rangga sudah menarik tangannya kembali. Dan tanpa diduga sama sekali, Pendekar Rajawali Sakti menghentakkan kakinya ke depan, dengan tubuh sedikit miring ke kiri.
'Yeaaah...!"
Tendangan yang begitu cepat dan tidak diduga sama sekali ini, membuat wanita bercadar hijau itu jadi terperanjat setengah mati. Dicobanya untuk meliukkan tubuhnya, menghindari tendangan. Tapi sungguh di luar dugaan sama sekali, manis sekali kaki Pendekar Rajawali Sakti memutar ke atas, dan langsung cepat menghentak ke dada.
Diegkh!
"Akh...!"
Wanita bercadar hijau itu jadi terpekik, begitu telapak kaki Rangga menghantam telak dadanya. Akibatnya, jubahnya terpental ke belakang sejauh dua batang tombak. Walaupun Rangga melepaskan tendangan tanpa disertai pengerahan tenaga dalam, tapi dilepaskannya sangat keras. Sampai-sampai lawan terpental sejauh dua batang tombak.
"Hap!"
Baru saja Rangga menyilangkan kedua tangan di depan dada, mendadak saja telinganya yang tajam mendengar suara mendesir halus dari arah belakang. Cepat tubuhnya merunduk ke depan, dan kaki kanannya langsung menghentak ke belakang dengan kecepatan dahsyat. Saat itu juga....
Buk!
"Akh...!"
Terdengar pekikan agak tertahan dari belakang Pendekar Rajawali Sakti. Tampak seorang berpakaian hitam terpental balik ke belakang dengan tangan kiri memegangi dada yang seperti remuk, begitu terkena tendangan Pendekar Rajawali Sakti tadi. Sementara itu, Rangga sudah memutar tubuhnya ke kiri. Dan saat itu, tiga orang berpakaian serba hitam sudah berlompatan menyerang secara bersamaan.
"Hap! Hiyaaa...!"
Tanpa membuang-buang waktu lagi, Rangga segera saja melenting ke udara. Sementara, kedua tangannya langsung terentang lebar ke samping. Lalu dengan gerakan cepat dan indah sekali, kedua tangannya digerakkan, diimbangi gerakan tubuh yang manis sekali. Begitu cepat gerakannya dalam penggunaan jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega'. Akibatnya, tiga orang lawan tidak dapat lagi mengetahui arah gerakan tangan Pendekar Rajawali Sakti. Maka kibasan tangan itu langsung mendarat keras sekali di tubuh mereka.
Jeritan-jeritan kesakitan pun seketika terdengar saling sambut, disusul terpentalnya tiga orang berpakaian serba hitam itu. Sementara, Rangga sudah kembali berdiri tegak dengan kedua kakinya yang kokoh, berhadapan dengan wanita bercadar hijau yang sudah bangkit berdiri lagi setelah terkena tendangan keras tadi. Beberapa saat lamanya mereka saling berpandangan dengan sorot mata memancarkan sesuatu yang sulit diartikan. Sementara, dari sepasang bola mata yang indah, bisa diduga kalau di balik cadar hijau itu tersembunyi wajah Pandan Wangi.
Tapi Pendekar Rajawali Sakti tak mengerti, kenapa Pandan Wangi jadi liar seperti ini...? Dan Rangga benar-benar tidak tahu perubahan yang terjadi pada kekasihnya ini. Dia juga tidak mengerti, apa sebenarnya yang terjadi di sekitarnya ini. Wanita bercadar hijau itu memang membawa pedang yang tergenggam di tangannya, tapi bukan Pedang Naga Geni milik si Kipas maut. Rangga jadi ragu-ragu juga dengan pandangannya ini.
"Kau memang tangguh, Pendekar Rajawali Sakti. Tapi cobalah senjata mautku ini," desis wanita bercadar hijau itu dingin menggetarkan.
"Heh...?!"
***
Pendekar Rajawali Sakti jadi terbeliak kaget setengah mati, begitu wanita bercadar hijau ini mengeluarkan sebuah kipas baja putih dari balik lipatan bajunya. Dan belum juga hilang rasa keterkejutannya, tiba-tiba saja wanita bercadar hijau yang kini memegang senjata kipas sudah melompat cepat bagai kilat sambil mengebutkan pedangnya, tepat mengatah ke leher pemuda berbaju rompi putih ini.
Wut!
"Ups...!"
Namun kebutan kipas itu berhasil dielakkan Rangga, dengan sedikit egosan kepala. Ujung-ujung kipas yang runcing bagai mata tombak itu hanya lewat sedikit saja di depan tenggorokan Pendekar Rajawali Sakti.
"Hih! Yeaaah...!"
Gagal serangan pertamanya, wanita bercadar hijau itu kembali cepat melakukan serangan. Se-hingga Rangga terpaksa harus berjumpalitan. Serangan kipas putih yang runcing pada setiap ujungnya ini benar-benar berbahaya. Sedikit saja kelengahan, akan berakibat parah pada diri Pendekar Rajawali Sakti. Ujung kipas itu bagaikan memiliki mata saja. Terus mendesak, ke mana arah Pendekar Rajawali Sakti bergerak menghindar.
Dari gerakan-gerakannya, jelas sekali kalau Rangga kelihatan begitu ragu-ragu menghadapi wanita bercadar hijau ini. Namun, matanya terus mengamati setiap gerakan wanita bercadar hijau ini. Dan dia semakin heran, karena semua jurus wanita itu sudah sangat dikenalnya. Dia tahu, jurus-jurus itu sering digunakan Pandan Wangi dalam pertarungannya.
Hhh! Aku yakin, dia pasti Pandan Wangi. Tapi, juga berbahaya kalau aku terus menerus mengelak begini. Serangan-serangannya semakin cepat dan dahsyat. Aku harus segera melumpuhkan sebelum dia sempat menjadi-jadi! Rangga berbicara sendiri dalam hati.
Dan begitu memiliki kesempatan, di saat kipas wanita bercadar hijau itu mengibas ke arah kaki, cepat sekali Rangga melenting ke atas. Lalu bagaikan kilat tubuhnya menukik deras sambil mengebutkan tangan kanannya dengan kecepatan dahsyat.
"Haiiit..!"
Namun, kebutan tangan Rangga yang bermak-sud hendak menotok jalan darah wanita itu, bisa dihindari dengan gerakan manis sekali. Bahkan wanita bercadar hijau itu cepat mengibaskan kipasnya ke tangan Pendekar Rajawali Sakti.
"Ikh...!"
Rangga jadi tersentak setengah mati. Cepat-cepat tangannya ditarik. Dan pada saat bersama an, tubuh Pendekar Rajawali Sakti meliuk setengah ber putar. Lalu bagaikan kilat, tangan kirinya menyodok ke depan. Begitu cepat serangan Pendekar Rajawali Sakti, sehingga wanita bercadar hijau itu tidak sempat lagi m enghindarinya. Dan....
Tuk!
"Ukh...!"
Hanya sedikit saja keluhan kecil yang terdengar. Dan tubuh wanita bercadar hijau itu langsung terkulai, begitu aliran jalan darahnya tertotok jari tangan kiri Pendekar Rajawali Sakti. Kalau saja pemuda itu tidak cepat melompat dan menangkap tubuhnya, pasti wanita ini sudah ambruk ke tanah. Maka tanpa membuang-buang waktu lagi, Pendekar Rajawali Sakti langsung memanggul tubuh yang ramping ini. Kemudian....
"Hup!"
Sambil mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang tingkatannya sudah sempurna sekali, Pendekar Rajawali Sakti langsung saja melesat pergi. Tidak dihiraukan lagi orang-orang berpakaian serba hitam yang masih mengepungnya. Untung saja, kepungan itu sudah tidak begitu rapat seperti tadi. Sehingga mudah sekali Rangga bisa melewatinya. Terlebih lagi, Pendekar Rajawali Sakti melesat mempergunakan ilmu meringankan tubuh yang sempurna. Hingga belum ada seorang pun yang sempat menyadari, Pendekar Rajawali Sakti sudah lenyap tidak terlihat lagi bayangan tubuhnya.
Dan orang-orang yang berpakaian serba hitam itu jadi kelabakan, begitu menyadari lawannya sudah lenyap tanpa diketahui. Dan mereka jadi terkejut, setelah menyadari pemimpinnya juga ikut lenyap bersama pemuda berbaju, rompi putih itu. Mereka hanya saling berpandangan saja, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Sedangkan untuk mengejar, sudah tidak mungkin lagi. Tidak ada seorang pun yang tahu, ke mana arah perginya Pendekar Rajawali Sakti.
"Ayo, cepat kita laporkan pada Putri Cadar Hijau...!" seru salah seorang tiba-tiba.
Tanpa membuang-buang waktu lagi, mereka segera meninggalkan tempat itu dengan langkah cepat. Sebentar saja, tempat itu sudah sunyi tanpa terlihat ada seorang pun di sana.