Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Gerhana Darah Biru - 15

$
0
0
Cerita Silat | Gerhana Darah Biru | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Gerhana Darah Biru | Cersil Sakti | Gerhana Darah Biru pdf

Cersil jepang - Shogun 1 Pendekar Rajawali Sakti - 111. Teror Si Raja Api Pendekar Rajawali Sakti - 108. Harga Sebuah Kepala Pendekar Rajawali Sakti - 112. Dendam Datuk Geni Pendekar Rajawali Sakti - 113. Pembalasan Iblis Sesat

8
   
  Entah sudah berapa jurus pertarungan itu berlangsung. Tak heran kalau halaman samping istana ini sudah tidak terlihat lagi bentuknya. Pepohonan bertumbangan, rerumputan terbongkar, dan tembok-tembok batu sudah banyak yang jebol terkena sambaran pukulan serta sabetan pedang yang tidak mengenai sasaran.
  Walaupun pertarungan itu berlangsung sengit dan menimbulkan keributan, tapi anehnya tidak ada seorang prajurit pun atau penghuni istana ini yang datang menghampiri. Bahkan tidak terlihat seorang pun di sekitar halaman samping istana ini. Semua keanehan ini sempat juga menjadi perhatian Rangga, tapi tidak bisa terus memikirkannya. Perhatiannya harus terpusat penuh pada pertarungannya melawan Wiranti yang semakin berbahaya saja serangan-serangannya. Bahkan kini setiap kebutan pedangnya sudah menyebarkan hawa panas yang begitu menyengat luar biasa. Sehingga membuat udara di sekitar pertarungan semakin menipis.
  "Mampus kau! Hiyaaat...!"
  Sambil berteriak keras menggelegar, mendadak saja Wiranti melesat tinggi ke atas sambil mengebutkan pedangnya yang diarahkan ke kepala Pendekar Rajawali Sakti.
  "Haiiit...!"
  Tapi hanya sedikit saja mengegoskan kepala, tebasan pedang gadis itu hanya lewat di depan hi-dung Pendekar Rajawali Sakti. Dan saat itu juga, sambil menarik kakinya selangkah ke belakang, Rangga melepaskan satu pukulan menggeledek dari jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' tingkat terakhir. Tapi tanpa diduga sama sekali, Wiranti justru menerima pukulan itu dengan hentakan tangan kirinya. Dan....
  Plak!
  Glarrr...!
  "Ikh...!"
  Rangga jadi tersentak kaget setengah mati. Tangan kanannya kontan terasa jadi bergetar, saat beradu dengan kepalan tangan kiri Wiranti tadi. Sungguh tidak disangka kalau tenaga yang dimiliki Wiranti jadi bertambah besar dengan Pedang Naga Geni berada dalam genggaman tangannya. Begitu besarnya, sampai-sampai bisa menahan gempuran dari jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' tingkat terakhir. Bahkan mampu membuat Pendekar Rajawali Sakti terdorong beberapa langkah ke belakang.
  "Ha ha ha...! Keluarkan semua kemampuan-mu, Pendekar Rajawali Sakti! Hiyaaat...!"
  Wiranti sama sekali tidak memberi kesempatan pada lawannya ini untuk berpikir lebih banyak lagi. Tapi, waktu yang sangat sedikit itu sudah bisa membuat Rangga mengambil keputusan. Dan begitu Wiranti kembali menyerang dengan kebutan pedang yang dahsyat ini, cepat sekali Rangga melompat ke belakang. Dan langsung pedang pusakanya yang berada di punggung dicabut.
  Sret!
  Cring!
  Begitu keluar dari warangka, pedang pusaka Pendekar Rajawali Sakti langsung memancarkan cahaya biru yang menyilaukan. Sehingga, malam yang sudah terang oleh cahaya obor, semakin te-rang saja oleh cahaya biru dari pedang Pe ndekar Rajawali Sakti.
  Wuuut!
  Cepat sekali Rangga mengebutkan pedangnya ke depan, menangkis tebasan Pedang Naga Geni di tangan Wiranti. Begitu cepat kebutannya, sehingga hanya cahaya biru saja yang terlihat berkelebat menyambar Pedang Naga Geni yang memancarkan cahaya merah menyala bagai berselubung api itu. Dan....
  Tring!
  "Aikh...!"
  Wiranti jadi terpekik kaget, begitu pedang di tangannya berbenturan dengan kilatan cahaya biru yang menyambar begitu cepat di depan. Cepat-cepat dia melompat ke belakang beberapa langkah, lalu manis sekali kaldnya kembali menjejak tanah. Saat itu juga, kedua bola matanya jadi terbeliak lebar, melihat Rangga berdiri tegak dengan sebuah pedang bercahaya biru terang terlintang di depan dada.
  Dengan Pedang Pusaka Rajawali Sakti berada dalam genggaman tangannya, Pendekar Rajawali Sakti terlihat bagai sesosok malaikat maut pencabut nyawa. Cahaya biru yang memancar dari pedang itu membuat wajah Rangga terlihat begitu berwibawa. Bahkan menjadikan seluruh tubuh Pendekar Rajawali Sakti bagai terselubung cahaya yang menyilaukan mata ini.
  "Phuih!"
  Sambil menyemburkan ludah, Wiranti melang-kah beberapa tindak mendekati lawannya. Pedangnya segera disilangkan di depan dada. Dan kini, mereka berdiri saling berhadapan dengan jarak sekitar tiga langkah lagi. Mereka berdiri tegak sambil saling menatap tajam, seakan-akan tengah mengukur tingkat kepandaian satu sama lain.
  Bersamaan mereka saling menggerakkan pedang ke samping, sama-sama membuka diri dengan lebar. Dan secara bersamaan pula, mereka cepat mengebutkan pedang masing-masing ke depan. Gerakan mereka begitu cepat, dan mengandung pengerahan tenaga dalam tinggi. Sehingga saat kedua pedang itu beradu, langsung mengeluarkan pijaran bunga api yang memercik ke segala arah, disertai ledakan dahsyat bagai guntur membelah angkasa.
  Dan mereka sama-sama terpental ke belakang sejauh beberapa langkah, tapi masing-masing bisa cepat menguasai diri. Dan manis sekali mereka menjejakkan kaki di tanah. Kalau saja pedang yang berada di tangan Wiranti bukan Pedang Naga Geni, pasti sudah buntung terbabat Pedang Rajawali Sakti. Memang, Pedang Naga Geni hampir setara dengan Pedang Rajawali Sakti.
  "Hiyaaat...!"
  'Yeaaah...!"
  Kini mereka kembali berlompatan saling menyerang. Pedang mereka berkelebatan cepat sekali, saling menyambar dan menangkis. beberapa kali ter dengar ledakan yang begitu dahsyat, menggelegar bag ai hendak menghancurkan seluruh alam ini.
  Saat itu, Rangga mengerahkan jurus 'Pedang Pemecah Sukma' yang jarang digunakan kalau ti-dak terpaksa. Memang, biasanya jurus itu bam digunakan kalau menghadapi lawan tangguh seperti Wiranti yang menggunakan Pedang Naga Geni.
  Pertarungan itu berjalan cepat dan sengit sekali. Begitu cepatnya, hingga tubuh mereka jadi lenyap. Hanya bayangan-bayangan saja yang terlihat berkelebatan saling menyambar disertai kilatan cahaya merah dan biru. Dan sesekali terlihat kilatan cahaya api yang disertai ledakan dahsyat menggelegar menggetarkan bumi.
  Namun tiba-tiba saja pertarungan itu terhenti, dan mereka sama-sama berlompatan mundur ke belakang beberapa langkah. Kini, mereka kembali berdiri tegak saling berhadapan dengan pandangan mata begitu tajam menusuk. Beberapa saat mereka bersikap demikian, sambil mempersiapkan jurus yang akan digunakan selanjutnya.
  Sementara di dalam hati, Rangga benar-benar mengakui ketangguhan Wiranti. Dengan Pedang Naga Geni berada di dalam genggaman, kekuatan gadis itu jadi berlipat ganda. Dan kecepatannya juga sungguh luar biasa. Sulit bagi Rangga untuk menyu-dahi pertarungan ini secepatnya. Dan memang disadari, tidak mudah menghadapi lawan yang memegang Pedang Naga Geni. Karena pedang itu seperti memiliki nyawa saja, sehingga bisa bergerak sendiri tanpa harus digerakkan oleh pemegangnya.
   
  ***
   
  Hm.... Kalau begini terus terpaksa harus kugunakan aji 'Cakra Buana Sukma'. Dia tidak akan bisa dilumpuhkan begitu saja. Rasanya hanya aji inilah yang bisa melumpuhkan kekuatan Pedang Naga Geni! Gumam Rangga dalam hati.
  Pendekar Rajawali Sakti segera saja bersiap mengerahkan aji 'Cakra Buana Sukma'. Dan pe-dangnya sudah dilintangkan di depan dada. Lalu perlahan telapak tangan kirinya mulai menggosok mata pedang itu, tepat di saat kedua kakinya ter-pentang lebar ke samping dengan lutut agak ter-tekuk sedikit.
  Saat itu juga, cahaya biru yang memancar dari pedang itu jadi menggumpal. Dan begitu Rangga menegakkan pedangnya, cahaya biru itu sudah menggumpal pada ujung pedang ini, membentuk sebuah bulatan sebesar kepala Sementara, Wiranti juga menegakkan pedangnya hingga sejajar dengan tubuhnya sendiri. Rangga tahu, pasti bukan Wiranti yang menegakkan pedang itu, melainkan Pedang Naga Geni sendiri yang bergerak tegak mengikuti sikap yang diambil Rangga pada Pedang Rajawali Sakti.
  "Ayo! Serang aku, Wiranti...!" desis Rangga dingin menggetarkan.
  "Phuih...!"
  Wiranti menyemburkan ludahnya dengan se-ngit. Dan tiba-tiba saja, pedangnya dihentakkan ke depan sambil berteriak keras melengking tinggi.
  "Hiyaaat..!"
  Wut!
  Slap!
  Seketika itu juga, dari ujung pedang yang sudah memancarkan cahaya merah, melesat cahaya yang juga berwarna merah bagaikan lidah api dengan kecepatan bagai kilat. Dan pada saat yang bersamaan, Rangga juga menghentakkan pedangnya ke depan sambil berteriak keras menggelegar.
  "Aji 'Cakra Buana Sukma'! Yeaaah...!"
  Wusss...!
  Dari ujung Pedang Rajawali Sakti juga meluruk deras gumpalan cahaya biru. Dan tepat di tengah-tengah, kedua cahaya itu beradu.
  Glarrr!
  Seketika terdengar ledakan begitu dahsyat menggelegar, membuat tanah yang mereka pijak jadi bergetar bagai diguncang gempa.
  "Akh...!"
  Terdengar Wiranti terpekik, dan terdorong ke belakang beberapa langkah. Cepat-cepat wanita itu menghentakkan pedangnya ke atas. Namun, justru hentakannya itu membuat kerugian yang begitu besar pada dirinya sendiri. Ternyata, cahaya biru yang memancar dari Pedang Rajawali Sakti, terus meluruk deras ke arah wanita ini. Dan....
  "Akh...!"
  Kembali Wiranti terpekik, begitu cahaya biru yang memancar dari Pedang Rajawali Sakti meng-hantam tubuhnya. Dan seketika itu juga, seluruh tubuh wanita itu terselubung cahaya biru yang memancar menggumpal tebal dari ujung pedang di tangan Pendekar Rajawali Sakti.
  "Hih...!"
  Rangga segera menghentakkan tangan kirinya ke depan. Dan saat itu juga, dari tangan kirinya memancar cahaya biru yang sama dengan cahaya biru yang keluar dari pedangnya. Dan begitu cahaya biru yang memancar dari telapak tangan kiri itu menyatu menyelubungi tubuh Wiranti, Rangga langsung menghentakkan pedangnya ke atas. Dan saat itu juga, Pendekar Rajawali Sakti melompat ke depan sambil mengibaskan pedangnya dengan kecepatan bagai kilat.
  "Hiyaaat....!"
  Wut!
  Crasss!
  Begitu cepat sentakan yang dilakukan Pendekar Rajawali Sakti pada pedangnya, sehingga Wiranti yang tengah menggeliat berusaha melepaskan diri dari selubung cahaya biru itu tidak dapat lagi menghindarinya. Akibatnya, mata pedang di tangan Rangga tepat sekali membabat lehernya.
  "Aaa...!"
  Wiranti kontan menjerit melengking tinggi begitu merasakan pedang yang tajam itu membabat batang lehernya. Dan pada saat yang bersamaan, Rangga sudah melompat kembali ke belakang. Tangan kirinya juga segera berkelebat cepat, menyambar

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>