Cerita Silat | Gerhana Darah Biru | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Gerhana Darah Biru | Cersil Sakti | Gerhana Darah Biru pdf
Cersil Zuber Usman - Damar Wulan Bag III Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Pendekar Rajawali Sakti 105.- Istana Gerbang Neraka Pendekar Rajawali Sakti 106.- Dewa Racun Hitam Pendekar Rajawali Sakti 110.- Sekutu Iblis
Pedang Naga Geni yang berada dalam genggaman tangan kanan lawannya. Sementara, cahaya biru yang menyelubungi tubuh gadis itu lenyap, bersamaan dengan tertariknya aji 'Cakra Buana Sukma'.
Wiranti tampak masih terlihat berdiri mematung dengan goresan tipis terlihat melingkari lehernya. Tapi tidak lama kemudian, tubuhnya jadi limbung, kemudian ambruk ke tanah tanpa bersuara lagi. Dan kepalanya seketika terpisah dari leher, menggelinding menjauhi tubuhnya. Darah langsung muncrat keluar dari leher yang buntung tidak berkepala lagi.
"Hhh...!"
Rangga menghembuskan napas berat. Kakinya segera melangkah menghampiri tubuh Wiranti yang terbujur tidak bernyawa lagi. Dari pinggang wanita ini, diambilnya sarung Pedang Naga Geni. Kemudian pedang itu dimasukkan ke dalamnya.
"Hm...," sedikit Rangga menggumam.
Pendekar Rajawali Sakti memutar tubuhnya berbalik, begitu mendengar suara-suara langkah kaki dari arah belakang. Keningnya jadi berkerut begitu melihat Pandan Wangi bersama Ratih Kumala Dewi dan puluhan prajurit datang menghampiri. Tampak di sebelah Ratih Kumala Dewi berjalan seorang laki-laki setengah baya yang tidak lain Prabu Garajaga.
“Kakang! Aku tidak bisa meringkus Kelabang Geni dan anak buahnya. Dia kabur waktu kupergoki hendak membawa Prabu Garajaga ke hutan," jelas Pandan Wangi, langsung saja.
"Ya, sudahlah. Yang penting, sekarang ini sudah aman," sambut Rangga seraya tersenyum.
Pendekar Rajawali Sakti mengedarkan pan-dangan ke sekeliling, kemudian menatap Prabu Garajaga yang tampak lusuh, setelah beberapa hari terkurung di dalam kamar tahanan.
"Gusti Prabu, di mana Paman Patungga?" tanya Rangga.
"Mereka memenggal kepalanya di depanku," sahut Prabu Garajaga pelan.
"Hhh…!"
Rangga hanya bisa menarik napas saja panjang-panjang. Memang begitu banyak pengorbanan yang terjadi di istana ini, hanya akibat dari keserakahan seseorang. Tapi, semuanya sudah berakhir, walaupun salah seorang dari mereka bisa melarikan diri. Sementara, Prabu Garajaga meminta kedua pendekar muda ini untuk bermalam beberapa hari di istananya. Tapi, Rangga dan Pandan Wangi menolak halus. Dan mereka hanya menunggu saat sampai fajar menyingsing.
SELESAI
Cersil Zuber Usman - Damar Wulan Bag III Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Pendekar Rajawali Sakti 105.- Istana Gerbang Neraka Pendekar Rajawali Sakti 106.- Dewa Racun Hitam Pendekar Rajawali Sakti 110.- Sekutu Iblis
Pedang Naga Geni yang berada dalam genggaman tangan kanan lawannya. Sementara, cahaya biru yang menyelubungi tubuh gadis itu lenyap, bersamaan dengan tertariknya aji 'Cakra Buana Sukma'.
Wiranti tampak masih terlihat berdiri mematung dengan goresan tipis terlihat melingkari lehernya. Tapi tidak lama kemudian, tubuhnya jadi limbung, kemudian ambruk ke tanah tanpa bersuara lagi. Dan kepalanya seketika terpisah dari leher, menggelinding menjauhi tubuhnya. Darah langsung muncrat keluar dari leher yang buntung tidak berkepala lagi.
"Hhh...!"
Rangga menghembuskan napas berat. Kakinya segera melangkah menghampiri tubuh Wiranti yang terbujur tidak bernyawa lagi. Dari pinggang wanita ini, diambilnya sarung Pedang Naga Geni. Kemudian pedang itu dimasukkan ke dalamnya.
"Hm...," sedikit Rangga menggumam.
Pendekar Rajawali Sakti memutar tubuhnya berbalik, begitu mendengar suara-suara langkah kaki dari arah belakang. Keningnya jadi berkerut begitu melihat Pandan Wangi bersama Ratih Kumala Dewi dan puluhan prajurit datang menghampiri. Tampak di sebelah Ratih Kumala Dewi berjalan seorang laki-laki setengah baya yang tidak lain Prabu Garajaga.
“Kakang! Aku tidak bisa meringkus Kelabang Geni dan anak buahnya. Dia kabur waktu kupergoki hendak membawa Prabu Garajaga ke hutan," jelas Pandan Wangi, langsung saja.
"Ya, sudahlah. Yang penting, sekarang ini sudah aman," sambut Rangga seraya tersenyum.
Pendekar Rajawali Sakti mengedarkan pan-dangan ke sekeliling, kemudian menatap Prabu Garajaga yang tampak lusuh, setelah beberapa hari terkurung di dalam kamar tahanan.
"Gusti Prabu, di mana Paman Patungga?" tanya Rangga.
"Mereka memenggal kepalanya di depanku," sahut Prabu Garajaga pelan.
"Hhh…!"
Rangga hanya bisa menarik napas saja panjang-panjang. Memang begitu banyak pengorbanan yang terjadi di istana ini, hanya akibat dari keserakahan seseorang. Tapi, semuanya sudah berakhir, walaupun salah seorang dari mereka bisa melarikan diri. Sementara, Prabu Garajaga meminta kedua pendekar muda ini untuk bermalam beberapa hari di istananya. Tapi, Rangga dan Pandan Wangi menolak halus. Dan mereka hanya menunggu saat sampai fajar menyingsing.
SELESAI