Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Memburu Pengkhianat - 10

$
0
0
Cerita Silat | Memburu Pengkhianat | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Memburu Pengkhianat | Cersil Sakti | Memburu Pengkhianat pdf

Pendekar Rajawali Sakti - 111. Teror Si Raja Api Pendekar Rajawali Sakti - 108. Harga Sebuah Kepala Pendekar Rajawali Sakti - 112. Dendam Datuk Geni Pendekar Rajawali Sakti - 113. Pembalasan Iblis Sesat Pendekar Rajawali Sakti - 114. Gerhana Darah Biru

ng pendekar muda berbaju rompi putih itu lenyap ditelan lebatnya pepohonan di puncak bukit ini.
  Beberapa saat Panglima Lanang masih berdiri memandangi ke arah mana Rangga tadi pergi meninggalkannya, walaupun kini sudah tidak terlihat lagi bayangannya. Dan di saat matahari benar-benar tenggelam di balik peraduannya, Panglima Lanang baru melangkah meninggalkan puncak bukit ini. Angin pun sudah mulai terasa berhembus, menyebarkan udara dingin bersama butir-butir embun. Panglima Lanang terus berjalan perlahan-lahan, menuruni lereng bukit yang tidak begitu lebat ditumbuhi pepohonan ini.
   
  ***
   
  Sementara di tempat yang lebih tinggi dari bukit itu, Rangga berdiri tegak memandangi Panglima Lanang yang semakin jauh menuruni lereng bukit ini. Jelas sekali kalau arah yang dituju Panglima Lanang adalah Istana Pakuan. Dan Rangga sendiri seperti menanti sesuatu di bukit ini. Pendekar Rajawali Sakti belum juga beranjak pergi, walaupun sekelilingnya sudah diselimuti kegelapan. Suara gerit seranggga malam pun sudah sejak tadi terdengar menabuh gendang telinganya.
  "Secepatnya aku harus bisa menemukan, di mana Nyai Wisanggeni dan muridnya bersembunyi. Jangan sampai mereka mengacaukan Pakuan ini lagi," gumam Rangga dalam hati.
  Sebentar Rangga mengedarkan pandangan ke sekeliling. Sepanjang mata memandang, hanya pepohonan saja yang tampak menghitam dijilati cahaya rembulan. Jauh di sebelah selatan bukit ini, terlihat kerlip cahaya lampu dari rumah-rumah di Kotaraja Pakuan, bagai kunang-kunang di sawah. Begitu indah kota itu dipandang dari atas bukit pada malam hari seperti ini. Namun semua itu sama sekali tak dinikmati Pendekar Rajawali Sakti.
  "Luas sekali wilayah Pakuan ini. Rasanya, tidak mungkin aku harus menjelajahinya hanya untuk mencari Nyai Wisanggeni. Terpaksa..., aku harus meminta bantuan Rajawali Putih. Mudah-mudahan saja, Rajawali Putih sudah bisa meninggalkan Pandan Wangi barang sejenak," gumam Rangga lagi, dalam hati.
  Perlahan kepala Pendekar Rajawali Sakti menengadah ke atas. Hanya kegelapan dan kerlip bintang saja yang terlihat di langit. Beberapa saat Rangga berdiri tegak seperti patung. Tapi tidak lama kemudian, mulai terlihat napasnya ditarik dalam dalam. Sehingga dadanya yang bidang, jadi membusung. Kemudian...
  "Suiiit...!"
  Malam yang semula begitu hening, seketika jadi pecah oleh siulan Rangga yang begitu keras membelah angkasa.
  Sementara, Rangga sendiri masih tetap berdiri tegak dengan pandangan tertuju lurus ke langit yang kelam bercahayakan kerlip bintang berwarna keperakan.
  "Hm…, lama sekali. Apa yang dilakukan Rajawali...? Rasanya tidak terlalu jauh dari sini ke Lembah Bangkai," gumam Rangga perlahan.
  Memang Rangga merasakan kedatangan Rajawali Putih begitu lama tidak seperti biasanya. Dan dia tahu, jarak antara bukit ini dengan Lembah Bangkai yang menjadi tempat tanggal burung rajawali raksasa itu tidak terlalu jauh. Dan seharusnya, hanya sekali panggilan saja Rajawali Putih sudah sampai. Tapi sampai begitu lama menunggu, Rajawali Putih belum juga menampakkan diri.
  "Sebaiknya aku coba panggil sekali lagi," gumam Rangga lagi dalam hati.
  Kembali Pendekar Rajawali Sakti bersiap-siap memanggil Rajawali Putih. Kepalanya sudah ter-dongak ke atas, dan dadanya sudah membusung. Lalu tidak lama kemudian..
  "Suiiit..!"
  Kembali Rangga menunggu. Tapi kali ini dia jadi heran. Panggilannya sama sekali tidak mem-bawa hasil. Sedikit pun tidak ada tanda-tanda kalau Rajawali Putih bakal muncul. Dan ini tentu saja membuat Rangga jadi heran, bertanya-tanya sendiri dalam hati. Belum pernah hal seperti ini dialaminya. Rajawali Putih pasti datang, kalau mendengar panggilannya. Tapi kali ini?
  "Baiklah. Aku coba sekali lagi," ujar Rangga pelan.
  Rangga kembali bersiap hendak memanggil Rajawali Putih. Dan kali ini siulannya lebih panjang daripada sebelumnya. Beberapa saat Pendekar Rajawali Sakti terdiam dengan kepala terdongak ke atas, memandang langit. Dan tidak lama kemudian. ..
  "Suiiit...!"
  Namun baru saja suara siulan yang dialunkan Rangga terdengar, tiba-tiba saja...
  "Heh...?!"

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>