Cerita Silat | Misteri Dewi Maut | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Misteri Dewi Maut | Cersil Sakti | Misteri Dewi Maut pdf
Pendekar Rajawali Sakti - 131. Serigala Bukit Maut Cersil mwb Pedang Wucisan rahasia benteng kuno Cersil mwb Sepasang Golok Mustika Cersil mwb Pedang Abadi
ra, Nyai Utami. Biar kuberesi dia!" teriak Jumanta sambil menyerang lawan.
"Bagus! Kalian majulah semuanya. Segala kutu sayur jangan banyak tingkah di hadapanku!" tukas Ayu Purbani, sambil berjumpalitan ke belakang menghindari serangan Abogei dan Ragorda.
Walaupun dikeroyok tiga, tetapi gadis itu masih dapat mengimbangi dengan permainan kedua pedang pendeknya yang luar biasa. Yang satu untuk melindungi sedangkan yang satunya lagi sebagai penyerang. Sehingga kedua senjata itu seolah-olah dimainkan dua orang.
"Perempuan sombong! Terimalah ini!" teriak Jumanta sambil melancarkan serangan jarak jauhnya.
Serangan itu dibarengi Abogei dan Ragorda yang melancarkan pukulan berapi. Namun dengan berani, Ayu Purbani menyambuti. Sedangkan se rangan Abogei dan Ragorda disambut dengan putaran pedangnya yang cepat bagaikan kilat.
Dugkh!
"Aaa!"
Jumanta berteriak tertahan, dengan tubuh mundur ke belakang. Tangannya terasa kesemutan. Sedangkan Abogei dan Ragorda menarik kembali serangannya. Karena bila tidak, tentu tangan mereka berdua akan terbabat.
Semakin lama, pertarungan semakin seru. Mereka saling serang dan saling libat, untuk mencari kelemahan. Tetapi sampai sejauh itu semuanya masih tampak berimbang. Di sini jelas, kepandaian Ayu Purbani masih lebih unggul.
"Bangsat! Perempuan iblis mampuslah kau!" seru Nyai Utami sambil maju kembali dengan ilmu pedangnya yang dahsyat.
Mereka semua merasa heran, mengapa perempuan muda seusia Ayu Purbani dapat mengetahui nama mereka masing-masing. Padahal, mereka belakangan tidak pernah muncul dalam dunia persilatan.
"Heyaaat!"
Trang!
"Shap!"
Serangan mereka bertiga yang bertubi-tubi ma sih dapat ditangkis dan ditahan Ayu Purbani. Bahkan serangan balasan yang bagaikan gelombang lautan, datang tak ada henti- hentinya. Ilmu meringankan tubuhnya yang nyaris sempurna, membuat gerakan Ayu Purbani jadi cepat luar biasa. Apalagi tubuhnya seakan-akan berubah jadi banyak.
***
Pendekar Rajawali Sakti - 131. Serigala Bukit Maut Cersil mwb Pedang Wucisan rahasia benteng kuno Cersil mwb Sepasang Golok Mustika Cersil mwb Pedang Abadi
ra, Nyai Utami. Biar kuberesi dia!" teriak Jumanta sambil menyerang lawan.
"Bagus! Kalian majulah semuanya. Segala kutu sayur jangan banyak tingkah di hadapanku!" tukas Ayu Purbani, sambil berjumpalitan ke belakang menghindari serangan Abogei dan Ragorda.
Walaupun dikeroyok tiga, tetapi gadis itu masih dapat mengimbangi dengan permainan kedua pedang pendeknya yang luar biasa. Yang satu untuk melindungi sedangkan yang satunya lagi sebagai penyerang. Sehingga kedua senjata itu seolah-olah dimainkan dua orang.
"Perempuan sombong! Terimalah ini!" teriak Jumanta sambil melancarkan serangan jarak jauhnya.
Serangan itu dibarengi Abogei dan Ragorda yang melancarkan pukulan berapi. Namun dengan berani, Ayu Purbani menyambuti. Sedangkan se rangan Abogei dan Ragorda disambut dengan putaran pedangnya yang cepat bagaikan kilat.
Dugkh!
"Aaa!"
Jumanta berteriak tertahan, dengan tubuh mundur ke belakang. Tangannya terasa kesemutan. Sedangkan Abogei dan Ragorda menarik kembali serangannya. Karena bila tidak, tentu tangan mereka berdua akan terbabat.
Semakin lama, pertarungan semakin seru. Mereka saling serang dan saling libat, untuk mencari kelemahan. Tetapi sampai sejauh itu semuanya masih tampak berimbang. Di sini jelas, kepandaian Ayu Purbani masih lebih unggul.
"Bangsat! Perempuan iblis mampuslah kau!" seru Nyai Utami sambil maju kembali dengan ilmu pedangnya yang dahsyat.
Mereka semua merasa heran, mengapa perempuan muda seusia Ayu Purbani dapat mengetahui nama mereka masing-masing. Padahal, mereka belakangan tidak pernah muncul dalam dunia persilatan.
"Heyaaat!"
Trang!
"Shap!"
Serangan mereka bertiga yang bertubi-tubi ma sih dapat ditangkis dan ditahan Ayu Purbani. Bahkan serangan balasan yang bagaikan gelombang lautan, datang tak ada henti- hentinya. Ilmu meringankan tubuhnya yang nyaris sempurna, membuat gerakan Ayu Purbani jadi cepat luar biasa. Apalagi tubuhnya seakan-akan berubah jadi banyak.
***