Cerita Silat | Misteri Dewi Maut | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Misteri Dewi Maut | Cersil Sakti | Misteri Dewi Maut pdf
Pendekar Rajawali Sakti - 132. Misteri Rimba Keramat Cersil mwb Hati Budha Tangan Berbisa Pendekar Rajawali Sakti - 134. Pemberontakan Di Kertaloka Cersil mwb Rahasia Ciok Kwan Im Pendekar Rajawali Sakti - 135. Peri Peminum Darah
8
Walau sadar kalau Ayu Purbani berkepandaian tinggi, mereka berempat terus menggempur dengan serangan-serangan dahsyat. Untuk sementara me reka masih dapat bertahan dari serangan Ayu Pur bani.
"Ciaaat!"
"Aiiit! "
Dugkh! Trang!
Kembali beberapa bentrokan terjadi. Mereka sama-sama berlompatan mundur untuk mengatur serangan kembali.
"Nyawamu kini tak akan kulepaskan lagi, Perempuan Jahanam! Sebentar lagi kau akan menyusul kedua pembantumu itu ke neraka!" seru Nyai Utami dan Abogei hampir bersamaan.
"Apa katamu...? Kalian telah membunuh mereka?! Sekarang, jangan harap kalian dapat hidup lebih lama lagi!" bentak Ayu Purbani sambil melancarkan serangan dahsyat dengan pedang dan tangan.
Wut! Wut!
"Yeaaat!"
Dengan kecepatan sulit dilukiskan, pedang wanita kejam itu berkelebat mengancam leher dan kaki Jumanta. Tentu saja, dia tidak mau jadi korban begitu saja. Dengan tenaga penuh tangannya menghantam dada lawan. Tapi Ayu Purbani segera memiringkan tubuh. Maka serangan itu lewat beberapa jari saja dari dadanya.
"Haaat!"
Menggunakan kesempatan itu, pedang wanita itu berbalik dan menyerang ke arah Abogei. Orang tua itu yang tidak menyangka akan jadi sasaran se rangan jadi kelabakan.
"Paman, awaaaas!" teriak Ragorda, seraya berkelebat menghadang.
Plak! Bret!
"Aaargkh!"
Ketika berusaha melindungi pamannya, pinggang Ragorda terbabat pedang Ayu Purbani. Ketika serangan lain meluruk, dengan cepat Ragorda bersalto beberapa kali di udara menjauhi lawannya yang sudah mata gelap itu.
"Mampus kau, Jumanta!" seru Ayu Purbani mengalihkan serangan pada lawan yang sedikit lengah.
Nyai Utami yang melihat kawannya dalam bahaya, segera membantu. Langsung dilancarkannya serangan ke arah pusar wanita itu. Tetapi sambil memperdengarkan suara geraman Ayu Purbani berbalik. Segera tubuhnya berkelebat menyerang mereka berdua. Secepat itu pula, keduanya membuat pertahan diri dari serangan Ayu Purbani. Namun, terlambat. Karena...
Bret! Brebettt!
Dengan teriakan tertahan, keduanya melompat mundur. Dan bahkan perut Nyai Utami terbabat dua jengkal mengucurkan darah. Begitu pula Jumanta. Tangannya sebatas siku terbabat kutung. Sambil meringis menahan sakit tangan yang satu menotok agar tidak terlalu banyak mengeluarkan darah.
"Kini mampuslah kau, Jumanta!" teriak Ayu Purbani sambil melancarkan serangan.
"Aiiit!"
Sambil bergulingan, Jumanta berhasil menghin dari serangan. Tetapi serangan Ayu Purbani tidak berhenti sampai di situ saja.
Swft! Brettt!
"Wuaeee!"
Kembali Jumanta berteriak keras, ketika pedang Ayu Purbani membabat tubuhnya dari atas sampai ke bawah. Namun ketika wanita kejam itu hendak menghabisinya, Abogei berkelebat cepat menahan serangan yang mengandung tenaga dalam bagaikan api itu.
"Mau mampus saja, kenapa musti buru-buru!"
Sambil berkata pedang Ayu Purbani bergerak aneh dan cepat luar biasa. Begitu cepatnya, sehingga Abogei tak sempat mengelak lagi.
"Aaakh!"
Dada tokoh tua itu kontan terbabat pedang. Darah pun mengucur dari lukanya. Sementara Jumanta yang masih terluka segera menerjang dari belakang ke arah pinggang.
Namun dengan gerakan tiba-tiba, Ayu Purbani berbalik. Pedangnya cepat dibabatkan ke arah pinggang. Sambil berteriak Jumanta loncat ke atas dengan mencengkeram ke arah batok kepala wanita itu dengan jurus 039;Harimau Terbang'. Tapi tahu-tahu kaki Ayu Purbani menendang ke arah daerah ter-larang di tubuh Jumanta.
Jumanta cepat bergegas mengelak. Namun, pedang lawan sempat menggores punggungnya.
Cras!
Bahkan sebelum dia bersiap kembali sebuah tendangan dahsyat telah menghantam dada. Tak dapat ditahan lagi, Pendekar Harimau Kumbang jatuh ke tanah langsung bergulingan menjauhi Ayu Purbani. Tetapi wanita itu terus memburunya. Sampai akhirnya, Jumanta tidak dapat bergerak lagi, karena tubuhnya tertahan pada sebuah batu besar. Sedangkan pedang Ayu Purbani terus memburu.
Jumanta sudah pasrah. Tidak ada jalan lagi untuk meloloskan diri dari serangan maut ini. Tapi pada saat yang gawat ini mendesir sebuah serangan gelap.
Wesss! Wettt!
Ayu Purbani cepat berbalik. Seketaka dia melakukan gerakan perlindungan yang rapat, sehingga tidak ada celahnya lagi.
Tas! Tasss!
Sepotong kayu sebesar paha kontan terbabat putus jadi beberapa bagian oleh babatan pedang Ayu Purbani. Menggunakan kesempatan itu, Jumanta bangkit berdiri. Langsung dilancarkannya tendangan ke arah punggung.
Bugkh!
Dan kali ini serangan laki-laki itu tepat mengenai pada sasaran.
Ayu Purbani kontan jatuh mencium tanah. Dan dari mulutnya, tampak menetes darah kental. Tampaknya, dia pun mendapat luka yang cukup berarti. Terbukti wajahnya tampak sedikit memucat.
'Tidak baik membunuh lawan yang sudah tidak berdaya..."
"Kau lagi? Agaknya kau ingin segera mampus Bocah, diberi surga malah milih neraka baiklah kalau begitu!" seru Ayu Purbani, ketika berbalik. Ternyata orang yang melempar kayu tadi adalah Pendekar Rajawali Sakti.
"Hidup ini hanya sekali. Untuk apa diisi dengan segala perbuatan kotor? Bikin malu saja!" ejek Rangga.
"Bagus! Terimalah kematianmu ini...!"
Sambil mengerahkan sisa tenaganya Ayu Purbani menyerang pemuda itu. Gerakan ilmu pedangnya benar-benar luar biasa. Sehingga Rangga jadi benar-benar kerepotan menghindarinya.
"Heyaaat!"
Disertai teriakan menggeledek, gadis itu me nyerang Pendekar Rajawali Sakti.
Memang, keduanya merupakan tokoh yang sulit dicari tandingannya saat ini. Sehingga, kini mereka hanya tampak bagaikan bayangan saja yang saling libat dan serang tidak henti-hentinya.
Pada suatu kesempatan, Ayu Purbani melepaskan tendangan berputar ke arah kepala Rangga.
"Yeaaah!"
Maka cepat bagai kilat, Rangga cepat merunduk. Tapi di luar dugaan pedang pendek Ayu Purbani berkelebat cepat.
Kalaupun telah berusaha mengelak, tetap saja pundaknya termakan pedang.
Bret!
"Aaakh!"
Sambil berjumpalitan menjauhi lawan, Rangga mencabut pedang pusaka.
Cring!
Seketika seberkas cahaya kebiruan memancar dari pedang pusakanya. Sehingga suasana di sekitarnya jadi diterangi cahaya putih dan biru silih berganti. Sementara yang menyaksikan jadi terpesona melihat kehebatan kedua pedang itu. Ayu Purbani sendiri mau tidak mau harus mengakui kehebatan senjata Pedang Pusaka Pendekar Rajawali Sakti.
Dengan pedang di tangan, Rangga bagaikan Malaikat Pencabut Nyawa. Lalu sambil berteriak keras, tubuhnya melesat ke atas. Begitu menukik turun, segera dilancarkan jurus Sayap Rajawali Membelah Mega'. Serangan dahsyat ini bagaikan kilat menyambar dan sanggup merobek- robek apa saja yang menghalangi.
"Hiaaa...!"
Trang! Tring!
Untuk menahan serangan Ayu Purbani terpak sa mengeluarkan seluruh kemampuannya. Begitu sepasang pedang pendeknya dikelebatkan maka beberapa bentrokan segera terjadi. Akibat bentrokan, tubuh Rangga kembali melayang ke udara. Ketika tubuhnya turun kembali langsung dikerah-kannya jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'. Kedua kakinya bergerak cepat, mengancam kepala Ayu Purbani.
Mau tidak mau Ayu
Pendekar Rajawali Sakti - 132. Misteri Rimba Keramat Cersil mwb Hati Budha Tangan Berbisa Pendekar Rajawali Sakti - 134. Pemberontakan Di Kertaloka Cersil mwb Rahasia Ciok Kwan Im Pendekar Rajawali Sakti - 135. Peri Peminum Darah
8
Walau sadar kalau Ayu Purbani berkepandaian tinggi, mereka berempat terus menggempur dengan serangan-serangan dahsyat. Untuk sementara me reka masih dapat bertahan dari serangan Ayu Pur bani.
"Ciaaat!"
"Aiiit! "
Dugkh! Trang!
Kembali beberapa bentrokan terjadi. Mereka sama-sama berlompatan mundur untuk mengatur serangan kembali.
"Nyawamu kini tak akan kulepaskan lagi, Perempuan Jahanam! Sebentar lagi kau akan menyusul kedua pembantumu itu ke neraka!" seru Nyai Utami dan Abogei hampir bersamaan.
"Apa katamu...? Kalian telah membunuh mereka?! Sekarang, jangan harap kalian dapat hidup lebih lama lagi!" bentak Ayu Purbani sambil melancarkan serangan dahsyat dengan pedang dan tangan.
Wut! Wut!
"Yeaaat!"
Dengan kecepatan sulit dilukiskan, pedang wanita kejam itu berkelebat mengancam leher dan kaki Jumanta. Tentu saja, dia tidak mau jadi korban begitu saja. Dengan tenaga penuh tangannya menghantam dada lawan. Tapi Ayu Purbani segera memiringkan tubuh. Maka serangan itu lewat beberapa jari saja dari dadanya.
"Haaat!"
Menggunakan kesempatan itu, pedang wanita itu berbalik dan menyerang ke arah Abogei. Orang tua itu yang tidak menyangka akan jadi sasaran se rangan jadi kelabakan.
"Paman, awaaaas!" teriak Ragorda, seraya berkelebat menghadang.
Plak! Bret!
"Aaargkh!"
Ketika berusaha melindungi pamannya, pinggang Ragorda terbabat pedang Ayu Purbani. Ketika serangan lain meluruk, dengan cepat Ragorda bersalto beberapa kali di udara menjauhi lawannya yang sudah mata gelap itu.
"Mampus kau, Jumanta!" seru Ayu Purbani mengalihkan serangan pada lawan yang sedikit lengah.
Nyai Utami yang melihat kawannya dalam bahaya, segera membantu. Langsung dilancarkannya serangan ke arah pusar wanita itu. Tetapi sambil memperdengarkan suara geraman Ayu Purbani berbalik. Segera tubuhnya berkelebat menyerang mereka berdua. Secepat itu pula, keduanya membuat pertahan diri dari serangan Ayu Purbani. Namun, terlambat. Karena...
Bret! Brebettt!
Dengan teriakan tertahan, keduanya melompat mundur. Dan bahkan perut Nyai Utami terbabat dua jengkal mengucurkan darah. Begitu pula Jumanta. Tangannya sebatas siku terbabat kutung. Sambil meringis menahan sakit tangan yang satu menotok agar tidak terlalu banyak mengeluarkan darah.
"Kini mampuslah kau, Jumanta!" teriak Ayu Purbani sambil melancarkan serangan.
"Aiiit!"
Sambil bergulingan, Jumanta berhasil menghin dari serangan. Tetapi serangan Ayu Purbani tidak berhenti sampai di situ saja.
Swft! Brettt!
"Wuaeee!"
Kembali Jumanta berteriak keras, ketika pedang Ayu Purbani membabat tubuhnya dari atas sampai ke bawah. Namun ketika wanita kejam itu hendak menghabisinya, Abogei berkelebat cepat menahan serangan yang mengandung tenaga dalam bagaikan api itu.
"Mau mampus saja, kenapa musti buru-buru!"
Sambil berkata pedang Ayu Purbani bergerak aneh dan cepat luar biasa. Begitu cepatnya, sehingga Abogei tak sempat mengelak lagi.
"Aaakh!"
Dada tokoh tua itu kontan terbabat pedang. Darah pun mengucur dari lukanya. Sementara Jumanta yang masih terluka segera menerjang dari belakang ke arah pinggang.
Namun dengan gerakan tiba-tiba, Ayu Purbani berbalik. Pedangnya cepat dibabatkan ke arah pinggang. Sambil berteriak Jumanta loncat ke atas dengan mencengkeram ke arah batok kepala wanita itu dengan jurus 039;Harimau Terbang'. Tapi tahu-tahu kaki Ayu Purbani menendang ke arah daerah ter-larang di tubuh Jumanta.
Jumanta cepat bergegas mengelak. Namun, pedang lawan sempat menggores punggungnya.
Cras!
Bahkan sebelum dia bersiap kembali sebuah tendangan dahsyat telah menghantam dada. Tak dapat ditahan lagi, Pendekar Harimau Kumbang jatuh ke tanah langsung bergulingan menjauhi Ayu Purbani. Tetapi wanita itu terus memburunya. Sampai akhirnya, Jumanta tidak dapat bergerak lagi, karena tubuhnya tertahan pada sebuah batu besar. Sedangkan pedang Ayu Purbani terus memburu.
Jumanta sudah pasrah. Tidak ada jalan lagi untuk meloloskan diri dari serangan maut ini. Tapi pada saat yang gawat ini mendesir sebuah serangan gelap.
Wesss! Wettt!
Ayu Purbani cepat berbalik. Seketaka dia melakukan gerakan perlindungan yang rapat, sehingga tidak ada celahnya lagi.
Tas! Tasss!
Sepotong kayu sebesar paha kontan terbabat putus jadi beberapa bagian oleh babatan pedang Ayu Purbani. Menggunakan kesempatan itu, Jumanta bangkit berdiri. Langsung dilancarkannya tendangan ke arah punggung.
Bugkh!
Dan kali ini serangan laki-laki itu tepat mengenai pada sasaran.
Ayu Purbani kontan jatuh mencium tanah. Dan dari mulutnya, tampak menetes darah kental. Tampaknya, dia pun mendapat luka yang cukup berarti. Terbukti wajahnya tampak sedikit memucat.
'Tidak baik membunuh lawan yang sudah tidak berdaya..."
"Kau lagi? Agaknya kau ingin segera mampus Bocah, diberi surga malah milih neraka baiklah kalau begitu!" seru Ayu Purbani, ketika berbalik. Ternyata orang yang melempar kayu tadi adalah Pendekar Rajawali Sakti.
"Hidup ini hanya sekali. Untuk apa diisi dengan segala perbuatan kotor? Bikin malu saja!" ejek Rangga.
"Bagus! Terimalah kematianmu ini...!"
Sambil mengerahkan sisa tenaganya Ayu Purbani menyerang pemuda itu. Gerakan ilmu pedangnya benar-benar luar biasa. Sehingga Rangga jadi benar-benar kerepotan menghindarinya.
"Heyaaat!"
Disertai teriakan menggeledek, gadis itu me nyerang Pendekar Rajawali Sakti.
Memang, keduanya merupakan tokoh yang sulit dicari tandingannya saat ini. Sehingga, kini mereka hanya tampak bagaikan bayangan saja yang saling libat dan serang tidak henti-hentinya.
Pada suatu kesempatan, Ayu Purbani melepaskan tendangan berputar ke arah kepala Rangga.
"Yeaaah!"
Maka cepat bagai kilat, Rangga cepat merunduk. Tapi di luar dugaan pedang pendek Ayu Purbani berkelebat cepat.
Kalaupun telah berusaha mengelak, tetap saja pundaknya termakan pedang.
Bret!
"Aaakh!"
Sambil berjumpalitan menjauhi lawan, Rangga mencabut pedang pusaka.
Cring!
Seketika seberkas cahaya kebiruan memancar dari pedang pusakanya. Sehingga suasana di sekitarnya jadi diterangi cahaya putih dan biru silih berganti. Sementara yang menyaksikan jadi terpesona melihat kehebatan kedua pedang itu. Ayu Purbani sendiri mau tidak mau harus mengakui kehebatan senjata Pedang Pusaka Pendekar Rajawali Sakti.
Dengan pedang di tangan, Rangga bagaikan Malaikat Pencabut Nyawa. Lalu sambil berteriak keras, tubuhnya melesat ke atas. Begitu menukik turun, segera dilancarkan jurus Sayap Rajawali Membelah Mega'. Serangan dahsyat ini bagaikan kilat menyambar dan sanggup merobek- robek apa saja yang menghalangi.
"Hiaaa...!"
Trang! Tring!
Untuk menahan serangan Ayu Purbani terpak sa mengeluarkan seluruh kemampuannya. Begitu sepasang pedang pendeknya dikelebatkan maka beberapa bentrokan segera terjadi. Akibat bentrokan, tubuh Rangga kembali melayang ke udara. Ketika tubuhnya turun kembali langsung dikerah-kannya jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'. Kedua kakinya bergerak cepat, mengancam kepala Ayu Purbani.
Mau tidak mau Ayu