Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Dendam Gadis Pertapa - 21

$
0
0
Cerita Silat | Dendam Gadis Pertapa | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Dendam Gadis Pertapa | Cersil Sakti | Dendam Gadis Pertapa pdf

Pendekar Rajawali Sakti - 134. Pemberontakan Di Kertaloka Cersil mwb Rahasia Ciok Kwan Im Pendekar Rajawali Sakti - 135. Peri Peminum Darah Pendekar Rajawali Sakti 140. Mustika Bernoda Darah Cersil mwb Kuda Putih

tu. Hanya sekali kelebatan saja, kepala lima belas orang itu terpisah dari lehernya. Darah seketika mengucur keluar, bersamaan dengan tubuh-tubuh yang terjungkal tanpa kepala lagi. Begitu cepat sekali kejadian itu, tahu-tahu Worodini sudah kembali berdiri di samping ayahnya. Sementara, Rangga yang menyaksikan dari punggung Rajawali Putih, darahnya seketika jadi terkesiap melihat kekejaman gadis itu.
  Rangga tahu orang-orang yang kepalanya di-penggal itu adalah yang lolos dari amukan Rajawali Putih tadi. Dan mereka rupanya kembali lagi ke istana ini. Tapi, yang didapatkan hanya pemenggalan kepala saja. Tidak ada seorang pun yang dibiarkan hidup. Sementara, juga tidak ada seorang pun yang bisa berbuat sesuatu untuk menentang tindakan yang kejam itu. Semua hanya bisa diam dengan kepala tertunduk.
  "Dengar...! Aku tidak ingin kegagalan ini tem-lang lagi. Malam ini juga, kalian harus berangkat ke hutan itu. Cari mereka sampai ketemu. Bawa kepalanya ke sini!" lantang sekali suara Ki Warungkul.
  Begitu keras suara laki-laki tua itu, hingga Rangga yang berada di angkasa bisa jelas mende-ngamya. Dan seketika darahnya bergolak mendidih seperti terbakar. Tapi Rangga masih harus menahan diri.
  "Worodini, cari mereka! Bawa kepala mereka untukku," perintah Ki Warungkul.
  "Aku juga akan membalas kematian Kakang Priyada, Ayah. Aku ingin tahu, seperti apa dia," sahut Worodini lugas.
  "Pergilah sekarang. Bawa orang-orang seba-nyak mungkin," kata Ki Wamngkul.
  Worodini mengangguk, kemudian melangkah menuruni anak tangga beranda depan istana itu. Seorang pemuda menghampiri sambil menuntun seekor kuda putih yang tinggi dan tegap. Tanpa banyak bicara lagi, Worodini langsung melompat naik ke punggung kuda itu. Begitu indah dan ringan gerakannya, pertanda kepandaiannya tidak bisa dikatakan rendah lagi.
  Dan saat itu juga, orang-orang yang berkumpul memadati halaman depan istana kadipaten segera memisahkan diri membagi dua bagian. Dan sebagian dari mereka, langsung berlompatan naik ke punggung kuda masing-masing. Sedangkan yang lain mengambil tempat di depan tangga beranda istana ini, membelakangi Ki Warungkul. Sementara Worodini yang sudah duduk di atas punggung kudanya, menatap ayahnya sebentar. Dan begitu kepala orang tua ini terangguk, kudanya langsung digebah cepat.
  "Hiyaaat...!"
  Kuda putih itu seketika melesat kencang, menerobos pintu gerbang yang dibuka empat orang penjaga. Kepergian Worodini diikuti sekitar seratus orang yang semuanya menunggang kuda dan berpakaian serba merah. Maka malam yang seharusnya sunyi ini, dipecahkan oleh hentakan-hentakan kaki kuda yang dipacu cepat meninggalkan istana ini.
  Sementara Rangga yang berada di angkasa, terus memperhatikan semua dengan mata tidak berkedip. Dia ingin tahu, ke mana gadis itu pergi. Tapi Pendekar Rajawali Sakti sudah menduga kalau gadis itu pasti pergi ke dalam hutan, tempat kakaknya mati bersama puluhan orang pengikutnya yang diamuk Rajawali Putih.
  "Bahaya.... Kalau mereka sampai menemukan Adipati Wiyatala di sana. Sebaiknya, dia kuhadang sambil mengurangi jumlah kekuatan mereka," gumam Rangga dalam hati.
  Tanpa banyak membuang waktu lagi, Rangga langsung menyuruh Rajawali Putih mengikuti rombongan Worodini. Maka burung rajawali raksasa berbulu putih keperakan itu segera melesat cepat, mengejar ke arah Worodini dan pengikutnya bergerak tadi. Tidak ada seorang pun yang tahu keberadaan Pendekar Rajawali Sakti di angkasa. Sementara, Ki Warungkul sendiri sudah sibuk mengatur orang-orangnya untuk menjaga sekeliling istana.
  Begitu banyak pengikut Ki Warungkul yang te-was diamuk Rajawali Putih, hingga kini hanya memiliki pengikut sekitar dua ratus orang saja. Dan sebagian, sekarang ikut bersama Worodini. Dengan hanya memiliki kekuatan seperti ini, memang tidak mudah mempertahankan sebuah istana. Dan semua itu disadari Ki Warungkul, hingga semua pengikutnya yang tersisa diperintahkan untuk lebih memperkuat penjagaan.
  Sementara itu, Rangga yang terbang bersama Rajawali Putih di angkasa terus mengikuti gerakan Worodini dan orang-orangnya yang sudah mulai memasuki hutan. Tidak lama lagi, mereka akan sampai di tempat, Rangga bersama Rajawali Putih mengamuk tadi. Sedangkan malam terus merayap semakin larut. Udara yang begitu dingin tidak lagi dirasakan.
  "Lebih mendekat, Rajawali. Aku tidak ingin kehilangan jejak mereka," pinta Rangga, saat rombongan merah itu sudah mulai memasuki hutan lebat ini.
  "Khraaagkh...!"
  Rajawali Putih merendahkan terbangnya. Meskipun hutan begitu lebat, tapi burung rajawali raksasa itu masih bisa melihat jelas orang-orang di dalam hutan itu. Sedangkan Rangga sesekali kehilangan jejak. Dan kini yang diandalkan hanya Rajawali Putih untuk terus mengikuti. Memang, kabut yang menyelimuti hutan itu demikian tebal.
  "Khraaagkh...!"
  "Heh...?! Ada apa, Rajawali?"
 
  ***

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>