Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Dendam Gadis Pertapa - 22

$
0
0
Cerita Silat | Dendam Gadis Pertapa | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Dendam Gadis Pertapa | Cersil Sakti | Dendam Gadis Pertapa pdf

Cersil mwb Sepasang Golok Mustika Cersil mwb Pedang Abadi Pendekar Rajawali Sakti - 137. Misteri Dewi Maut Cersil mwb Pendekar Kembar Pendekar Rajawali Sakti - 139. Hantu Putih Mata Elang


  8
 
  Rangga jadi tersentak kaget, ketika tiba-tiba saja Rajawali Putih menjerit keras sambil menju-lurkan kepala ke bawah. Saat itu, kabut di bawah sana memang tebal sekali. Sehingga, pandangan Pendekar Rajawali Sakti jadi terhalang. Namun ketika matanya menangkap sebuah bayangan biru berkelebat di dalam kabut yang tiba- tiba menipis sedikit, kedua bola matanya jadi terbeliak lebar.
  "Pandan Wangi...," desis Rangga.
  "Khraaagkh...!"
  "Cepat turun, Rajawali. Jangan sampai dia bertemu mereka," pinta Rangga dengan suara dibuat keras, untuk mengalahkan deru angin yang begitu keras di angkasa.
  "Khraaagkh...!"
  Rajawali Putih segera menukik turun cepat sekali. Sehingga sebentar saja, burung raksasa itu sudah menembus tebalnya kabut yang menyelimuti hutan ini, dan langsung mendarat di sebuah tempat yang agak lapang. Tepat pada saat itu di depan sana Pandan Wangi sedang berlari cepat menuju ke kota Kadipaten Parunggungan. Gadis itu tampak terkejut, begitu tiba-tiba melihat Rajawali Putih di depannya. Cepat larinya dihentikan. Dan pada saat itu, Rangga melompat turun dari punggung burung rajawali raksasa ini.
  "Kakang...."
  "Cepat ke sini, Pandan!" seru Rangga begitu menjejakkan kakinya di tanah.
  Pandan Wangi bergegas menghampiri Pendekar Rajawali Sakti. Ditatapnya sebentar pada burung rajawali raksasa di belakang pemuda ini, kemudian beralih pada wajah tampan Pendekar Rajawali Sakti.
  "Ada apa?" tanya Pandan Wangi, melihat wajah Rangga agak tegang.
  "Kenapa kau ada di sini? Bukankah aku me-nyuruhmu ke Karang Setra, setelah menemui keluarga Adipati Wiyatala...?" Rangga malah balik bertanya.
  "Semula, aku memang ingin ke sana, Kakang. Tapi hutan ini begitu lebat, hingga aku tersesat. Dan aku bertemu Adipati Wiyatala. Darinya, aku tahu kalau kau sedang menghadapi mereka. Maka aku langsung saja menyusulmu," kata Pandan Wangi menjelaskan. "Aku khawatir padamu."
  Rangga tersenyum kecil, kemudian menarik tangan Pandan Wangi.
  "Sebagian dari mereka menuju ke sini. Aku tidak ingin kau bertemu mereka. Ayo, kita hindari dulu," kata Rangga.
  Pandan Wangi ingin mengeluarkan suara, tapi Rangga sudah menarik tangannya. Dan gadis itu terpaksa melesat, mengikuti Rangga yang melompat naik ke punggung Rajawali Putih sambil memegangi tangannya.
  "Ayo, Rajawali. Ikuti mereka lagi," pinta Rangga.
  "Khraaagkh...! "
  Sekali mengepakkan sayap, burung rajawali raksasa itu sudah melambung tinggi ke angkasa membawa sepasang pendekar muda dari Karang Setra. Sebentar Rajawali Putih berputar-putar, kemudian melesat ke arah utara. Saat itu, Rangga melihat bayangan orang-orang berbaju merah itu berkelebat dari balik pepohonan yang begitu lebat di dalam hutan ini.
  "Kau lihat, Pandan. Itu mereka," jelas Rangga, memberi tahu.
  Pandan Wangi melihat bayangan-bayangan merah berkelebatan menembus hutan yang sangat lebat dan gelap terselimut kabut tebal di bawah, sana. Dia tahu, apa yang dimaksud Rangga. Orang- orang itulah yang merusak dan merebut Kadipaten Parunggungan. Walaupun belum melihat bagaimana keadaan kadipaten itu, tapi Pandan Wangi sudah bisa membayangkannya. Terlebih lagi, kalau ingat cerita Kaliga dalam perjalanan kembali ke tempat persembunyian keluarga Adipati Wiyatala di tepi telaga yang ada di dalam hutan ini. Kota kadipaten itu tentu saja sudah tidak lagi berpenghuni.
  "Kakang, mereka menuju ke telaga...! " seru Pandan Wangi.
  "Telaga...? " Rangga mengerutkan keningnya.
  "Benar! Di sanalah keluarga Adipati Wiyatala berada," kata Pandan Wangi lagi memberi tahu.
  "Berapa jauh lagi? "
  "Tidak jauh, Kakang. Tidak lama lagi, mereka akan tiba di sana."
  "Kalau begitu, kita harus menghadang mereka di sini. Mereka orang-orang kejam, Pandan. Apalagi, mereka juga ditugaskan membunuh Adipati Wiyatala. Tapi yang lebih penting lagi, mereka harus membawa kepalaku pada pemimpinnya," jelas Rangga.
  "Kepalamu...?"
  Pandan Wangi tampak terkejut mendengar penjelasan Pendekar Rajawali Sakti.
  "Apa yang kau lakukan, Kakang?"
  Dengan singkat Rangga menceritakan semua yang terjadi. Dan Pandan Wangi mendengarkan penuh perhatian. Sungguh tidak disangka kalau dalam waktu sesingkat ini, Rangga sudah bisa mengurangi jumlah kekuatan yang dimiliki gerombolan itu sekarang. Bahkan menewaskan salah seorang putra Ki Warungkul yang menjadi salah satu pemimpin orang-orang itu.
  "Kita hadang mereka, Rajawali...!" seru Rang-ga begitu menyelesaikan ceritanya.
  "Khraaagkh...! "
  Tanpa diminta dua kali, Rajawali Putih langsung meluruk deras menuju ke arah orang-orang berbaju serba merah yang kini sudah mulai terlihat jelas. Karena, mereka sudah memasuki daerah yang mulai jarang pepohonannya.
  "Khraaagkh...!"
 
  ***
 
  Jeritan burung rajawali raksasa yang begitu keras, memang membuat orang-orang berbaju serba merah itu jadi tersentak kaget. Mereka bagai mendengar ledakan gunung berapi, tepat di depan telinga. Begitu kerasnya, hingga membuat jantung bagai berhenti berdetak seketika. Dan ketika mendongakkan kepala, tampak seekor burung rajawali raksasa meluruk deras ke arah mereka. Seketika, kedua bola mata mereka jadi terbeliak lebar, seperti melihat sepasukan iblis dari neraka yang akan melumat habis tubuh mereka semua.
  "Cepat berlindung...!" seru Worodini yang lebih cepat tersadar.
  Seketika, orang-orang berbaju serba merah itu berserabutan, berlompatan dari punggung kuda, mereka berusaha mencari tempat perlindungan, tapi keadaan malah menjadi kacau. Mereka saling bertabrakan, membuat kuda-kuda tunggangan juga ikut kalang kabut. Dan ini memang disengaja Rangga, untuk memecahkan perhatian mereka semua. Maka dimintanya Rajawali Putih berputar-putar saja, membuat keadaan semakin bertambah kacau tidak menentu.
  Sementara, Rajawali Putih semakin dekat saja. Dan begitu burung rajawali raksasa itu mengibaskan sayap ke bawah, Rangga langsung melompat turun diikuti Pandan Wangi. Beberapa orang seketika menjerit, terkena sambaran sayap burung rajawali.
  "Dia bagianku, Kakang...!" seru Pandan Wangi begitu kakinya menjejak tanah. "Hiyaaat!"
  Pandan Wangi langsung saja meluruk cepat sekali ke arah Worodini. Bagaikan kilat, si Kipas Maut segera mencabut senjata kipasnya, dan langsung dikebutkan ke arah dada Worodini.
  Bet!
  "Aikh...?! "
  Worodini jadi terpekik kaget setengah mati. Untung saja dia cepat melompat ke belakang, sehingga serangan Pandan Wangi bisa dihindari. Sehingga hanya sedikit saja ujung kipas yang runcing seperti mata anak panah itu berkelebat di depan dadanya. Namun belum juga keseimbangan tubuhnya bisa dikuasai, Pandan Wangi sudah kembali melompat menyerang dengan kebutan- kebutan senjata kipas mautnya yang san

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>