Cerita Silat | Tarian Liar Naga Sakti | by Marshall | Tarian Liar Naga Sakti | Cersil Sakti | Tarian Liar Naga Sakti pdf
Cersil mwb Pedang Abadi Pendekar Rajawali Sakti - 137. Misteri Dewi Maut Cersil mwb Pendekar Kembar Pendekar Rajawali Sakti - 139. Hantu Putih Mata Elang Cersil mwb Naga Sakti Sungai Kuning
, Kaypang dan
Bu Tong Pay. Mereka kaget sebetulnya, tetapi karena
sangat mempercayai Ceng Liong, tetap saja mereka
mencari dan mencari serta melatihnya.
Kemudian, keduanya juga melatih kembali,
mendalami dan mencoba memecahkan rahasia
terdalam kedua ilmu mujijat dari Siauw Lim Sie: ilmu
Thian Lo Ci (Ilmu Jari Langit), Kim Liong Seng Hui
(Naga Emas Memancarkan Cahaya). Kedua ilmu ini
memang adalah ilmu rahasia dan sangat mujijat dari
Siauw Lim Sie serta jarang dilatih dan otomatis jarang
muncul di dunia persilatan. Keduanya secara luar biasa
menerima titipan dari SUHU mereka melalui kedua
susiok mereka yang sudah amat tua di Siauw Lim Sie.
Dan memang kedua ilmu itu sungguh luar biasa dan
sangat mujijat. Berbeda dengan ciptaan Suhu mereka,
Pek In Tai Hong Sin Ciang yang tidak lagi murni Siauw
Lim Sie, maka kedua ilmu terakhir sungguh sangat
kental tehnik dan rahasia ilmu-ilmu mujijat Siauw Lim
Sie. Dan mereka berdua merasa sungguh beruntung
dapat diwarisi ilmu yang snagat luar biasa tersebut.
Dan terakhir Kim Liong Ci Seng Hui (Jari Naga Emas
Memancarkan Cahaya). Ilmu ini sebetulnya adalah
upaya mereka menekui dan menemukan rahasia
kedua ilmu Thian Lo Ci dan Kim Liong Seng Hui,
sampai mereka akhirnya mampu menciptakan gerak
jurus sendiri. Dan ilmu inilah yang mereka terus
menerus tekuni selama sebulan terakhir, tentu dengan
tidak juga meninggalkan ilmu-ilmu mujijat yang
sudah mereka kuasai tersebut. Dan pagi ini, keduanya
terlihat sedang berlatih serius dengan bergerak cepat
dan pesat tetapi dengan kekuatan yang terlontar
sangatlah kuat dan sangatlah tajam menusuk. Tetapi
hebatnya, tidak ada lontaran kekuatan pukulan
mereka yang terlontar keluar dan kemudian merusak
tanaman maupun pepohonan sekeliling arena,
padahal arena mereka bertarung sudah dipenuhi
hawa-hawa mujijat yang sangat berbahaya jika
mengenai benda apapun.
Jika ditelaah, maka haruslah dikatakan bahwa
keduanya kembali sudah menanjak ke tingkat yang
lebih tinggi. Baik iweekang maupun kekuatan batin
mereka memang mulai menebal dan semakin tinggi.
Secara otomatis, kekuatan khikhang pelingdung
badan merekapun menanjak secara luar biasa.
Keduanya bergerak dengan lecutan sinar keemasan
yang saling serang dan saling terjang namun
keduanya mampu dan sanggup menangkis ataupun
mengelak. Dan jika tidak dilihat secara lebih jelas,
maka orang dapat saja menduga keduanya sedang
bertarung mati-matian untuk saling membunuh.
Padahal, keduanya meski memang sedang
mengerahkan kekuatan puncak, tetapi tetap saja
masih mampu menahan pukulan, kecepatan dan juga
pengerahan kekuatan masing-masing. Karena itu,
arena mereka bertarung yang terbatasi membuat
keduanya terlihat seperti sedang saling bunuh.
Dan setelah saling serang dan saling bertahan selama
kurang lebih sejam penuh, keduanya terlihat
menghentikan gerakan. Dan tak lama kemudian
terlibat dalam diskusi dan percakapan mengenai apa
yang baru mereka lakukan:
“Amitabha ......... Song te, jika tidak keliru, kita berdua
sudah hampir berhasil membentuk serta
menyempurnakan ilmu Kim Liong Ci Seng Hui .........
jika terus berlatih begini, maka sebulan lagi kita akan
memiliki bekal yang sangat memadai untuk
memasuki Pibu di Bengkauw mewakili Siauw Lim Sie
....... engkau harus berlatih lebih keras agar mampu
menguasai lebih lengkap lagi ilmu simpanan suhu kita,
rasanya kedepan harus engkau yang mewakili Siauw
Lim Sie kita. Kedepannya kurasakan sesuatu yang
hebat akan terjadi di Siong San ...... siancay ......“
“Engkau benar toako .... rasanya pengerahan tenaga,
kecepatan serta variasi jurus ilmu terakhir itu sudah
semakin ringan dan semakin mudah dikerahkan.
Hanya, beberapa hari lagi rasanya kita berhasil,
tinggal beberapa hal kecil yang perlu dituntaskan. Jika
memang harus mewakili Siauw Lim Sie, aku pasti
akan mengerjakannya dengan penuh tanggungjawab
... jangan khawatir toako ....“
“Amitabha ......... Wi San Hwesio, kemarilah ......“ tiba-
tiba Thian Ki Hwesio menyebut dan memanggil satu
nama. Dan benar saja, beberapa saat kemudian
sesosok tubuh yang tadi berdiri sedikit jauh namun
tersembunyi nampak memperlihatkan diri dan
kemudian memberi hormat sambil berkata:
“Amitabha ..... utusan Siauw Lim Sie Siong San ingin
menjumpai Suhu .......“
“Amitabha ...... dimana gerangan mereka berada .....“?
“Sudah menunggu di kuil kita Suhu .......“
“Amitabha, baiklah ..... kami segera menuju kesana
......“
Dan ketika akhirnya tiba di Kuil Siauw Lim Sie Poh
Thian, Thian Ki Hwesio dan Souw Kwi Song terkejut
karena yang datang adalah Kong Ti Hwesio.
Kedatangan tokoh Siauw Lim Sie sekelas Kong Ti
Hwesio yang juga adalah sute dari Ciangbundjin dan
juga Kong Hian Hwesio menandakan seriusnya urusan
dan masalah yang dibawah dan akan disampaikan
kepada mereka itu.
“Amitabha ......... selamat datang Kong Ti Hwesio .......
siancay .....“
“Amitabha ......... selamat berjumpa Thian Ki
Ciangbundjin ...... siancay .....“
Thian Ki Hwesio mempersilahkan Kong Ti Hwesio
untuk duduk sementara Souw Kwi Song, karena tidak
ada undangan untuk mengikuti percakapan itu
memilih untuk kembali ke tempat atau keruangannya
untuk berlatih. Memang selama berada di Poh Thian,
pekerjaan Kwi Song lebih banyak berlatih dan
berlatih. Meski pada dasarnya Thian Ki Hwesio adalah
seorang Hwesio, tetapi perhatian dan kasihnya
kepada Kwi Song yang adalah adik kembarnya
sebelum menjadi Hwesio sangatlah kentara. Meski
demikian, di Poh Thian tiada yang mempersoalkannya
karena Kwi Song sendiri memang berkepribadian
supel dan mudah bergaul. Hampir semua Bhiksu di
Siauw Lim Sie cabang Poh Thian mengenalnya dengan
baik bahkan sangat mengasihi dan menghormati
pemuda itu. Apalagi Kwi Song tidak pelit berbagi ilmu
dan berbagi cerita dengan para Bhiksu di waktu-
waktu senggang mereka.
Kwi Song berlatih dan bersamadhi sampai malam
harinya, sampai akhirnya menjelang tengah malam
seorang Hwesio membangunkannya:
“Saudara Kwi Song diminta menghadap oleh Thian Ki
Ciangbundjin ........“
“Baiklah ...... aku segera menyusul .......“
Begitu tiba di ruangan Thian Ki Hwesio biasa
menerima tamu, tidak jauh dari tempat samadhinya,
Kwi Song sudah disambut oleh suara kakaknya:
“Song te ..... bersiaplah segera, karena malam ini juga
kita berdua harus melakukan perjalanan karena
diminta menghadap dengan segera oleh Siauw Lim
Cersil mwb Pedang Abadi Pendekar Rajawali Sakti - 137. Misteri Dewi Maut Cersil mwb Pendekar Kembar Pendekar Rajawali Sakti - 139. Hantu Putih Mata Elang Cersil mwb Naga Sakti Sungai Kuning
, Kaypang dan
Bu Tong Pay. Mereka kaget sebetulnya, tetapi karena
sangat mempercayai Ceng Liong, tetap saja mereka
mencari dan mencari serta melatihnya.
Kemudian, keduanya juga melatih kembali,
mendalami dan mencoba memecahkan rahasia
terdalam kedua ilmu mujijat dari Siauw Lim Sie: ilmu
Thian Lo Ci (Ilmu Jari Langit), Kim Liong Seng Hui
(Naga Emas Memancarkan Cahaya). Kedua ilmu ini
memang adalah ilmu rahasia dan sangat mujijat dari
Siauw Lim Sie serta jarang dilatih dan otomatis jarang
muncul di dunia persilatan. Keduanya secara luar biasa
menerima titipan dari SUHU mereka melalui kedua
susiok mereka yang sudah amat tua di Siauw Lim Sie.
Dan memang kedua ilmu itu sungguh luar biasa dan
sangat mujijat. Berbeda dengan ciptaan Suhu mereka,
Pek In Tai Hong Sin Ciang yang tidak lagi murni Siauw
Lim Sie, maka kedua ilmu terakhir sungguh sangat
kental tehnik dan rahasia ilmu-ilmu mujijat Siauw Lim
Sie. Dan mereka berdua merasa sungguh beruntung
dapat diwarisi ilmu yang snagat luar biasa tersebut.
Dan terakhir Kim Liong Ci Seng Hui (Jari Naga Emas
Memancarkan Cahaya). Ilmu ini sebetulnya adalah
upaya mereka menekui dan menemukan rahasia
kedua ilmu Thian Lo Ci dan Kim Liong Seng Hui,
sampai mereka akhirnya mampu menciptakan gerak
jurus sendiri. Dan ilmu inilah yang mereka terus
menerus tekuni selama sebulan terakhir, tentu dengan
tidak juga meninggalkan ilmu-ilmu mujijat yang
sudah mereka kuasai tersebut. Dan pagi ini, keduanya
terlihat sedang berlatih serius dengan bergerak cepat
dan pesat tetapi dengan kekuatan yang terlontar
sangatlah kuat dan sangatlah tajam menusuk. Tetapi
hebatnya, tidak ada lontaran kekuatan pukulan
mereka yang terlontar keluar dan kemudian merusak
tanaman maupun pepohonan sekeliling arena,
padahal arena mereka bertarung sudah dipenuhi
hawa-hawa mujijat yang sangat berbahaya jika
mengenai benda apapun.
Jika ditelaah, maka haruslah dikatakan bahwa
keduanya kembali sudah menanjak ke tingkat yang
lebih tinggi. Baik iweekang maupun kekuatan batin
mereka memang mulai menebal dan semakin tinggi.
Secara otomatis, kekuatan khikhang pelingdung
badan merekapun menanjak secara luar biasa.
Keduanya bergerak dengan lecutan sinar keemasan
yang saling serang dan saling terjang namun
keduanya mampu dan sanggup menangkis ataupun
mengelak. Dan jika tidak dilihat secara lebih jelas,
maka orang dapat saja menduga keduanya sedang
bertarung mati-matian untuk saling membunuh.
Padahal, keduanya meski memang sedang
mengerahkan kekuatan puncak, tetapi tetap saja
masih mampu menahan pukulan, kecepatan dan juga
pengerahan kekuatan masing-masing. Karena itu,
arena mereka bertarung yang terbatasi membuat
keduanya terlihat seperti sedang saling bunuh.
Dan setelah saling serang dan saling bertahan selama
kurang lebih sejam penuh, keduanya terlihat
menghentikan gerakan. Dan tak lama kemudian
terlibat dalam diskusi dan percakapan mengenai apa
yang baru mereka lakukan:
“Amitabha ......... Song te, jika tidak keliru, kita berdua
sudah hampir berhasil membentuk serta
menyempurnakan ilmu Kim Liong Ci Seng Hui .........
jika terus berlatih begini, maka sebulan lagi kita akan
memiliki bekal yang sangat memadai untuk
memasuki Pibu di Bengkauw mewakili Siauw Lim Sie
....... engkau harus berlatih lebih keras agar mampu
menguasai lebih lengkap lagi ilmu simpanan suhu kita,
rasanya kedepan harus engkau yang mewakili Siauw
Lim Sie kita. Kedepannya kurasakan sesuatu yang
hebat akan terjadi di Siong San ...... siancay ......“
“Engkau benar toako .... rasanya pengerahan tenaga,
kecepatan serta variasi jurus ilmu terakhir itu sudah
semakin ringan dan semakin mudah dikerahkan.
Hanya, beberapa hari lagi rasanya kita berhasil,
tinggal beberapa hal kecil yang perlu dituntaskan. Jika
memang harus mewakili Siauw Lim Sie, aku pasti
akan mengerjakannya dengan penuh tanggungjawab
... jangan khawatir toako ....“
“Amitabha ......... Wi San Hwesio, kemarilah ......“ tiba-
tiba Thian Ki Hwesio menyebut dan memanggil satu
nama. Dan benar saja, beberapa saat kemudian
sesosok tubuh yang tadi berdiri sedikit jauh namun
tersembunyi nampak memperlihatkan diri dan
kemudian memberi hormat sambil berkata:
“Amitabha ..... utusan Siauw Lim Sie Siong San ingin
menjumpai Suhu .......“
“Amitabha ...... dimana gerangan mereka berada .....“?
“Sudah menunggu di kuil kita Suhu .......“
“Amitabha, baiklah ..... kami segera menuju kesana
......“
Dan ketika akhirnya tiba di Kuil Siauw Lim Sie Poh
Thian, Thian Ki Hwesio dan Souw Kwi Song terkejut
karena yang datang adalah Kong Ti Hwesio.
Kedatangan tokoh Siauw Lim Sie sekelas Kong Ti
Hwesio yang juga adalah sute dari Ciangbundjin dan
juga Kong Hian Hwesio menandakan seriusnya urusan
dan masalah yang dibawah dan akan disampaikan
kepada mereka itu.
“Amitabha ......... selamat datang Kong Ti Hwesio .......
siancay .....“
“Amitabha ......... selamat berjumpa Thian Ki
Ciangbundjin ...... siancay .....“
Thian Ki Hwesio mempersilahkan Kong Ti Hwesio
untuk duduk sementara Souw Kwi Song, karena tidak
ada undangan untuk mengikuti percakapan itu
memilih untuk kembali ke tempat atau keruangannya
untuk berlatih. Memang selama berada di Poh Thian,
pekerjaan Kwi Song lebih banyak berlatih dan
berlatih. Meski pada dasarnya Thian Ki Hwesio adalah
seorang Hwesio, tetapi perhatian dan kasihnya
kepada Kwi Song yang adalah adik kembarnya
sebelum menjadi Hwesio sangatlah kentara. Meski
demikian, di Poh Thian tiada yang mempersoalkannya
karena Kwi Song sendiri memang berkepribadian
supel dan mudah bergaul. Hampir semua Bhiksu di
Siauw Lim Sie cabang Poh Thian mengenalnya dengan
baik bahkan sangat mengasihi dan menghormati
pemuda itu. Apalagi Kwi Song tidak pelit berbagi ilmu
dan berbagi cerita dengan para Bhiksu di waktu-
waktu senggang mereka.
Kwi Song berlatih dan bersamadhi sampai malam
harinya, sampai akhirnya menjelang tengah malam
seorang Hwesio membangunkannya:
“Saudara Kwi Song diminta menghadap oleh Thian Ki
Ciangbundjin ........“
“Baiklah ...... aku segera menyusul .......“
Begitu tiba di ruangan Thian Ki Hwesio biasa
menerima tamu, tidak jauh dari tempat samadhinya,
Kwi Song sudah disambut oleh suara kakaknya:
“Song te ..... bersiaplah segera, karena malam ini juga
kita berdua harus melakukan perjalanan karena
diminta menghadap dengan segera oleh Siauw Lim