Cerita Silat | Bunuh Pendekar Rajawali Sakti | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Bunuh Pendekar Rajawali Sakti | Cersil Sakti | Bunuh Pendekar Rajawali Sakti pdf
Pendekar Rajawali Sakti 140. Mustika Bernoda Darah Cersil mwb Kuda Putih Pendekar Rajawali Sakti - 141. Dendam Gadis Pertapa Cersil mwb Kasih Diantara Remaja Pendekar Rajawali Sakti - 142. Istana Ratu Sihir
8
Maka bersamaan teriakan Rangga, melesat be-berapa buah jala yang terbuat dari bahan yang alot
Tapi saat itu juga bertiup angin kencang laksana badai
topan, menerbangkan jala-jala yang akan meringkus
Rangga dan Sarti. Dan baru saja serangan melalui jala-
jala itu gagal, kembali melesat puluhan batang anak
panah ke arah Pendekar Rajawali Sakti dan Sarti.
"Hup! Heaaa...!"
Pendekar Rajawali Sakti melompat kesana kema-ri menghindarinya dengan gerakan gesit Dengan ting-kat kepandaian yang telah tinggi, mudah bagi Rangga
untuk menghindarinya. Tapi tidak bagi gadis berke- pandaian tanggung seperti Sarti. Maka....
Crab!
"Aaakh...!"
Sarti menjerit keras. Tiga batang anak panah
menancap di betis, paha kiri dan punggungnya.
"Sarti...?!"
Rangga terkejut, buru-buru hendak memburu
gadis itu. Namun saat itu juga, sepuluh orang tokoh
persilatan yang berada di belakang Ki Po-long bergerak
menyerangnya. Pendekar Rajawali Sakti terpaksa men-gurungkan niatnya, langsung meladeni mereka. Se-dangkan Sarti yang terluka parah, kena diringkus mu-rid-murid padepokan ini.
"Pendekar Rajawali Sakti, kau lihat! Kawanmu te-lah kena ringkus! Maka sebaiknya menyerah-lah!" te-riak Ki Polong memperingatkan.
Pendekar Rajawali Sakti mundur dua langkah
dengan wajah bingung.
"Tidak, Kakang! Jangan menyerah. Kau harus
membunuh mereka semua! Bunuh mereka semua.
Dan, jangan pedulikan aku...!" Teriak gadis itu lantang.
Wajah si Pendekar Rajawali Sakti tampak be- rubah geram seraya memandang ke arah lawan lawan-nya. Lalu dengan bengis Pedang Pusaka Rajawali Sakti
dicabut dari warangkanya.
Sring!
"Siapa yang ingin mati lebih dulu, majulah ka-
lian!" Desis Pendekar Rajawali Sakti garang.
Tantangan Rangga langsung disambut tiga orang
tokoh tua yang berada di samping Ki Polong.
“Pendekar Rajawali Sakti, kami terima tantan-ganmu! Yeaaa...! " teriak Ki Walang Ijo, sambil menca-but pedang pusaka yang terselip di pinggangnya
Ki Gempar Persada pun tidak kalah gesit. Tong- kat baja yang tadi tersembunyi di balik biru dicabut- nya. Tongkat sepanjang lima jengkal itu sesungguhnya
bukan senjata biasa, tapi sebuah warangka pedang ti-pis yang terbuat dari bahan amat kuat.
Sementara itu, Nyai Kami dengan sabit perak-nya
yang membuat namanya tersohor sampai ke delapan
penjuru angin, tak mau ketinggalan.
Bukan tanpa sebab mereka langsung mencabut
senjata. Tapi karena tahu kalau senjata Pendekar Ra-jawali Sakti memiliki pamor hebat. Batang pedang
yang memancarkan cahaya kebiruan, sudah cukup
membuktikan kalau bukan saja pedang itu yang hebat.
Tapi juga tenaga dalam Pendekar Rajawali Sakti yang
sudah sangat tinggi.
"Heaaa...!"
Trang!
Benturan hebat terjadi, menimbulkan percikan
bunga api ke segala arah. Rangga melompat ke atas.
Pedangnya dikibaskan, hendak memancing ketiga ke-pala lawannya. Namun sekali lagi, ketiga orang tua itu
dengan gesit mengelak dan memapak senjatanya.
Trang!
"Uhhh...! "
Pendekar Rajawali Sakti terhuyung- huyung ke
belakang. Benturan senjata yang berisi tenaga dalam
kuat, sempat membuatnya sempoyongan ke belakang.
Masing-masing lawan memiliki tenaga dalam kuat. Se-
hingga bila digabung menjadi satu dan menyerang ber-samaan, akan terciptalah tenaga amat dahsyat. Hal
itulah yang dirasakan si Pendekar Rajawali Sakti.
Namun, pemuda itu tidak kalah cerdik Satu-satunya jalan untuk menjatuhkan lawan-lawannya
adalah memisahkan dan membuyarkan kerjasama se- rangan mereka. Namun ketika hal itu coba dilakukan,
ternyata bukanlah pekerjaan yang mudah. Bukan saja
karena ketiganya amat kompak, tetapi juga gangguan
yang sengaja diciptakan murid-murid Padepokan Ka-long Wetan.
Ketika Pendekar Rajawali Sakti mengeluarkan
senjata, maka itu dipandang amat berbahaya. Se-hingga, beberapa orang tokoh persilatan lain yang
akan menghadapi pemuda itu langsung digantikan ke-tiga tokoh utama ini. Sedangkan, mereka menyingkir
membuat arena cukup luas dan berjaga-jaga si segala
sudut agar Pendekar Raja-wali Sakti tidak bisa kabur.
Sementara itu, barisan pemanah sesekali melepaskan
anak panah untuk mengacaukan serangan Pendekar
Rajawali Sakti.
"Hiyaaa...!"
Pendekar Rajawali Sakti menghentakkan kedua
tangannya ke depan melepaskan jurus 039;Pukulan Maut
Paruh Rajawali' untuk membuyarkan pertahanan keti-ga lawannya. Namun ketiga tokoh tua itu langsung
menggabungkan tenaga, guna memapaki pukulan.
Jderrr!
"Aaakh!"
Pendekar Rajawali Sakti memekik keras. Tubuh-nya terjungkal beberapa langkah sambil memuntahkan
darah segar. Namun begitu, dia masih mampu berdiri
tegak di atas kedua kakinya. Se-pasang matanya tam-pak nyalang, memandang ketiga lawannya. Meski da-
danya terasa sakit akibat hantaman pukulan yang
kuat luar biasa, namun tidak dirasakannya. Bahkan
bersiaga kembali untuk mengadakan serangan beri-kutnya.
Set! Set...!
Kali ini datang serangan anak-anak panah yang
meluruk deras ke arah Rangga.
"Huh!"
Pendekar Rajawali Sakti menggeram. Langsung
pusakanya dikibaskan untuk menghalau puluhan
anak panah yang mengurungnya.
"Yeaaa...! "
"Uhhh...!"
***
Baru saja hujan anak panah berhasil dihalau,
maka saat itu juga serangan ketiga tokoh tua itu telah
cepat datang. Pendekar Rajawali Sakti tercekat Keleba-tan pedang Ki Walang Ijo berhasil ditangkisnya. Se-mentara tongkat Ki Gempar Persada berhasil dielakkan
sambil menundukkan kepala. Kemudian tubuhnya
mencelat ke samping, untuk menangkis senjata Nyai
Kami. Tapi kali ini Ki Walang Ijo telah mengirim seran-gan susu-lan. Dan bersamaan dengan itu, datang se- rangan Ki Gempar Persada melalui satu tendangan ke-ras.
Wuuut! Bet!
Rangga cepat menjatuhkan diri dan bergulingan,
sehingga kedua serangan luput dari sasaran. Namun,
Nyai Kami agaknya mengambil kesempatan emas itu.
Senjatanya cepat disambarkan ke punggung Rangga.
Cras!
"Aaakh! "
Kembali Pendekar Rajawali Sakti menjerit ke-ras.
Punggungnya kontan robek dan mengucurkan darah.
Dengan sebisanya dia melompat ke belakang. Tapi, k
Pendekar Rajawali Sakti 140. Mustika Bernoda Darah Cersil mwb Kuda Putih Pendekar Rajawali Sakti - 141. Dendam Gadis Pertapa Cersil mwb Kasih Diantara Remaja Pendekar Rajawali Sakti - 142. Istana Ratu Sihir
8
Maka bersamaan teriakan Rangga, melesat be-berapa buah jala yang terbuat dari bahan yang alot
Tapi saat itu juga bertiup angin kencang laksana badai
topan, menerbangkan jala-jala yang akan meringkus
Rangga dan Sarti. Dan baru saja serangan melalui jala-
jala itu gagal, kembali melesat puluhan batang anak
panah ke arah Pendekar Rajawali Sakti dan Sarti.
"Hup! Heaaa...!"
Pendekar Rajawali Sakti melompat kesana kema-ri menghindarinya dengan gerakan gesit Dengan ting-kat kepandaian yang telah tinggi, mudah bagi Rangga
untuk menghindarinya. Tapi tidak bagi gadis berke- pandaian tanggung seperti Sarti. Maka....
Crab!
"Aaakh...!"
Sarti menjerit keras. Tiga batang anak panah
menancap di betis, paha kiri dan punggungnya.
"Sarti...?!"
Rangga terkejut, buru-buru hendak memburu
gadis itu. Namun saat itu juga, sepuluh orang tokoh
persilatan yang berada di belakang Ki Po-long bergerak
menyerangnya. Pendekar Rajawali Sakti terpaksa men-gurungkan niatnya, langsung meladeni mereka. Se-dangkan Sarti yang terluka parah, kena diringkus mu-rid-murid padepokan ini.
"Pendekar Rajawali Sakti, kau lihat! Kawanmu te-lah kena ringkus! Maka sebaiknya menyerah-lah!" te-riak Ki Polong memperingatkan.
Pendekar Rajawali Sakti mundur dua langkah
dengan wajah bingung.
"Tidak, Kakang! Jangan menyerah. Kau harus
membunuh mereka semua! Bunuh mereka semua.
Dan, jangan pedulikan aku...!" Teriak gadis itu lantang.
Wajah si Pendekar Rajawali Sakti tampak be- rubah geram seraya memandang ke arah lawan lawan-nya. Lalu dengan bengis Pedang Pusaka Rajawali Sakti
dicabut dari warangkanya.
Sring!
"Siapa yang ingin mati lebih dulu, majulah ka-
lian!" Desis Pendekar Rajawali Sakti garang.
Tantangan Rangga langsung disambut tiga orang
tokoh tua yang berada di samping Ki Polong.
“Pendekar Rajawali Sakti, kami terima tantan-ganmu! Yeaaa...! " teriak Ki Walang Ijo, sambil menca-but pedang pusaka yang terselip di pinggangnya
Ki Gempar Persada pun tidak kalah gesit. Tong- kat baja yang tadi tersembunyi di balik biru dicabut- nya. Tongkat sepanjang lima jengkal itu sesungguhnya
bukan senjata biasa, tapi sebuah warangka pedang ti-pis yang terbuat dari bahan amat kuat.
Sementara itu, Nyai Kami dengan sabit perak-nya
yang membuat namanya tersohor sampai ke delapan
penjuru angin, tak mau ketinggalan.
Bukan tanpa sebab mereka langsung mencabut
senjata. Tapi karena tahu kalau senjata Pendekar Ra-jawali Sakti memiliki pamor hebat. Batang pedang
yang memancarkan cahaya kebiruan, sudah cukup
membuktikan kalau bukan saja pedang itu yang hebat.
Tapi juga tenaga dalam Pendekar Rajawali Sakti yang
sudah sangat tinggi.
"Heaaa...!"
Trang!
Benturan hebat terjadi, menimbulkan percikan
bunga api ke segala arah. Rangga melompat ke atas.
Pedangnya dikibaskan, hendak memancing ketiga ke-pala lawannya. Namun sekali lagi, ketiga orang tua itu
dengan gesit mengelak dan memapak senjatanya.
Trang!
"Uhhh...! "
Pendekar Rajawali Sakti terhuyung- huyung ke
belakang. Benturan senjata yang berisi tenaga dalam
kuat, sempat membuatnya sempoyongan ke belakang.
Masing-masing lawan memiliki tenaga dalam kuat. Se-
hingga bila digabung menjadi satu dan menyerang ber-samaan, akan terciptalah tenaga amat dahsyat. Hal
itulah yang dirasakan si Pendekar Rajawali Sakti.
Namun, pemuda itu tidak kalah cerdik Satu-satunya jalan untuk menjatuhkan lawan-lawannya
adalah memisahkan dan membuyarkan kerjasama se- rangan mereka. Namun ketika hal itu coba dilakukan,
ternyata bukanlah pekerjaan yang mudah. Bukan saja
karena ketiganya amat kompak, tetapi juga gangguan
yang sengaja diciptakan murid-murid Padepokan Ka-long Wetan.
Ketika Pendekar Rajawali Sakti mengeluarkan
senjata, maka itu dipandang amat berbahaya. Se-hingga, beberapa orang tokoh persilatan lain yang
akan menghadapi pemuda itu langsung digantikan ke-tiga tokoh utama ini. Sedangkan, mereka menyingkir
membuat arena cukup luas dan berjaga-jaga si segala
sudut agar Pendekar Raja-wali Sakti tidak bisa kabur.
Sementara itu, barisan pemanah sesekali melepaskan
anak panah untuk mengacaukan serangan Pendekar
Rajawali Sakti.
"Hiyaaa...!"
Pendekar Rajawali Sakti menghentakkan kedua
tangannya ke depan melepaskan jurus 039;Pukulan Maut
Paruh Rajawali' untuk membuyarkan pertahanan keti-ga lawannya. Namun ketiga tokoh tua itu langsung
menggabungkan tenaga, guna memapaki pukulan.
Jderrr!
"Aaakh!"
Pendekar Rajawali Sakti memekik keras. Tubuh-nya terjungkal beberapa langkah sambil memuntahkan
darah segar. Namun begitu, dia masih mampu berdiri
tegak di atas kedua kakinya. Se-pasang matanya tam-pak nyalang, memandang ketiga lawannya. Meski da-
danya terasa sakit akibat hantaman pukulan yang
kuat luar biasa, namun tidak dirasakannya. Bahkan
bersiaga kembali untuk mengadakan serangan beri-kutnya.
Set! Set...!
Kali ini datang serangan anak-anak panah yang
meluruk deras ke arah Rangga.
"Huh!"
Pendekar Rajawali Sakti menggeram. Langsung
pusakanya dikibaskan untuk menghalau puluhan
anak panah yang mengurungnya.
"Yeaaa...! "
"Uhhh...!"
***
Baru saja hujan anak panah berhasil dihalau,
maka saat itu juga serangan ketiga tokoh tua itu telah
cepat datang. Pendekar Rajawali Sakti tercekat Keleba-tan pedang Ki Walang Ijo berhasil ditangkisnya. Se-mentara tongkat Ki Gempar Persada berhasil dielakkan
sambil menundukkan kepala. Kemudian tubuhnya
mencelat ke samping, untuk menangkis senjata Nyai
Kami. Tapi kali ini Ki Walang Ijo telah mengirim seran-gan susu-lan. Dan bersamaan dengan itu, datang se- rangan Ki Gempar Persada melalui satu tendangan ke-ras.
Wuuut! Bet!
Rangga cepat menjatuhkan diri dan bergulingan,
sehingga kedua serangan luput dari sasaran. Namun,
Nyai Kami agaknya mengambil kesempatan emas itu.
Senjatanya cepat disambarkan ke punggung Rangga.
Cras!
"Aaakh! "
Kembali Pendekar Rajawali Sakti menjerit ke-ras.
Punggungnya kontan robek dan mengucurkan darah.
Dengan sebisanya dia melompat ke belakang. Tapi, k