Cerita Silat | Teror Manusia Bangkai | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Teror Manusia Bangkai | Cersil Sakti | Teror Manusia Bangkai pdf
Cersil indo Jamur Sisik Naga Pendekar Rajawali Sakti - 146. Bunuh Pendekar Rajawali Sakti Cersil indo Ilmu Halimun Pendekar Rajawali Sakti - 148. Putri Randu Walang Cersil indo Lorong batas dunia
dari mata Batu Kumbara datang menggebu. Di depannya, menyongsong sinar merah yang juga sama-sama menebarkan hawa panas menghanguskan!
Orang-orang yang berdiri di sekeliling arena langsung berserabutan menjauhkan diri dari arena. Dan ketika dua leret sinar berwarna merah itu bertemu di udara, terjadilah satu ledakan yang sangat dahsyat.
Blarrr...!"
Rangga jatuh terguling-guling dengan pedang masih tergenggam di tangan. Dari mulutnya tampak mengucur darah kental. Dengan terhuyung-huyung pemuda ini bangkit berdiri.
Sementara, Manusia Bangkai telah berdiri tidak jauh di depannya. Matanya yang berubah merah seperti mata iblis itu memandang ke arah Rangga dengan kemarahan berkobar.
"Bangsat! Rupanya nyawamu benar-benar alot juga!" dengus Batu Kumbara geram.
Pendekar Rajawali Sakti hanya diam dengan pandangan tajam. Wajahnya berubah geram penuh perbawa, bagai malaikat maut yang siap menjemput. Kemudian pedang di tangannya diputar sedemikian rupa.
Tidak salah lagi. Saat ini Rangga telah mengerahkan jurus 'Pedang Pemecah Sukma', salah satu jurus yang sangat diandalkan.
Manusia Bangkai sendiri terkesiap. Tiba-tiba saja jiwanya terasa terpecah- pecah. Bahkan dia tidak tahu, apa yang harus dilakukannya sekarang. Manusia Bangkai hanya merasa, semangat bertempurnya hilang begitu saja.
"Hiyaaa...!"
Rangga tiba-tiba melesat ke depan. Pedang di tangannya mendadak menusuk ke mata kiri Manusia Bangkai yang hanya terpaku.
Untung saja Batu Kumbara cepat-cepat meng-gelengkan kepala, mengusir keanehan yang terjadi. Lalu, kepalanya ditarik ke belakang. Sementara, tangan kanan menepis tusukan pedang di tangan Pendekar Rajawali Sakti.
Trak!
Tubuh Pendekar Rajawali Sakti bergetar hebat. Sebaliknya, Manusia Bangkai tampak terhuyung-huyung.
Belum siap Batu Kumbara pada kuda kudanya, Rangga telah menyerangnya kembali dengan kecepatan berlipat ganda. Pedang di tangannya menusuk ke bagian perut. Tapi ketika jaraknya hanya tinggal dua jengkal saja, Pendekar Rajawali Sakti membelokkan serangan ke bagian mata kiri Batu Kumbara.
Cras!
"Wuagkh...!"
Batu Kumbara menjerit setinggi langit begitu mata kirinya mengucurkan darah akibat tertembus Pedang Pusaka Rajawali Sakti.
Ketika musuhnya masih sibuk mendekap mata kirinya yang terluka, pedang di tangan Rangga kembali menderu. Dan kali ini, langsung menusuk mata kanan Batu Kumbara.
Manusia Bangkai ini tidak punya kesempatan untuk menyelamatkan matanya. Apalagi serangan Rangga cepat bukan main. Maka...
Cres!
Untuk kedua kalinya, terdengar lolongan Manusia Bangkai yang begitu menyayat. Tubuhnya terhuyung-huyung. Belum juga tubuhnya ambruk, dari arah samping kiri tiba- tiba melesat sesosok berbaju kuning ke arah Batu Kumbara. Bahkan langsung membabatkan pedang ke bagian perut Manusia Bangkai ini.
Cras! Cras!
Sambil menjerit jerit kesakitan, Batu Kumbara terhempas ke lantai arena. Darah menyembur dari perut dan dadanya. Memang setelah titik kelemahan Batu Kumbara yang terletak pada matanya tertembus pedang, maka musnahlah seluruh ilmu kebalnya.
Sementara Dewi Palasari tidak puas sampai di situ saja. Gadis itu terus mencincang tubuh orang yang hampir merenggut kehormatannya. Sehingga tubuh Manusia Bangkai kini sangat sulit dikenali lagi.
"Sudah, Dewi...!" cegah Rangga seraya me-nangkap gerakan tangan Dewi Palasari yang mengayunkan pedang. "Tidak ada gunanya berbuat seperti itu. Dia sudah mati."
Dewi Palasari menghentikan gerakannya. Bibirnya tampak cemberut. Rangga hanya menggelengkan kepala.
"Ah.... Kalau bukan dia yang melarangku, tidak mungkin aku menurutinya...!" desah Ketua Padepokan Merak Emas yang diam-diam telah jatuh hati pada Rangga.
"Mari kita urus mayat Daeng Saka Dan... eh! Ke mana perginya Gempita Soka dan Peramal Tuna Netra itu...?" tanya Rangga, mencari-cari.
'Yang satu buta. Yang lain menderita luka dalam. Mungkin mereka saling bahu-membahu untuk menyembuhkan luka dan penyakit masing-masing.
Rangga hanya tersenyum mendengar ucapan Dewi Palasari yang mengerling manja.
SELESAI
Scan by Clickers
Cersil indo Jamur Sisik Naga Pendekar Rajawali Sakti - 146. Bunuh Pendekar Rajawali Sakti Cersil indo Ilmu Halimun Pendekar Rajawali Sakti - 148. Putri Randu Walang Cersil indo Lorong batas dunia
dari mata Batu Kumbara datang menggebu. Di depannya, menyongsong sinar merah yang juga sama-sama menebarkan hawa panas menghanguskan!
Orang-orang yang berdiri di sekeliling arena langsung berserabutan menjauhkan diri dari arena. Dan ketika dua leret sinar berwarna merah itu bertemu di udara, terjadilah satu ledakan yang sangat dahsyat.
Blarrr...!"
Rangga jatuh terguling-guling dengan pedang masih tergenggam di tangan. Dari mulutnya tampak mengucur darah kental. Dengan terhuyung-huyung pemuda ini bangkit berdiri.
Sementara, Manusia Bangkai telah berdiri tidak jauh di depannya. Matanya yang berubah merah seperti mata iblis itu memandang ke arah Rangga dengan kemarahan berkobar.
"Bangsat! Rupanya nyawamu benar-benar alot juga!" dengus Batu Kumbara geram.
Pendekar Rajawali Sakti hanya diam dengan pandangan tajam. Wajahnya berubah geram penuh perbawa, bagai malaikat maut yang siap menjemput. Kemudian pedang di tangannya diputar sedemikian rupa.
Tidak salah lagi. Saat ini Rangga telah mengerahkan jurus 'Pedang Pemecah Sukma', salah satu jurus yang sangat diandalkan.
Manusia Bangkai sendiri terkesiap. Tiba-tiba saja jiwanya terasa terpecah- pecah. Bahkan dia tidak tahu, apa yang harus dilakukannya sekarang. Manusia Bangkai hanya merasa, semangat bertempurnya hilang begitu saja.
"Hiyaaa...!"
Rangga tiba-tiba melesat ke depan. Pedang di tangannya mendadak menusuk ke mata kiri Manusia Bangkai yang hanya terpaku.
Untung saja Batu Kumbara cepat-cepat meng-gelengkan kepala, mengusir keanehan yang terjadi. Lalu, kepalanya ditarik ke belakang. Sementara, tangan kanan menepis tusukan pedang di tangan Pendekar Rajawali Sakti.
Trak!
Tubuh Pendekar Rajawali Sakti bergetar hebat. Sebaliknya, Manusia Bangkai tampak terhuyung-huyung.
Belum siap Batu Kumbara pada kuda kudanya, Rangga telah menyerangnya kembali dengan kecepatan berlipat ganda. Pedang di tangannya menusuk ke bagian perut. Tapi ketika jaraknya hanya tinggal dua jengkal saja, Pendekar Rajawali Sakti membelokkan serangan ke bagian mata kiri Batu Kumbara.
Cras!
"Wuagkh...!"
Batu Kumbara menjerit setinggi langit begitu mata kirinya mengucurkan darah akibat tertembus Pedang Pusaka Rajawali Sakti.
Ketika musuhnya masih sibuk mendekap mata kirinya yang terluka, pedang di tangan Rangga kembali menderu. Dan kali ini, langsung menusuk mata kanan Batu Kumbara.
Manusia Bangkai ini tidak punya kesempatan untuk menyelamatkan matanya. Apalagi serangan Rangga cepat bukan main. Maka...
Cres!
Untuk kedua kalinya, terdengar lolongan Manusia Bangkai yang begitu menyayat. Tubuhnya terhuyung-huyung. Belum juga tubuhnya ambruk, dari arah samping kiri tiba- tiba melesat sesosok berbaju kuning ke arah Batu Kumbara. Bahkan langsung membabatkan pedang ke bagian perut Manusia Bangkai ini.
Cras! Cras!
Sambil menjerit jerit kesakitan, Batu Kumbara terhempas ke lantai arena. Darah menyembur dari perut dan dadanya. Memang setelah titik kelemahan Batu Kumbara yang terletak pada matanya tertembus pedang, maka musnahlah seluruh ilmu kebalnya.
Sementara Dewi Palasari tidak puas sampai di situ saja. Gadis itu terus mencincang tubuh orang yang hampir merenggut kehormatannya. Sehingga tubuh Manusia Bangkai kini sangat sulit dikenali lagi.
"Sudah, Dewi...!" cegah Rangga seraya me-nangkap gerakan tangan Dewi Palasari yang mengayunkan pedang. "Tidak ada gunanya berbuat seperti itu. Dia sudah mati."
Dewi Palasari menghentikan gerakannya. Bibirnya tampak cemberut. Rangga hanya menggelengkan kepala.
"Ah.... Kalau bukan dia yang melarangku, tidak mungkin aku menurutinya...!" desah Ketua Padepokan Merak Emas yang diam-diam telah jatuh hati pada Rangga.
"Mari kita urus mayat Daeng Saka Dan... eh! Ke mana perginya Gempita Soka dan Peramal Tuna Netra itu...?" tanya Rangga, mencari-cari.
'Yang satu buta. Yang lain menderita luka dalam. Mungkin mereka saling bahu-membahu untuk menyembuhkan luka dan penyakit masing-masing.
Rangga hanya tersenyum mendengar ucapan Dewi Palasari yang mengerling manja.
SELESAI
Scan by Clickers