Quantcast
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Teror Manusia Bangkai - 22

Cerita Silat | Teror Manusia Bangkai | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Teror Manusia Bangkai | Cersil Sakti | Teror Manusia Bangkai pdf

Pendekar Rajawali Sakti - 147. Tongkat Sihir Dewa Api Cersil indo Tawanan Datuk Sesat Cersil mwb Kelelawar Hijau Pendekar Seratus Hari - S.D Liong Cersil indo Raja Iblis Tanpa Tanding

rung ruang gerak Batu Kumbara. Tidak pelak lagi, beberapa kali pedang di tangan Daeng Saka berhasil menerobos pertahanan Manusia Bangkai. Tapi sebagaimana yang dialami Dewi Palasari, kali ini pun serangan itu tidak membawa hasil apa-apa.
  "Hiyaaa...!"
  Batu Kumbara mengeluarkan bentakan keras. Tubuhnya melompat ke depan dengan gerakan melayang. Laksana kilat, diserangnya Daeng Saka dengan totokan-totokan mematikan. Di lain saat, secara aneh pedang di tangan Daeng Saka telah berpindah tangan. Ciutlah hati Daeng Saka, melihat kehebatan lawannya. Dan sebelum rasa terkejut ini hilang, pedang Daeng Saka yang telah berpindah ke tangan lawannya menusuk ke bagian dada, tepat menembus janrung.
  "Aaa...!"
 
  ***
 
  Tubuh Daeng Saka yang tertusuk pedang hingga tembus ke bagian punggung tampak terhuyung-huyung. Mata Ketua Padepokan Naga Merah tampak melotot seperti akan melompat keluar. Sementara dari bagian dadanya, darah terus mengucur tidak ada henti-hentinya.
  Ketika Batu Kumbara menyentakkan pedang itu secara keji, maka tubuh Daeng Saka langsung ambruk di lantai arena laga. Sosok yang telah berlumuran darah ini tidak berkutik lagi. Sedangkan Batu Kumbara tergelak-gelak melihat kematian lawannya.
  Dewi Palasari tampak berusaha bangkit berdiri. Tapi, bahunya segera ditahan Rangga. Sementara itu, Gempita Soka telah melompat ke depan dengan senjata anehnya yang berupa pisau berlekuk tiga.
  "Hm... Rupanya masih ada lagi yang ingin minta mati. Baiklah.... Aku akan mengirimmu ke neraka!"
  "Manusia iblis! Kaulah yang harus merasakan ketajaman senjataku ini...! " bentak Gempita Soka.
  Sebelum Batu Kumbara sempat melepaskan pukulan iblisnya, pisau di tangan Gempita Soka sudah menderu dan mengarah pada bagian mata.
  "Keparat...!" maki Batu Kumbara sambil ber-salto ke belakang untuk menyelamatkan matanya.
  Belum sempat laki-laki berwajah angker dan menebar bau bangkai ini berbuat sesuatu, Gempita Soka sudah mengejarnya. Dan untuk yang kedua kali, pisau itu menderu ke arah mata.
  Batu Kumbara merasa sudah tidak mungkin mampu lagi menghindarinya. Maka demi menye-lamatkan mata, langsung ditangkisnya serangan itu dengan telapak tangan terkembang.
  Plak!
  Des!
  "Wuakh...! "
  Gempita Soka memekik kesakitan. Tangan ka-nannya yang memegang senjata tampak remuk terhantam pukulan tangan Manusia Bangkai yang telah berubah mengeras laksana baja. Sedangkan pisau berlekuk di tangannya terpental.
  Ketua Partai Giling Wesi ini terus bergerak mundur, ketika Manusia Bangkai melakukan serangan balasan yang jauh lebih dahsyat.
  Melihat keadaan yang tidak menguntungkan ini, Rangga segera menghadang ke depan dan langsung mementahkan serangan Batu Kumbara dengan mempergunakan jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'.
  Serangan Pendekar Rajawali Sakti memang jauh lebih berbahaya lagi. Karena yang diincar bagian mata Batu Kumbara.
  Sambil memekik kaget Manusia Bangkai me-malingkan wajahnya ke arah lain. Dan dengan cepat pula, dia melompat ke belakang. Dalam jarak lima batang tombak, Batu Kumbara memperhatikan Rangga dengan perasaan geram.
  Pada saat itu, Peramal Tuna Netra sudah melompat ke arena laga. Dengan seenaknya, tenaga dalamnya dikerahkan ke bagian punggung Dewi Palasari yang tengah menderita luka dalam.
  "Kalau saja mataku tidak buta, tentu aku akan senang melihatmu mengorek mata Manusia Bangkai yang menjadi sumber malapetaka itu, Rangga...!" desis Ki Kambaya dengan sikap acuh.
  Sebaliknya Batu Kumbara semakin bertambah kaget saja. Kepalanya langsung berpaling ke arah Peramal Tuna Netra. Dan hatinya makin heran, begitu melihat mata si kakek sama sekali tidak dapat melihat.
  "Siapakah kau? Apakah kau ingin cepat-cepat mampus?" bentak Batu Kumbara merasa tersing-gung.
  "Diamlah kau, Manusia Busuk dan Jelek! Jika kau berhasil mengalahkan dan membunuh Pendekar Rajawali Sakti, barulah aku akan memberitahu padamu, siapa aku yang sebenarnya! " sahut Peramal Tuna Netra, enteng.
  "Keparat! Kalian memang pantas mampus se-muanya di tanganku!" Kemudian dia menoleh ke arah Rangga. "Anak muda! Kau tidak bakal me-nang melawanku!"
  "Biar tidak menang, asal aku dapat mencong-kel matamu!" sahut Rangga tenang.
  Semakin bertambah gusarlah Manusia Bangkai mendengar jawaban Pendekar Rajawali Sakti. Maka tiba-tiba secara curang tangannya dihantamkan ke depan. Rupanya, sejak tadi, Batu Kumbara telah bersiap-siap melepaskan pukulannya.
  Sekerika dua leret sinar hitam menebarkan bau busuk menyesakkan pernapasan menderu ke arah Rangga. Udara di sekitarnya kontan berubah dingin luar biasa.
  Pendekar Rajawali Sakti terkesiap begitu me-rasakan angin sambaran serangan Batu Kumbara. Tapi dengan cepat tangannya menghentak ke depan, melepaskan pukulan dari jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' tingkat terakhir.
  Seketika dari telapak tangan Pendekar Rajawali Saka melesat sinar kemerahan berhawa panas menghanguskan, menyongsong pukulan Batu Kumbara.
  Glar!
  Terdengar dentuman yang seakan menghan- curkan gendang telinga. Arena laga kontan hancur berantakan. Sementara, Pendekar Rajawali Sakti dan Batu Kumbara sendiri jatuh berdebuk keras di tanah.
  Rangga merasa bagian dalam dadanya seperti hancur. Tapi tanpa menghiraukan keadaannya sendiri, dia telah melompat ke atas arena laga yang berantakan.
  Sementara Batu Kumbara rupanya memang tidak mengalami akibat apa-apa. Bibirnya tampak menyeringai. Namun seringainya melenyap, ketika melihat tubuh Pendekar Rajawali Sakti sudah berkelebat cepat. Dia merasa ada satu keanehan yang terjadi. Di matanya, tubuh pemuda itu seakan berubah menjadi banyak. Yang lebih mengherankan lagi, tangan-tangan Pendekar Rajawali Sakti yang seakan menjadi puluhan, hampir keseluruhannya terarah pada bagian matanya. Sehingga, membuat Manusia Bangkai mati-matian menyelamatkan matanya yang menjadi sumber kekuatan dan kelemahan selama ini.
  Kenyataan yang dirasakan Batu Kumbara memang tidak dapat dipungkiri. Karena, Rangga saat ini telah mengerahkan jurus 'Seribu Rajawali'.
  Dengan bersusah payah, Batu Kumbara meng-hindari serangan Rangga. Sama sekali Batu Kumbara tidak diberi kesempatan mengedipkan matanya. Sedangkan Rangga terus bergerak mengejarnya dengan serangan-serangan dahsyat yang terus mencecar bagian mata.
  "Kurang ajar!" maki Batu Kumbara ketika mu-lai menyadari, betapa berbahayanya serangan gencar pemuda itu, jika terus berusaha menghindar.
  Diawali satu bentakan keras, Manusia Bangkai melompat ke belakang. Matanya yang telah berubah merah membara langsung berkedip.
  Hampir bersamaan waktunya, Rangga menca-but pedang pusaka dari warangka. Seketika sinar biru menyilaukan mata memancar, begitu Rangga mengerahkan tenaga dalamnya ke bagian gagang pedang. Sementara tangan kirinya melepaskan pukulan jarak jauh dari jurus 039;Pukulan Maut Paruh Rajawali'.
  Dua leret sinar merah yang melesat

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>