Quantcast
Channel: Blog Ponsel Cerita Silat
Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423

Misteri Mayat Darah - 18

$
0
0
Cerita Silat | Misteri Mayat Darah | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Misteri Mayat Darah | Cersil Sakti | Misteri Mayat Darah pdf

Pendekar Rajawali Sakti - 152. Istana Goa Darah Wiro Sableng 6 - Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga Wiro Sableng 21 - Neraka Puncak Lawu Pendekar Rajawali Sakti - 153. Pemuas Nafsu Iblis Wiro Sableng 36 - Dewi Dalam Pasungan

mengendor, lalu membusuk cepat. Kemudian, tercium bau busuk yang begitu menusuk. Mayat Dewi Sembadra meleleh bagai mayat yang telah kehilangan nyawa lebih dari empat puluh hari.
    "Benar-benar ilmu iblis!" desis Witara sambil menggeleng- gelengkan kepala. Kalau tidak melihat sendiri apa yang terjadi di depannya, mungkin laki-laki berbaju merah ini tak akan percaya.
    "Rupanya delapan tahun yang lalu, seorang tokoh telah menculik mayat-mayat dari dalam ku-bur, semata- mata hanya untuk dijadikan pesuruh setelah dibangkitkan dengan ilmu sesat," gumam Wisesa.
    "Dunia ini memang dipenuhi berbagai ke-anehan, Kakang! Tapi alangkah baiknya kalau kita tnggalkan tempat ini secepatnya! Adipati Danu Tirta tampaknya membutuhkan pengawalan ketat!"
    "Ayolah! Entah mengapa aku sendiri sekarang malah mengkhawatirkan keselamatan adipati," sahut Wisesa.
   
    ***
   
    Sementara itu Pendekar Rajawali Sakti mene-ruskan perjalanannya sampai ke tengah-tengah Hutan Cagak Kemuning. Tapi anehnya, sampai se jauh itu tidak ditemui hambatan yang berarti lagi. Hingga akhirnya, sampailah Rangga di dataran yang agak tinggi. Di sini, Dewa Bayu kembali memperdengarkan ringkikan resah. Rangga meningkatkan kewaspadaannya. Matanya yang tajam menjelajahi sekitarnya. Sampai kemudian Pendekar Rajawali Sakti melihat sebuah dataran rendah. Keningnya tampak berkerut dalam ketika melihat satu keanehan di sana.
    "Apa itu? Kulihat seperti peti mati. Tapi, mengapa jumlahnya begitu banyak?" kata Rangga, membatin.
    Pendekar Rajawali Sakti akhirnya memutuskan untuk memeriksa suasana di dataran rendah yang mirip lembah kecil itu. Perlahan-lahan kuda dipacu.
    "Diamlah di sini, Dewa Bayu! Aku ingin memeriksa peti-peti mati di depan sana!" ujar Rangga, lalu melompat turun.
    Setelah mengelus-elus tengkuk Dewa Bayu, Rangga menghampiri peti-peti mati itu. Mulai di- telitinya keadaan peti mati yang agaknya sudah cukup tua. Dengan penasaran, Pendekar Rajawali Sakti membuka salah satu peti. Dan ternyata, se- luruhnya dalam keadaan kosong.
    "Mungkin di sinilah orang itu membangkitkan mayat-mayat yang diculiknya delapan tahun lalu Eee… Ada kendi besar di sana! " desah Rangga.
    Segera Pendekar Rajawali Sakti menghampiri kendi berwarna hitam yang berada lima tombak di depannya.
    "Hm... Bukan main busuknya bau kendi ini. Jelas..., jelas sekali sisa-sisa cairan di dalam kendi ini berubah darah yang sudah tidak terpakai. Sekarang, aku baru mengerti kalau sebenarnya mayat-mayat itu dibangkitkan kembali dengan bantuan darah ini," kata Rangga dalam hati. Tapi, mengapa aku tidak melihat ada orang di sini? Ataukah, orang itu telah meninggalkan Hutan Cagak Kemuning dan menyerbu ke Kadipaten Blambangan? "
    Pendekar Rajawali Sakti tampak ragu- ragu. Dan belum juga keraguannya lenyap tiba-tiba saja satu hantaman keras menderu ke arah tulang rusuk kirinya.
    Rangga tersentak kaget. Kehadiran orang yang menyerangnya benar-benar tidak menimbulkan suara sama sekali. Dapat dibayangkan betapa tingginya kepandaian yang dimiliki pembokongnya.
    "Heaaa...! "
    Secepat kilat Rangga berkelit menghindar. Namun sebuah serangan lain sempat menyerempet tangannya.
    Buk
    "Hugkh!"
    Rangga mengeluh pendek. Tubuhnya sempat bergetar terhantam jotosan tadi. Dengan terhuyung-huyung, tubuhnya berbalik dan langsung menghadang ke arah sosok yang baru saja menyerangnya cara gelap.
    Ketika Pendekar Rajawali Sakti menoleh ke samping kiri, di sana telah berdiri seorang laki-laki tua berbaju hitam. Jenggot dan kumisnya serba putih. Laki-laki ini memegang sebatang toya pendek berwarna hitam. Pada setiap ujungnya, tampak sebuah lubang kecil.
    "Siapa Kisanak? Mengapa menyerangku?" tanya Rangga, bersikap waspada.
    Laki-laki berbaju hitam dan bertampang dingin ini tersenyum rawan. Wajahnya yang pucat tidak berdarah, berubah kelam dan menyimpan hawa membunuh yang menyala- nyala.
    "Aku berjuluk Toya Maut. Dan mengapa aku menyerangmu? Kau jangan banyak tanya!" ben-tak kakek berambut putih ini, sambil bertolak pinggang.
    "Hm, begitu? " desis Rangga. Matanya memandang tajam pada laki-laki di depannya.
    'Tentu saja. Kau memasuki lembah ini tanpa sepengetahuan majikan kami...!"
    "Majikan?" potong Rangga. "Siapa majikan-mu?" desak Rangga, menyelidik.
    "Kau tidak pantas mengetahui majikan kami! Yang boleh kau ketahui, kau telah memasuki daerah larangan. Tidak ada jalan lain bagimu, kecuali mati!" sahut kakek ini, ketus.
    Rangga tersenyum.
    "Hm.... Sekarang aku sudah tahu, bahwa sebenarnya kau juga merupakan anak buah manusia setan itu. Siapa pun yang menjadi anak buahnya, yang jelas tetap merupakan mayat hidup yang dirasuki kekuatan iblis! Kau adalah bangkai, Kisanak. Bangkai yang menjadi alat manusia yang mempunyai dendam membara!" sentak Rangga, sehingga membuat kakek berwajah angker ini jadi terkejut juga menggeram penuh kemarahan.
    "Keparat! Heaaa...!" keras dan tajam bentakan kakek ini.
    Tiba-tiba saja tubuh Toya Maut melenting ke udara. Setelah bersalto beberapa kali di atas kepala Rangga, toya hitam di tangannya dipukulkan ke bagian kepala Pendekar Rajawali Sakti.
    Wut!
    "Iblis…!" desis Rangga.
    Slap!
    Seketika itu juga, Pendekar Rajawali Sakti menggeser langkahnya sambil menarik tubuhnya hingga condong ke belakang.
   
    ***

Viewing all articles
Browse latest Browse all 6423


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>