Cerita Silat | Misteri Mayat Darah | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Misteri Mayat Darah | Cersil Sakti | Misteri Mayat Darah pdf
Pendekar Mabuk - Titisan Ilmu Setan Pendekar Mabuk - Gundik Sakti Pendekar Rajawali Sakti - 154. Pangeran Dari Kegelapan Pendekar Mabuk - Pembantai Raksasa Pendekar Mabuk - Gadis Buronan
7
Pukulan toya kakek baju hitam yang terkenal berjuluk Toya Maut ini luput. Tubuh Pendekar Rajawali Sakti telah lebih dulu melenting ke udara, lalu berputaran beberapa kali. Kemudian tubuhnya meluruk deras ke arah si Toya Maut ini. Kedua kakinya bergerak cepat dan lincah sekali. mengarah pada bagian kepala.
"Heaaa ..!"
"Gila...! Heps!"
Kakek berbaju hitam terkejut setengah mati. Cepat bagai kilat toya pendek di tangannya dikibaskan.
Tidak dapat disangkal lagi. Saat ini Rangga memang tengah mengerahkan jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'. Bukan main dahsyat serangan Rangga ini. Serangan toya lawannya berhasil dielakkan dengan cara menarik sedikit bagian kakinya.
Toya Maut terburu- buru membanting tubuhnya ke sebelah kiri. Kemudian terus berguling-gulingan beberapa kali. Serangan Pendekar Rajawali Sakti luput dari sasaran. Bunyi keras terdengar saat kaki Rangga membentur tanah, tempat di mana tadi Toya Maut berdiri. Debu dan pasir memenuhi udara sekitarnya.
"Keparat! Hampir saja!" desis si Toya Maut.
Tapi Pendekar Rajawali Sake sudah tidak menghiraukan lagi ucapan laki-laki itu. Dengan ce-pat, dia melompat lagi sambil melepaskan dua pukulan beruntun yang disertai pengerahan tenaga dalam sempurna.
"Hap!"
Toya Maut yang baru saja bangkit berdiri, buru- buru melentingkan tubuhnya ke samping kiri. Serangan Pendekar Rajawali Sakti luput. Namun baru saja kedua kakinya menjejak di atas tanah, Rangga sudah kembali melakukan serangan dahsyat! "
Dengan segenap kemampuan yang dimiliki, Toya Maut memutar toya pendek berwarna hitam di tangannya. Angin kencang menderu deru, melesat keluar dari setiap ujung toya. Udara di seke- lilingnya berubah dingin bukan kepalang. Terpaksa, kali ini Rangga harus berjumpalitan menghindari serangan dahsyat itu. Gerakan menghindar yang dilakukannya dalam menghadapi serangan balik lawannya, memang sungguh cepat luar biasa.
Beberapa kali Rangga berusaha membendung gelombang serangan Toya Maut. Tapi sampai sejauh itu, dia masih belum mampu mematahkan pertahanan laki-laki tua itu.
"Hiyaaa...! "
"Hup!"
Tiba-tiba saja Rangga melompat mundur seja-uh dua batang tombak, serangannya segera dihentikan. Begitu juga Toya Maut. Sementara itu tatapan mata Rangga memandang tajam pada kakek berbaju hitam yang berdiri tegak mengawasi tidak jauh di depannya.
"Dengan siapa kau bekerja, Kisanak? "
"Apakah itu sangat perlu bagimu?" kakek bertampang angker balik bertanya.
"Hm," gumam Rangga tidak jelas.
"Baik. Karena kau sebentar lagi akan mati, tidak salah jika aku menjawab pertanyaanmu!" kakek berbaju hitam menyeringai. "Aku bekerja untuk Setan Perenggut Nyawa. Sudah jelaskah bagimu?!"
"Masih belum cukup! Masih ada lagi satu pertanyaan buatmu!" sergah Rangga.
"Apa itu?" tanya Toya Maut sambil menyilang kan toya pendeknya ke depan dada.
"Ke mana perginya Setan Perenggut Nyawa?"
"Ha ha ha! Saat ini mungkin majikanku itu telah mencabik-cabik tubuh Adipati Danu Tirta, musuh besarnya!"
Rangga terkejut bukan main mendengar penjelasan si Toya Maut. Sekarang baru disadari kalau keselamatan adipati dalam keadaan terancam. Berarti, kedatangannya ke Hutan Cagak Kemuning benar-benar telah terlambat.
Sekarang, tidak ada pilihan lain bagi Rangga, kecuali merobohkan lawannya secepatnya. Tanpa bicara lagi, tiba-tiba tubuh Pendekar Rajawali Sakti tampak melesat ke depan.
"Heaaa..!"
"Uts!"
"Hm... Rupanya kau benar benar ingin mati secepatnya, Anak Muda! " dengus Toya Maut, langsung menyambut serangan gencar ini.
Hanya dalam waktu singkat, pertempuran berubah seru kembali. Terlebih- lebih bila mengingat, masing-masing ingin merobohkan secepat mungkin.
"Hup! "
"Uts! Setan!" maki Rangga sambil menepis toya si kakek yang hampir saja menghantam wajahnya.
Tak!
"Hugkh..!"
Sekujur tubuh Rangga bergetar keras begitu menangkis toya. Tangannya terasa sakit seperti remuk. Namun tiba- tiba saja, Pendekar Rajawali Sakti mengerahkan tenaga dalam ke bagian telapak tangan. Sekejap kemudian, telapak tangan pemuda berompi putih ini telah berubah merah membara. Bahkan udara di sekelilingnya telah berubah panas luar biasa.
Laki-laki tua berwajah angker di depan Pendekar Rajawali Sakti tampak terkesiap. Langsung diselipkannya toya pendeknya di bagian punggungnya. Di lain saat, tenaga dalamnya telah dikerahkan ke bagian telapak tangan.
Melihat tangan Toya Maut berubah menghitam, Rangga segera meningkatkan kewaspadaan.
"Heaaa!"
Pendekar Rajawali Sakti langsung mengibaskan kedua tangannya ke arah kakek berbaju hitam ini. Seketika itu pula, seleret sinar berwarna merah menyala meluruk, menderu hingga menimbulkan gelombang angin panas bergulung-gulung.
Pada waktu bersamaan, sinar hitam berhawa dingin membekukan dan menebarkan bau busuk menusuk hidung menderu menyongsong pukulan yang dilepaskan Pendekar Rajawali Sakti.
Glar!
"Huagkh...!"
Pendekar Rajawali Sakti dan Toya Maut sa-ma-sama terjungkal ke belakang. Tanah tempat berpijak kontan bergetar laksana dilanda gempa. Di tengah-tengah ledakan dahsyat itu, terdengar pula jerit kesakitan seseorang. Pohon-pohon bertumbangan. Daun-daun berguguran dilanda angin pukulan yang dilepaskan Pendekar Rajawali Sakti.
Pendekar Rajawali Sakti secepatnya bangkit berdiri. Tampak, Toya Maut yang semula jatuh sudah berdiri terhuyung-huyung, berusaha mem-perbaiki keseimbangan.
Tanpa menunggu lebih lama, Rangga langsung menyerang kembali. Untuk yang kedua kalinya, dilepaskannya 'Pukulan Maut Paruh Rajawali'.
Pendekar Mabuk - Titisan Ilmu Setan Pendekar Mabuk - Gundik Sakti Pendekar Rajawali Sakti - 154. Pangeran Dari Kegelapan Pendekar Mabuk - Pembantai Raksasa Pendekar Mabuk - Gadis Buronan
7
Pukulan toya kakek baju hitam yang terkenal berjuluk Toya Maut ini luput. Tubuh Pendekar Rajawali Sakti telah lebih dulu melenting ke udara, lalu berputaran beberapa kali. Kemudian tubuhnya meluruk deras ke arah si Toya Maut ini. Kedua kakinya bergerak cepat dan lincah sekali. mengarah pada bagian kepala.
"Heaaa ..!"
"Gila...! Heps!"
Kakek berbaju hitam terkejut setengah mati. Cepat bagai kilat toya pendek di tangannya dikibaskan.
Tidak dapat disangkal lagi. Saat ini Rangga memang tengah mengerahkan jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'. Bukan main dahsyat serangan Rangga ini. Serangan toya lawannya berhasil dielakkan dengan cara menarik sedikit bagian kakinya.
Toya Maut terburu- buru membanting tubuhnya ke sebelah kiri. Kemudian terus berguling-gulingan beberapa kali. Serangan Pendekar Rajawali Sakti luput dari sasaran. Bunyi keras terdengar saat kaki Rangga membentur tanah, tempat di mana tadi Toya Maut berdiri. Debu dan pasir memenuhi udara sekitarnya.
"Keparat! Hampir saja!" desis si Toya Maut.
Tapi Pendekar Rajawali Sake sudah tidak menghiraukan lagi ucapan laki-laki itu. Dengan ce-pat, dia melompat lagi sambil melepaskan dua pukulan beruntun yang disertai pengerahan tenaga dalam sempurna.
"Hap!"
Toya Maut yang baru saja bangkit berdiri, buru- buru melentingkan tubuhnya ke samping kiri. Serangan Pendekar Rajawali Sakti luput. Namun baru saja kedua kakinya menjejak di atas tanah, Rangga sudah kembali melakukan serangan dahsyat! "
Dengan segenap kemampuan yang dimiliki, Toya Maut memutar toya pendek berwarna hitam di tangannya. Angin kencang menderu deru, melesat keluar dari setiap ujung toya. Udara di seke- lilingnya berubah dingin bukan kepalang. Terpaksa, kali ini Rangga harus berjumpalitan menghindari serangan dahsyat itu. Gerakan menghindar yang dilakukannya dalam menghadapi serangan balik lawannya, memang sungguh cepat luar biasa.
Beberapa kali Rangga berusaha membendung gelombang serangan Toya Maut. Tapi sampai sejauh itu, dia masih belum mampu mematahkan pertahanan laki-laki tua itu.
"Hiyaaa...! "
"Hup!"
Tiba-tiba saja Rangga melompat mundur seja-uh dua batang tombak, serangannya segera dihentikan. Begitu juga Toya Maut. Sementara itu tatapan mata Rangga memandang tajam pada kakek berbaju hitam yang berdiri tegak mengawasi tidak jauh di depannya.
"Dengan siapa kau bekerja, Kisanak? "
"Apakah itu sangat perlu bagimu?" kakek bertampang angker balik bertanya.
"Hm," gumam Rangga tidak jelas.
"Baik. Karena kau sebentar lagi akan mati, tidak salah jika aku menjawab pertanyaanmu!" kakek berbaju hitam menyeringai. "Aku bekerja untuk Setan Perenggut Nyawa. Sudah jelaskah bagimu?!"
"Masih belum cukup! Masih ada lagi satu pertanyaan buatmu!" sergah Rangga.
"Apa itu?" tanya Toya Maut sambil menyilang kan toya pendeknya ke depan dada.
"Ke mana perginya Setan Perenggut Nyawa?"
"Ha ha ha! Saat ini mungkin majikanku itu telah mencabik-cabik tubuh Adipati Danu Tirta, musuh besarnya!"
Rangga terkejut bukan main mendengar penjelasan si Toya Maut. Sekarang baru disadari kalau keselamatan adipati dalam keadaan terancam. Berarti, kedatangannya ke Hutan Cagak Kemuning benar-benar telah terlambat.
Sekarang, tidak ada pilihan lain bagi Rangga, kecuali merobohkan lawannya secepatnya. Tanpa bicara lagi, tiba-tiba tubuh Pendekar Rajawali Sakti tampak melesat ke depan.
"Heaaa..!"
"Uts!"
"Hm... Rupanya kau benar benar ingin mati secepatnya, Anak Muda! " dengus Toya Maut, langsung menyambut serangan gencar ini.
Hanya dalam waktu singkat, pertempuran berubah seru kembali. Terlebih- lebih bila mengingat, masing-masing ingin merobohkan secepat mungkin.
"Hup! "
"Uts! Setan!" maki Rangga sambil menepis toya si kakek yang hampir saja menghantam wajahnya.
Tak!
"Hugkh..!"
Sekujur tubuh Rangga bergetar keras begitu menangkis toya. Tangannya terasa sakit seperti remuk. Namun tiba- tiba saja, Pendekar Rajawali Sakti mengerahkan tenaga dalam ke bagian telapak tangan. Sekejap kemudian, telapak tangan pemuda berompi putih ini telah berubah merah membara. Bahkan udara di sekelilingnya telah berubah panas luar biasa.
Laki-laki tua berwajah angker di depan Pendekar Rajawali Sakti tampak terkesiap. Langsung diselipkannya toya pendeknya di bagian punggungnya. Di lain saat, tenaga dalamnya telah dikerahkan ke bagian telapak tangan.
Melihat tangan Toya Maut berubah menghitam, Rangga segera meningkatkan kewaspadaan.
"Heaaa!"
Pendekar Rajawali Sakti langsung mengibaskan kedua tangannya ke arah kakek berbaju hitam ini. Seketika itu pula, seleret sinar berwarna merah menyala meluruk, menderu hingga menimbulkan gelombang angin panas bergulung-gulung.
Pada waktu bersamaan, sinar hitam berhawa dingin membekukan dan menebarkan bau busuk menusuk hidung menderu menyongsong pukulan yang dilepaskan Pendekar Rajawali Sakti.
Glar!
"Huagkh...!"
Pendekar Rajawali Sakti dan Toya Maut sa-ma-sama terjungkal ke belakang. Tanah tempat berpijak kontan bergetar laksana dilanda gempa. Di tengah-tengah ledakan dahsyat itu, terdengar pula jerit kesakitan seseorang. Pohon-pohon bertumbangan. Daun-daun berguguran dilanda angin pukulan yang dilepaskan Pendekar Rajawali Sakti.
Pendekar Rajawali Sakti secepatnya bangkit berdiri. Tampak, Toya Maut yang semula jatuh sudah berdiri terhuyung-huyung, berusaha mem-perbaiki keseimbangan.
Tanpa menunggu lebih lama, Rangga langsung menyerang kembali. Untuk yang kedua kalinya, dilepaskannya 'Pukulan Maut Paruh Rajawali'.