Cerita Silat | Misteri Mayat Darah | Serial Pendekar Rajawali Sakti | Misteri Mayat Darah | Cersil Sakti | Misteri Mayat Darah pdf
Pendekar Mabuk - Titisan Ilmu Setan Pendekar Mabuk - Gundik Sakti Pendekar Rajawali Sakti - 154. Pangeran Dari Kegelapan Pendekar Mabuk - Pembantai Raksasa Pendekar Mabuk - Gadis Buronan
mpat ke depan. Tangan-tangannya yang terkembang membentuk cakar dan berkuku runcing berkelebat menyambar-nyambar ke bagian tertentu tubuh Tiga Pendekar Golok Terbang.
Tiga laki- laki satu seperguruan itu tampak terdesak. Mereka berusaha mati-matian memben-dung serangan yang datang menggebu-gebu dan menimbulkan angin dingin bersiuran.
"Kerahkan jurus 039;Walet Menyambar Buih'!" teriak Wisesa, memberi aba-aba.
Bet!
Sret!
Slap!
Dalam waktu sekedipan mata saja, Tiga Pendekar Golok Terbang telah mencabut golok besar dari warangka dan langsung menderu dahsyat menyerang ke segala penjuru kematian Kunti Arimbi.
"Keparat!" maki perempuan bermata satu ini, terpaksa menarik balik serangannya. Seketika jurusnya dirubah menjadi jurus 'Menerjang Karang Menghempas Badai'.
"Heaaa...!"
Kunti Arimbi melompat ke belakang sejauh tiga langkah. Kemudian, tubuhnya tampak berputar cepat. Semakin lama, semakin cepat. Bahkan bercampur angin menderu-deru. Baju merah Tiga Pendekar Golok Terbang berkibar-kibar. Kulit tubuh mereka terasa perih seperti ditusuk-tusuk ribuan batang jarum!
Sungguhpun Wisesa, Witara, dan Permana telah memutar golok besar untuk mengusir pengaruh hawa dingin, namun masih tampak kewalahan juga.
Tiba-tiba dalam waktu bersamaan, mereka mengeluarkan bentakan nyaring.
"Hiyaaa...!"
"Hup!'
Tiga Pendekar Golok Terbang sama-sama melompat melesat ke arah yang tampak terus berputar-putar seperti gasing mendekati Setan Perenggut Nyawa. Sementara tangan dan kakinya tidak henti-hentinya melepaskan serangan dahsyat.
Pada saat itulah Tiga Pendekar Golok Terbang menetakkan golok di tangan ke bagian kepala wanita itu.
"Ups...! Keparat...!" maki Kunti Arimbi. Terpaksa kepalanya merunduk serendah mungkin sambil menjotos perut Witara.
Buk!
"Hugkh!"
Witara terhempas ke belakang.
Sementara itu, Kunti Arimbi langsung bergu-ling-gulingan untuk menyelamatkan diri dari ba-cokan golok di tangan Wisesa dan Permana.
Witara bangkit berdiri secepatnya, walaupun perutnya terasa seperti hancur. Dengan segenap kegeramannya, laki-laki berbaju merah ini me-ngibaskan goloknya.
Namun, serangannya luput, karena Kunti Arimbi yang ternyata memiliki segudang pengalaman dalam bertarung sudah bangkit berdiri. Bahkan sekarang tubuhnya telah melesat ke udara. Tubuhnya berputar beberapa kali, sekaligus menyapu dada Wisesa dan Witara dengan kakinya.
Namun Witara yang sempat merasakan keli- cikan wanita ini segera menghindar dengan menarik tubuhnya hingga agak condong ke belakang. Wisesa tampaknya terlambat menghindari serangan balik ini. Maka golok di tangannya dikibaskan. Sayang, gerakannya kalah cepat. Sehingga dengan telak tendangan kaki Setan Perenggut Nyawa menghantam dada.
Duk!
"Akh...! "
Wisesa menjerit sekeras-kerasnya. Tubuhnya kontan terhempas ke tanah. Dua tulang rusuknya patah. Dari hidung dan sudut-sudut bibirnya meleleh darah segar.
Sedangkan Kunti Arimbi tertawa panjang. Melihat hal ini Witara dan Permana tampak marah sekali. Maka dengan ganas dan beringas, mereka melipatgandakan serangan. Tubuh mereka berkelebat lenyap disertai bentakan- bentakan keras. Sedangkan golok di tangan mereka berkelebat, menyambar dan menimbulkan suara angin menebar udara panas.
"Hm," gumam Kunti Arimbi tidak jelas.
Wisesa walaupun telah menderita luka dalam segera bangkit kembali.
Sekarang Kunti Arimbi mendapat keroyokan Tiga Pendekar Golok Terbang. Dan tampaknya, dia memang harus mengakui kalau ketiga lawannya memang tidak dapat dianggap enteng. Sehingga dalam suasana sedemikian rupa, dia memutuskan untuk melepaskan pukulan 'Bayangan Perenggut Sukma'. Inilah satu pukulan andalan yang telah merenggut banyak korban!
"Hup!"
Kunti Arimbi melompat mundur sejauh tiga batang tombak. Kedua tangannya menyilang di depan dada. Tubuh perempuan ini tampak bergetar keras. Sementara dari ujung ujung jemarinya tampak mengepul kabut tipis berwarna hitam, menyebar bau busuk menusuk.
Semua lawan-lawannya segera sadar kalau wanita itu telah bersiap-siap melepaskan pukulan yang sangat mematikan. Sehingga tanpa menunggu lagi, Tiga Pendekar Golok Terbang langsung menerjang ke depan. Golok besar di tangan mereka disodokkan ke bagian lambung Kunti Arimbi.
Bet!
Slap!
"Kurang ajar!" maki Kunti Arimbi. Mulutnya menyeringai, ketika dadanya tergores ujung golok di tangan Witara.
Tanpa mempedulikan luka yang diderita, perempuan ini langsung melepaskan pukulan ke tiga panjuru arah. Maka seketika tiga sinar hitam melesat bagaikan kilat.
Tiga Pendekar Golok Terbang selain melepaskan pukulan balasan, juga memutar golok besar di tangan masing-masing membentuk perisai diri. Dan saat itu pula tiga leret sinar kuning datang menggebu, menyongsong pukulan 'Bayangan Perenggut Sukma' yang melesat dari telapak tangan Setan Perenggut Nyawa.
***
Glar!
"Wuagkh...!"
Di tengah- tengah dentuman keras membahana terdengar pekik kesakitan susul menyusul. Tiga Pendekar Golok Terbang terpelanting. Sebagian tubuh mereka berubah hangus. Bahkan golok di tangan mereka tampak meleleh.
Sementara itu, Kunti Arimbi juga menderita luka dalam. Walaupun tidak begitu parah, namun membuat wajahnya berubah pucat. Kini, secepatnya Setan Perenggut Nyawa mengerahkan hawa murni untuk menyembuhkan luka dalam yang di deritanya.
Sementara itu, Wisesa, Witara, dan Permana sudah tidak mampu lagi bangkit dari tempatnya. Ketika Adipati Danu Tirta memeriksa, ternyata tiga pembantu utama sang adipati yang sangat dipercaya ini telah menemui ajal.
"Percuma kau membangkitkan mer
Pendekar Mabuk - Titisan Ilmu Setan Pendekar Mabuk - Gundik Sakti Pendekar Rajawali Sakti - 154. Pangeran Dari Kegelapan Pendekar Mabuk - Pembantai Raksasa Pendekar Mabuk - Gadis Buronan
mpat ke depan. Tangan-tangannya yang terkembang membentuk cakar dan berkuku runcing berkelebat menyambar-nyambar ke bagian tertentu tubuh Tiga Pendekar Golok Terbang.
Tiga laki- laki satu seperguruan itu tampak terdesak. Mereka berusaha mati-matian memben-dung serangan yang datang menggebu-gebu dan menimbulkan angin dingin bersiuran.
"Kerahkan jurus 039;Walet Menyambar Buih'!" teriak Wisesa, memberi aba-aba.
Bet!
Sret!
Slap!
Dalam waktu sekedipan mata saja, Tiga Pendekar Golok Terbang telah mencabut golok besar dari warangka dan langsung menderu dahsyat menyerang ke segala penjuru kematian Kunti Arimbi.
"Keparat!" maki perempuan bermata satu ini, terpaksa menarik balik serangannya. Seketika jurusnya dirubah menjadi jurus 'Menerjang Karang Menghempas Badai'.
"Heaaa...!"
Kunti Arimbi melompat ke belakang sejauh tiga langkah. Kemudian, tubuhnya tampak berputar cepat. Semakin lama, semakin cepat. Bahkan bercampur angin menderu-deru. Baju merah Tiga Pendekar Golok Terbang berkibar-kibar. Kulit tubuh mereka terasa perih seperti ditusuk-tusuk ribuan batang jarum!
Sungguhpun Wisesa, Witara, dan Permana telah memutar golok besar untuk mengusir pengaruh hawa dingin, namun masih tampak kewalahan juga.
Tiba-tiba dalam waktu bersamaan, mereka mengeluarkan bentakan nyaring.
"Hiyaaa...!"
"Hup!'
Tiga Pendekar Golok Terbang sama-sama melompat melesat ke arah yang tampak terus berputar-putar seperti gasing mendekati Setan Perenggut Nyawa. Sementara tangan dan kakinya tidak henti-hentinya melepaskan serangan dahsyat.
Pada saat itulah Tiga Pendekar Golok Terbang menetakkan golok di tangan ke bagian kepala wanita itu.
"Ups...! Keparat...!" maki Kunti Arimbi. Terpaksa kepalanya merunduk serendah mungkin sambil menjotos perut Witara.
Buk!
"Hugkh!"
Witara terhempas ke belakang.
Sementara itu, Kunti Arimbi langsung bergu-ling-gulingan untuk menyelamatkan diri dari ba-cokan golok di tangan Wisesa dan Permana.
Witara bangkit berdiri secepatnya, walaupun perutnya terasa seperti hancur. Dengan segenap kegeramannya, laki-laki berbaju merah ini me-ngibaskan goloknya.
Namun, serangannya luput, karena Kunti Arimbi yang ternyata memiliki segudang pengalaman dalam bertarung sudah bangkit berdiri. Bahkan sekarang tubuhnya telah melesat ke udara. Tubuhnya berputar beberapa kali, sekaligus menyapu dada Wisesa dan Witara dengan kakinya.
Namun Witara yang sempat merasakan keli- cikan wanita ini segera menghindar dengan menarik tubuhnya hingga agak condong ke belakang. Wisesa tampaknya terlambat menghindari serangan balik ini. Maka golok di tangannya dikibaskan. Sayang, gerakannya kalah cepat. Sehingga dengan telak tendangan kaki Setan Perenggut Nyawa menghantam dada.
Duk!
"Akh...! "
Wisesa menjerit sekeras-kerasnya. Tubuhnya kontan terhempas ke tanah. Dua tulang rusuknya patah. Dari hidung dan sudut-sudut bibirnya meleleh darah segar.
Sedangkan Kunti Arimbi tertawa panjang. Melihat hal ini Witara dan Permana tampak marah sekali. Maka dengan ganas dan beringas, mereka melipatgandakan serangan. Tubuh mereka berkelebat lenyap disertai bentakan- bentakan keras. Sedangkan golok di tangan mereka berkelebat, menyambar dan menimbulkan suara angin menebar udara panas.
"Hm," gumam Kunti Arimbi tidak jelas.
Wisesa walaupun telah menderita luka dalam segera bangkit kembali.
Sekarang Kunti Arimbi mendapat keroyokan Tiga Pendekar Golok Terbang. Dan tampaknya, dia memang harus mengakui kalau ketiga lawannya memang tidak dapat dianggap enteng. Sehingga dalam suasana sedemikian rupa, dia memutuskan untuk melepaskan pukulan 'Bayangan Perenggut Sukma'. Inilah satu pukulan andalan yang telah merenggut banyak korban!
"Hup!"
Kunti Arimbi melompat mundur sejauh tiga batang tombak. Kedua tangannya menyilang di depan dada. Tubuh perempuan ini tampak bergetar keras. Sementara dari ujung ujung jemarinya tampak mengepul kabut tipis berwarna hitam, menyebar bau busuk menusuk.
Semua lawan-lawannya segera sadar kalau wanita itu telah bersiap-siap melepaskan pukulan yang sangat mematikan. Sehingga tanpa menunggu lagi, Tiga Pendekar Golok Terbang langsung menerjang ke depan. Golok besar di tangan mereka disodokkan ke bagian lambung Kunti Arimbi.
Bet!
Slap!
"Kurang ajar!" maki Kunti Arimbi. Mulutnya menyeringai, ketika dadanya tergores ujung golok di tangan Witara.
Tanpa mempedulikan luka yang diderita, perempuan ini langsung melepaskan pukulan ke tiga panjuru arah. Maka seketika tiga sinar hitam melesat bagaikan kilat.
Tiga Pendekar Golok Terbang selain melepaskan pukulan balasan, juga memutar golok besar di tangan masing-masing membentuk perisai diri. Dan saat itu pula tiga leret sinar kuning datang menggebu, menyongsong pukulan 'Bayangan Perenggut Sukma' yang melesat dari telapak tangan Setan Perenggut Nyawa.
***
Glar!
"Wuagkh...!"
Di tengah- tengah dentuman keras membahana terdengar pekik kesakitan susul menyusul. Tiga Pendekar Golok Terbang terpelanting. Sebagian tubuh mereka berubah hangus. Bahkan golok di tangan mereka tampak meleleh.
Sementara itu, Kunti Arimbi juga menderita luka dalam. Walaupun tidak begitu parah, namun membuat wajahnya berubah pucat. Kini, secepatnya Setan Perenggut Nyawa mengerahkan hawa murni untuk menyembuhkan luka dalam yang di deritanya.
Sementara itu, Wisesa, Witara, dan Permana sudah tidak mampu lagi bangkit dari tempatnya. Ketika Adipati Danu Tirta memeriksa, ternyata tiga pembantu utama sang adipati yang sangat dipercaya ini telah menemui ajal.
"Percuma kau membangkitkan mer